Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Tanteku Monster

27 Juli 2023   10:00 Diperbarui: 27 Juli 2023   10:07 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mulai membacakan cerita pendekku dengan penuh ekspresi, mencoba menyampaikan setiap detil cerita dengan penuh semangat. Seiring dengan berjalannya waktu, rasa gugup mulai menghilang, dan aku semakin tenggelam di dalam aliran kata-kataku.

Setelah selesai, tepuk tangan dan sorakan mengisi ruangan. Aku merasa lega dan bahagia.

"Bagus sekali, Belva! Ceritanya begitu indah dan menyentuh hati. Kamu punya bakat luar biasa dalam menulis" Dosen itu menyalamiku.

"Terima kasih, Pak. Ini adalah impian saya untuk menjadi penulis, dan saya berharap bisa membawa inspirasi melalui tulisan-tulisan saya" jawabku

"inspirasimu sungguh luar biasa, buku apa yang menjadi referensimu" Tanya dosen itu.

Inspirasi itu mengalir dalam darahku, pada suatu hari disaat kegelisahan menyelimuti hati dan hampir merusak hariku, aku menemukan sebuah toko buku tua yang berdebu di tengah kota. Aku tertarik oleh aroma buku kuno dan kesederhanaan ornamen toko itu, aku memutuskan untuk masuk. Di dalam toko buku itu, aku bertemu dengan seorang pria tua yang sangat bijaksana.

Widjaya Abednego adalah penulis terkenal yang sudah pensiun dari dunia sastra, tetapi ia selalu terbuka untuk berbicara dengan para pemuda yang berbakat. Melihat potensi besarku, ia pun memberikan saran berharga dan membagikan kisah-kisah inspiratifnya.

"Belva, impianmu adalah kekuatan yang luar biasa. Tak perlu takut dengan keraguan dan pendapat orang lain. Jika kamu ingin menulis, maka tulislah dengan sepenuh hati. Kehadiranmu sebagai penulis akan memberikan cahaya baru bagi dunia ini"

Kata-kata Pak Widjaya menyentuh hatiku, dan semangatku kembali membara. Namun, ketika aku kembali ke rumah dan menceritakan pertemuan itu pada bibi, ia menggelengkan kepala dengan tegas. "Jangan terlena oleh omongan orang asing, Belva. Karier sebagai penulis hanyalah khayalan belaka"

Dalam perjalanan mencari inspirasi bersama Pak Widjaya, aku belajar lebih banyak tentang diriku sendiri. Aku menyadari bahwa menulis bukan hanya tentang kata-kata yang mengalir dan membentuk muara kalimat demi kalimat, tetapi juga tentang mengungkapkan perasaan dan menjelajahi imajinasi. Aku mulai menulis dari hati, dan karya-karyanya pun menjadi lebih kuat dan berkesan.

Dengan semangat yang baru aku temukan, aku memutuskan untuk mempertahankan impian itu. Aku mulai menulis setiap hari, tanpa memedulikan omongan bibi atau rintangan lain yang datang. Tulisanku menjadi semakin kuat, aku merasa lebih dekat dengan ibu melalui untaian kata yang tercipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun