"Belva, kamu datang! Kami sudah menunggumu!" Sahut Tina.
"Maaf ya, sedikit terlambat... Aku agak gugup" Jawabku.
"Gugup itu wajar, Belva. Kita semua pasti merasakannya. Tapi percayalah, kamu pasti bisa!" balas Aldi.
"Terima kasih, guys... Semangat kalian membuatku merasa lebih yakin" Kataku sambil memeluk teman-temanku.
"Jangan lupa, kita semua di sini untuk saling suport. Ini saatnya untuk menunjukkan kemampuan kita sebagai penulis" Balas Rani, menyemangati.
"betul sekali, Rani. Aku sudah menyiapkan presentasiku dengan baik, ya tuhan, semoga aku bisa memberikan yang terbaik" Aku memelas.
Tepat pada waktunya, dosen pengampu mata kuliah itu datang dan memberikan pengantar untuk presentasi kita.
"Halo semuanya! Hari ini kita akan melihat presentasi karya-karya tulisan dari teman-teman kita. Belva, kamu duluan. Silakan maju" Pinta Dosen itu.
"Baik, terima kasih" Jawabku sembari menelan ludah.
Aku berjalan ke depan, berdiri di hadapan teman-teman sekelas dan dosen. Hati ini campur aduk rasanya antara gugup dan semangat. Namun, aku teringat jurnal tua milik ibu dan dukungan dari teman-teman, membuatku semakin percaya diri.
"Halo semuanya, namaku Belva. Aku ingin mempersembahkan karya tulis berjudul Tarian Kabut. Cerita ini tentang seorang gadis muda yang menemukan arti sejati dari kebahagiaan dari kabut yang menghalangi pandangannya"