Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Detektif Bell Boy

31 Juli 2023   10:00 Diperbarui: 31 Juli 2023   10:05 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan perasaan campur aduk, aku tiba di hotel ini pada pagi hari. Saat pintu masuk hotel yang megah itu terbuka, aku merasa seperti memasuki dunia baru yang penuh dengan misteri dan keajaiban. Mataku terpana oleh keindahan interior hotel yang mewah, dan hatiku dipenuhi dengan rasa bangga karena bisa menjadi bagian dari tempat yang begitu istimewa ini.

Pak Andri sebagai pengawas memberikan panduan singkat tentang tugas-tugasku dan memberikan beberapa tips berharga tentang bagaimana menyambut tamu dengan hangat dan ramah. Pak Andri berbinar-binar saat bercerita tentang momen-momen mengesankan yang dialaminya selama bekerja sebagai Bell Boy sebelum ia naik jabatan menjadi pengawas. Aku merasa semakin termotivasi untuk memberikan yang terbaik pada saatnya nanti.

Tak lama kemudian, aku mulai bertemu dengan tamu pertamaku. Sepasang kekasih yang berbahagia datang dengan senyum lebar di wajah mereka. Aku membantu mereka dengan sabuk koper mereka dan mengantar mereka ke kamarnya dengan ramah. Mereka tampak sangat senang dengan pelayananku, dan itu membuatku sangat bahagia.

Seiring berjalannya waktu, aku semakin percaya diri dengan peran baruku. Aku menghadapi berbagai situasi yang berbeda, dari tamu-tamu bisnis yang sibuk hingga keluarga-keluarga yang menginginkan petunjuk tentang tempat-tempat menarik di sekitar kota. Setiap hari adalah kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang berbagai orang dan budaya.

Tidak semua hari berjalan mulus. Terkadang ada tamu yang marah atau situasi darurat yang membutuhkan tanggapanku dengan cepat. Namun, aku belajar untuk tetap tenang dan menghadapinya dengan bijaksana. Aku menyadari bahwa sebagai seorang Bell Boy, tanggung jawabku bukan hanya membawa koper tamu, tetapi juga menjadi penyelamat saat dibutuhkan.

Keseharianku selalu disibukan dengan membawa koper tamu, mengantar pesan dari satu kamar ke kamar lainnya, dan memberikan informasi mengenai tempat-tempat menarik di sekitar hotel kepada para tamu. Tidak lama, aku menjadi favorit di kalangan para tamu karena keramahanku dan tanganku yang luar biasa ringan untuk membantu.

Suatu malam, saat aku sedang berada di lobby, aku melihat seorang tamu misterius yang memakai jaket hitam dan membawa koper yang sangat besar. Pria itu tampak sangat misterius, tertutup dan selalu menghindari kontak mata dengan siapa pun. Aku penasaran dan mencoba mendekati pria tersebut untuk menawarkan bantuannya.

"Selamat malam, Pak. Apakah ada yang bisa saya bantu?" tanyaku ramah.

Pria misterius itu menatapku sejenak sebelum akhirnya mengangguk dan berkata, "Saya butuh bantuan untuk membawa koper ini ke kamar 313."

Aku merasa seperti ada sesuatu yang aneh dengan situasi ini, tetapi sebagai seorang Bell Boy, tugasku adalah membantu para tamu dengan setulus hati. Aku pun bergegas mengangkat koper besar tersebut dengan susah payah dan mengantar pria misterius itu ke kamar 313.

Ketika sampai di kamar 313, pria tersebut memberikan tip yang sangat besar kepada dan meminta agar tidak ada yang tahu keberadaannya di hotel. Aku merasa kebingungan, tetapi ia hanya mengangguk sambil memastikan bahwa pria itu bisa tidur nyenyak di kamar tersebut.

"Nama kamu siapa?" Tanya pria misterius itu.

"Iwan pak" jawabku dengan ramah.

"tolong gantung dipintu tanda jangan di ganggu" pintanya.

"baik pak, ada lagi yang bisa saya bantu pak" tanyaku.

"tidak ada" jawabnya singkat.

"baik, terima kasih pak" standar kata yang harus aku ucapkan setiap kali pengunjung merasa selesai dibantu. Pria misterius itu segera menutip pintu, seperti terburu-buru, mungkn ia sangat lelah pikirku.

Semakin hari, semakin banyak tamu yang datang dan pergi dari hotel Grand Serenity ini. Setiap hari membawa kisah baru bagiku, mulai dari keluarga bahagia yang menginap untuk merayakan ulang tahun hingga pebisnis sukses yang menyewa seluruh lantai hotel untuk rapat bisnis rahasia.

Suatu malam, aku mendapatkan pesan dari seorang tamu Pak Pison, ia seorang pengusaha terkenal pak Pison memintaku untuk mengantar sebuah surat penting ke kantor pusat miliknya, perusahaannya berada di tengah kota. Aku merasa gugup karena ini adalah tugas pertamaku yang begitu sangat penting, tetapi aku berusaha sebaik mungkin untuk melakukan tugasku dengan baik.

Ketika tiba di kantor pusat itu, aku bingung, karena kantor itu sepi dan gelap. Saat aku sedang mencari surat yang aku simpan di dalam tas selempangku, tiba-tiba aku mendengar suara yang sangat mencurigakan dari balik pintu, aku merasa aku harus mencari tahu lebih lanjut, aku bersembunyi di balik tumpukan kotak.

Aku kaget saat melihat pria misterius yang pernah dia bantu sebelumnya, si pria yang menginap di kamar 313, berbicara dengan seorang pria bertubuh kekear. Mereka berbicara dengan suara rendah, aku tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, tetapi aku merasa yakin sekali pasti ada sesuatu yang tidak beres di kantor pusat tersebut. Aku memutuskan untuk menyelidiki sendiri sebelum mengambil langkah lebih lanjut. Dengan hati-hati, aku berusaha mencari tahu apa yang sedang terjadi tanpa menarik perhatian pria misterius dan pria bertubuh kekar itu.

Aku memutuskan untuk menyusup ke ruangan sebelah yang tidak terkunci dengan harapan bisa mendengar pembicaraan mereka dengan lebih jelas. Dengan perlahan, aku masuk ke dalam dan bersembunyi di balik tirai tipis. Dari tempat persembunyian itu, aku dapat mendengar mereka berbicara dengan suara pelan.

"bagaimana rencana tersebut? Semuanya sudah siap kan?" tanya pria bertubuh kekar.

"Ya, semuanya telah kami persiapkan dengan baik," jawab pria misterius itu.

Aku berusaha fokus untuk mencari petunjuk lebih lanjut tentang apa yang sedang direncanakan. Sayangnya, mereka berbicara dengan bahasa yang agak samar-samar, dan aku hanya dapat menangkap beberapa kata kunci seperti dokumen, transfer, dan rahasia besar.

Sementara aku berusaha menyusun potongan informasi yang aku dapatkan, tiba-tiba aku mendengar langkah berat mendekat ke arah ruangan tempat aku bersembunyi. Tanpa pikir panjang, aku bergegas ke luar dari ruangan dan menyelinap ke lorong yang gelap.

Aku sadar kalau penyelidikanku telah ketahuan dan mungkin akan mengancam keselamatanku. Namun, ketertarikanku dalam memecahkan misteri ini lebih besar daripada ketakutanku. Aku memutuskan untuk tetap bersikap hati-hati, serta tidak menyerah dalam mencari tahu apa yang sedang terjadi.

Sesampainya di rumah aku berpikir keras bagaima cara yang aman agar aku dapat melanjutkan penyelidikan itu. Aku ingat bahwa di kamar 313, ada telepon untuk tamu dengan nomor langsung ke resepsionis hotel. Mungkin aku bisa meminta bantuan dari rekan kerja untuk mencari informasi lebih lanjut tanpa menimbulkan kecurigaan.

Keesokan harinya, dengan wajah yang cerah dan semangat yang membara, aku menemui, Bella, yang bekerja sebagai resepsionis hotel. Dengan sangat hati-hati aku menjelaskan situasi yang aku alami semalam, aku meminta Bella untuk membantuku menyelidiki lebih lanjut.

Bella merasa tertarik dengan kejadian yang aku ceritakan, ia ingin membantuku. kami menyusun rencana untuk mencari tahu lebih banyak tentang pria misterius dan Pak Pison tanpa menimbulkan kecurigaan.

Kami mulai melacak tamu yang menginap di kamar 313 selama beberapa minggu terakhir. kami mencatat semua aktivitas yang mencurigakan dari tamu-tamu tersebut. Selain itu, kami juga mencoba melacak latar belakang pria misterius dan Pak Pison untuk mencari hubungan keterlibatan mereka.

Proses penyelidikan kami membutuhkan ketelitian yang akurat. Kami mencatat setiap detail bukti yang kami dapatkan dan kami berbicara secara diam-diam agar tidak menimbulkan kecurigaan. Semakin banyak kami mengumpulkan informasi, semakin jelas gambaran rencana kriminal dari mereka berdua.

Namun, seiring berjalannya waktu, risiko kami semakin meningkat. Pria misterius dan Pak Pison menjadi curiga karena beberapa kejadian-kejadian kecil yang menimbulkan keanehan di sekitar hotel. Aku dan Bella sadar waktu kami hampir habis, kami harus bertindak dengan cepat sebelum kami ketahuan.

Dengan informasi yang berhasil kami kumpulkan, aku dan Bella memutuskan untuk memberitahu manajemen hotel tentang situasi ini. Kami berbicara dengan penuh kehati-hatian kapada Manajer Umum hotel, Pak Wildan, dan memberikan semua bukti yang telah kami temukan.

Pak Pison pengusaha kaya dengan bisnis kotornya dan pria misterius itu ternyata seorang hacker. Pria misterius dan Pak Pison berencana untuk melakukan kejahatan dengan cara penipuan transfer dari sebuah perusahaan besar yang pada saat itu pimpinan perusahaannya sedang menginap di hotel. Penipuan transfer ini akan menyebabkan kerugian finansial besar dan mengancam keberlangsungan perusahaan tersebut, mereka akan melakukan aksinya malam ini.

Belum sempat mereka melakukan aksinya, pihak keamanan hotel dan pihak berwenang segera meringkusnya, berkat data dan informasi yang kami temukan.

"terima kasih Iwan" pimpinan perusahaan itu menyodorkan tangannya.

"sama-sama pak Andre" aku menyambut tangannya.

"berkat Anda perusahaan saya terselamatkan, Anda sangat berjasa bagi kami" sahut Pak Andre. "saya sudah bicara dengan pimpinan Hotel ini, yang kebetulan rekan bisnis saya" sambungnya.

"iya pak" aku menyela karena ia menghetikan kata-katanya. Aku berfikir aku akan terkena surat peringatan, meskipun aku mendapatkan pujian, karena tindakanku melanggar standar operasional Hotel.

"mulai besok, posisi Anda sebagai detektif bellboy" Pak Andre mengatakan itu dengan ekspresi tangan yang menunjuk.

"Iya pak, terima kasih" aku hanya mengangguk, aku tidak mengerti apa itu detektif Bell Boy, aku hanya ingin bekerja sebagai Bell Boy, itu saja.

-TAMAT-

Iqbal Muchtar

#hotelierwriters
#hotel
#hospitality
#hotelier
#celestinepatterson
#hotel job

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun