Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjuangan dari Sudut Pandangku

12 Agustus 2023   11:26 Diperbarui: 12 Agustus 2023   11:28 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kadang-kadang, terasa sangat sulit menghadapi tekanan dari luar." Jawabku.

"Dunia penuh dengan suara dan pendapat orang lain, tapi hanya suaramu dan impianmu yang paling penting. Jangan pernah takut mengikuti hastratmu." Pria itu tersenyum sejenak, kemudian melanjutkan aktifitasnya.

"Saya merasa bingung saat ini, saya harus memilih antara passion saya dalam seni atau harapan dan ekspektasi mereka." Gerutuku.

"Saya tahu perasaan itu. Kadang-kadang, jalan yang benar tidak selalu mudah. Tetapi percayalah, mengikuti hati dan hasratmu akan membawa kamu ke tempat-tempat yang tak terduga." Jawabnya tanpa menoleh ia sedang asik dengan kapur-kapur itu.

Gambar itu hampir selesai, sebuah lubang di sebuah trotoar taman yang dipercantik dengan goresan kapur, ia menceritakan seorang remaja yang sedang terombang-ambing dalam kebingungan, salah langkah ia akan terjebak di dalam lubang yang dalam itu untuk selamanya, namun untuk mengikuti keinginannya ia harus berjalan dengan seutas tali yang sangat rapuh, keresahan yang aku rasakan seperti gambar itu.

"Tanpa kanvas, lalu bagaimana cara mengabadikannya?" tanyaku ketika aku merasa hanyut dalam kisah singkat dalam gambar itu.

"Lihatlah." Ia tersenyum, kemudian ia mengabil sebuah kamera, ia menjepret beberapa sudut, kemudia ia bagikan hasil karyanya di dalam sebuah platform yang diikuti oleh jutaan penggemar.

"Aku ingin membuktikan bahwa menjadi seniman juga bisa sukses." teriakku ketika melihatnya selesai mengunggah hasil jepretan itu.

"Kamu tahu, tak ada kesuksesan yang sejati. Ingatlah, dunia butuh keberanian dan kreativitasmu. Jangan biarkan dirimu terjebak dalam paradigma orang lain." Sahutnya sambil mengemas kameranya kedalam tas dan memasukan sisa kapur ke dalam kotak kecil.

"Terima kasih," Balasku sambil menundukan kepala, "Bapak benar-benar memberikan semangat baru bagi saya. Saya akan berusaha untuk tidak pernah melupakan apa yang benar-benar saya cintai." Lanjutku.

"Itu dia... Berjalanlah dengan keyakinan. Dunia ini adalah kanvasmu sendiri, dan kamu adalah senimannya." Balas pria tua itu sambil menepuk bahuku dengan lembut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun