Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Halusinasi Penulis

4 Agustus 2023   10:00 Diperbarui: 4 Agustus 2023   10:02 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angin bertiup siang itu dengan sejuknya, di bawah pohon mangga ada meja dan kursi, sepertinya tempat ini memang di khususkan untuk para pencari inspirasi, entahlah, bagiku hanya ini tempat yang bisa membuatku betah berlama-lama sambil menatap layar laptop ini

“Pak..” sahut seorang siswa membuyarkan semua ide yang ada dikepalaku.

“ya… ada apa?” tanyaku, saat itu aku sedang duduk dengan sangat serius di sebuah taman yang berada di sudut sekolah dengan suara keyboard laptop yang kesakitan karena kuhajar habis-habisan dengan jari-jariku bertubi-tubi.

“bagaimana ya caranya menulis sebuah artikel” ia menatapku, kulihat ia sepertinya kehabisan ide.

“menulis memang bisa menjadi tugas yang sulit bagi sebagian orang, terutama jika mereka merasa kesulitan menemukan ide, mengorganisir pikiran, atau mengatasi hambatan kreatif” jelasku kepadanya.

“caranya bagaimana ya pak, saya mau nulis, tapi kok susah banget” ia menundukan kepalanya.

“saya punya beberapa tips dan konsep untuk latihan menulis, kamu mau dapat tips dari saya?” tanyaku, karena aku bukan seorang penulis, aku hanya senang menulis”

“mau pak”

“tapi saya bukan penulis”

“saya kesini karena sering melihat bapak duduk disini sambil nulis” jawabnya.

“baiklah… ada beberapa saran yang mungkin bisa membantumu untuk menulis” jawabku kemudian kulanjutkan “Bacalah secara luas, artinya baca banyak materi dan konten yang beragam, termasuk buku, artikel, blog, dan berita. Dengan membaca lebih banyak, kamu akan terbiasa dengan gaya penulisan yang berbeda dan ide-ide yang beragam” kulihat ia segera mengambil buku, ia mencatatnya”

“Cuma baca doang pak” tanyanya.

“ya bukan hanya baca, kamu juga harus menetapkan tujuanmu dalam menulis, tentukan apa yang ingin kamu sampaikan dalam tulisanmu sebelum kamu mulai menulis. Konsep Ini akan membantu kamu mengarahkan fokus dan mencegah tulisanmu menjadi kacau dan berantakan”

“saya pernah pak, nulis dengan menetapkan tujuan, tapi tetep aja pak akhirnya kacau”ia terlihat tertawa ketika mengatakannya.

“nah… caranya dengan latihan secara teratur, menulis itu ama seperti keterampilan lainnya, menulis juga memerlukan latihan yang konsisten, buatlah jadwal untuk menulis secara rutin, sehingga kamu dapat mengasah kemampuan menulis kamu”

“bener pak, saya ga pernah punya jadwa nulis, kalau lagi kepengen aja” jawabnya.

“mulai hari ini, kamu harus buat jadwal ya, biar tulisanmu semakin bagus” Saranku.

“iya pak” dengan cepat mengiyakan kata-kataku “pak, kalau kerangka itu perlu ga sih?” sambungnya.

“tentu saja, membuat kerangka atau outline sebelum mulai menulis itu sangat penting, buatlah kerangka atau outline tentang apa yang akan kamu sampaikan, kerangka itu akan membantu kamu dalam mengorganisir pikiran dan membuat tulisan kamu menjadi lebih terstruktur”

“O, begitu ya pak, pantesan saya ngaco nulisnya” ia menggaruk-garuk kepalanya.

“loh… selama ini kamu menulis tidak buat kerangkanya?” tanyaku.

“ngak pak… langsung nulis aja” ia terlihat malu.

“kamu juga jangan terlalu kritis terhadap diri sendiri, Jika kamu merasa menulis itu sulit, jangan biarkan kritik terhadap diri sendiri menghambat kreativitas kamu. Biarkan saja kata-kata yang ada di pikiranmu mengalir terlebih dahulu, ingatlah selalu ada kesempatan untuk mengedit dan memperbaiki setelahnya”

“saya sering nih pak, mengkritik diri saya sendiri, ketika saya lagi gak kreatif” sahutnya.

“nah, selanjutnya cari umpan balik atau feedback, mintalah pendapat dari teman, keluarga, guru atau sesama penulis tentang tulisan kamu, umpan balik atau feedback yang konstruktif dapat membantu kamu melihat sudut pandang yang baru dan dapat meningkatkan kualitas tulisan kamu”

“sepertinya kalau saran agak sulit pak”

“kenapa?”

“saya gak punya temen yang suka baca” jawabnya sambil tertawa.

“hahaha…” akupun ikut tertawa.

“tadikan saya bilang kualitas ya, kamu harus mengejar kualitas, bukan kesempurnaan, Ingatlah bahwa menulis adalah proses yang terus berkembang, tidak perlu sempurna pada percobaan pertama, kedua, ketiga dan seterusnya, yang penting adalah menciptakan kualitas dan terus belajar dari pengalaman kamu menulis”

“pak nanti kalau tulisan saya sudah jadi, saya mau bapak menilai ya” pintanya.

“iya… pasti saya akan berikan penilaian, selanjutnya kenali pembaca dari tulisanmu itu, pertimbangkan siapa target pembaca dari tulisan kamu dan sesuaikan gaya dan bahasa kamu dengan audiens tersebut”

“kamu nulis tentang apa?” tanyaku

“kisah percintaan remaja gitu pak” jawabnya terlihat agak malu ketika ia mengatakannya.

“O, bagus itu, kisah percintaan adalah cerita yang tidak pernah habis ditelan zaman”

“tapi waktu saya bener-bener habis pak, sampe pusing ngatur waktu buat nulis sama ngerjain PR, terus juga sering banget buntu, idenya tiba-tiba ilang pak” ia seperti menggerutu.

“nah… satu hal yang sering dilupakan ketika nulis adalah meluangkan waktu untuk istirahat, terkadang, melepaskan diri dari tulisan untuk sementara waktu dapat membantu kamu mengatasi kebuntuan ide dalam menulis atau hambatan kreatifitas”

“berarti saya harus berhenti nulis dan nonton ya pak” tanyanya sambil tertawa kecil.

“kalau memang dibutuhkan ya boleh-boleh saja” jawabku dengan tawa. “nah yang paling terakhir adalah berikan diri kamu apresiasi, setelah menyelesaikan sebuah tulisan, berikan apresiasi pada diri sendiri atas usaha yang telah kamu lakukan, terlepas nanti hasil akhirnya apakah akan diterima oleh pembaca atu tidak, apresiasi untuk diri sendiri itu penting sebelum orang lain mengapresiasi dirimu” sambungku dengan serius ditengah tawa itu sambil menunjuk kearahnya.

“siap pak” ia menunjukan sikap hormat ketika mengatakan kalimat itu.

“Ingatlah bahwa menulis adalah sebuah perjalanan, dan semakin sering kamu melakukannya, maka semakin baik hasilnya. Jangan menyerah dan teruslah berlatih, karena kemampuan menulis dapat berkembang seiring waktu dan dedikasi kamu” pesanku kepadanya.

“baik pak… saya akan melaksanakan semua saran yang bapak berikan” balasnya sambil menyodorkan tangannya dan mencium tanganku “terima kasih banyak ya pak” lanjutnya sambil membungkukkan badannya, kemudian ia berlalu.

“duh… tadi nulis apa ya” laptopku masih terbuka tanpa ada satu kata di layar itu, sementara bel jam pelajaran berikutnya sudah berbunyi, aku harus segera beranjak menuju kelas 12 untuk mengajar Sosiologi.

“pak...” salah satu siswi kelas 12 itu memanggilku.

“ya” jawabku.

“bapak tadi ngomong sama siapa?” tanyanya.

“di taman tadi" tanyaku balik, kulihat ia menganggukkan kepalanya "saya bicara dengan siswa baru deh sepertinya” jawabku, memang aku belum pernah melihatnya “saya juga gak kenal, belum pernah lihat juga” sambungku.

Semua siswa di kelas 12 itu terdiam menatapku, akupun terdiam melihat mereka diam.

-TAMAT-

Iqbal Muchtar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun