Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Kehidupan yang Berkedip-kedip

14 Juli 2023   08:00 Diperbarui: 14 Juli 2023   08:11 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah kota kecil yang tersembunyi di antara bukit-bukit hijau yang teduh dan asri, terdapat sebuah toko kecil bernama Cahaya Purnama. Toko ini menjual berbagai macam jenis lampu, alat-alat listrik dan juga perlengkapan yang berkaitan dengan listrik, namun ada satu jenis lampu yang menjadi primadona toko di toko ini: lampu sein.

Kakek Sugiono, pemilik toko ini adalah seorang pria tua yang memiliki kecintaan yang mendalam terhadap lampu-lampu itu. Dia merawat setiap lampu sein dengan penuh kasih sayang dan memastikan bahwa mereka selalu berfungsi dengan baik. Setiap hari, ia dengan telaten mengatur tata letak lampu-lampu itu di dalam tokonya, memberikan kilauan khusus pada setiap sudut ruangan.

Suatu hari, seorang pelanggan muda bernama Emma datang ke toko itu. Dia adalah seorang pecinta lampu yang baru saja memulai hobinya untuk mengoleksi lampu-lampu antik. Ketika ia memasuki toko, matanya langsung tertuju pada kumpulan lampu-lampu sein yang berkilauan di pojok ruangan itu.

Emma menghabiskan waktunya berkeliling di dalam toko tersebut, berjam-jam mengamati setiap lampu sein yang ada, menganalisa setiap bentuk dan cahaya yang di hasilkan dari lampu-lampu itu. Ia terpesona oleh cahaya yang berkedip-kedip yang dipancarkan oleh lampu-lampu sein itu, seolah-olah kedipan itu mengandung pesan-pesan rahasia.

Kakek Sugiono yang sedang duduk di kursi kayu tua itu memperhatikan Emma yang sedang antusias mengamati lampu-lampu sein yang cantik, ia kemudian menghampirinya.

"Indah ya" sapa kakek Sugiono kepada Emma ketika ia sedang menggenggam lampu itu.

"sangat indah, aku senang melihat kedipan-kedipan unik dari lampu sein ini" jawab Emma.

"duduklah, aku akan menceritakan sesuatu tentang lampu-lampu itu" pinta Kakek Sugiono kepada Emma, kemudian Emma mengikuti Kakek Sugiono keluar toko menuju kursi-kursi yang berada di luar toko itu, hari sudah gelap dan toko lampu itu memberikan cahaya yang berkilauan menghadirkan pemandangan yang indah di malam hari. Emma duduk di seberangnya, penuh antusiasme menunggu cerita dari sang pemilik toko.

"Lampu sein bukan hanya sekadar lampu yang memberikan petunjuk arah saat mengemudi," kata Kakek Sugiono. "Di balik kilauan mereka, ada sejarah panjang dan banyak cerita menarik."

Ia memulai ceritanya dengan menggambarkan awal mula penemuan lampu sein. "Pada suatu malam gelap, di tengah perjalanan pulang, seorang penemu bernama Robert Parker mengalami kecelakaan mobil karena tidak bisa memberikan isyarat dengan jelas kepada pengemudi lain. Insiden itu menginspirasi Parker untuk menciptakan sebuah lampu yang dapat memberikan sinyal dengan jelas". Kakek Sugiono menjelaskannya dengan perlahan.

"Parker menghabiskan waktu berbulan-bulan di bengkelnya, bereksperimen dengan berbagai desain dan sirkuit listrik. Akhirnya, ia berhasil menciptakan lampu sein pertamanya. Lampu itu mampu berkedip dengan ritme tertentu, memberikan peringatan kepada pengemudi lain tentang niatnya untuk berbelok atau berpindah jalur" sambung Kakek Sugiono kepada Emma yang terlihat sangat antusias dengan kisah itu.

Setelah kisah awal penemuan lampu sein, Kakek Sugiono juga menceritakan petualangan lampu-lampu itu setelah mereka meninggalkan pabrik milik Parker.

"Salah satu lampu sein berakhir di sebuah mobil antik yang dioperasikan oleh seorang pria bernama Jack" Kakek Sugiono terlihat seperti menunjuk sesuatu, kemudian ia melanjutkan ceritanya "Jack adalah penggemar mobil klasik dan menggunakan mobilnya untuk mengunjungi berbagai pameran otomotif di seluruh negeri" Kakek Sugiono menghentikan kalimatnya, ia mengambil nafas panjang kemudian dihempaskannya, ia melanjutkan kembali cerita itu "Lampu sein pada mobil Jack menjadi saksi setiap momen perjalanan yang menarik perhatian orang-orang, mulai dari perjalanan panjang di jalan raya hingga acara eksklusif di kota-kota juga di desa-desa"

"Lampu sein itu juga berlayar ikut dengan kapal pesiar mewah. Mereka berkilauan di gelapnya malam, memberikan isyarat kepada kapal-kapal lain dan memberikan informasi tentang keberadaan kapal pesiar itu di tengah samudera. Lampu-lampu itu menghadirkan kilauan khusus pada pesta malam di atas kapal, memikat pengunjung dengan keindahannya" cerita Kakek Sugiono semakin seru bagi Emma, napak di kedua bola mata Emma yang terlihat semakin membesar.  

"Beberapa lampu sein yang beruntung itu berakhir di mobil pemadam kebakaran dan juga ambulans. Mereka memberikan isyarat tegas kepada pengemudi lain untuk memberikan jalan saat mobil pemadam kebakaran dan juga ambulans meluncur dengan kecepatan tinggi untuk menyelamatkan kehidupan para manusia. Lampu-lampu itu menjadi lambang harapan dan keamanan bagi mereka yang berada di sekitarnya" sambung Kakek Sugiono, ia menatap mata Emma sangat dalam.

Emma terpesona mendengarkan cerita Kakek Sugiono tentang petualangan lampu-lampu sein itu. Ia tak pernah menyadari bahwa ada begitu banyak kisah menarik di balik sebuah objek yang tampak sederhana seperti lampu sein.

"Dalam beberapa tahun terakhir, kita telah melihat banyak pergantian pemilik lampu sein" Kakek Sugiono menghentikan kalimatnya.

"maksud kakek apa?" tanya Emma, yang merasa kebingungan dengan pernyataan Kakek Sugiono.

"Ya... beberapa lampu itu digunakan oleh pengendara sepeda di kota besar, memang tujuannya adalah memberikan sinyal arah saat mereka ingin berbelok di persimpangan" Kakek Sugiono memberikan pengertian kepada Emma.

"memang bermanfaat lampu-lampu itu bagi pengendara sepeda kan?" Tanya Emma.

"Ya... betul sekali" jawab Kakek Sugiono.

"lampu sein yang lain ditemukan di lampu-lampu panggung, menciptakan kilauan dan sorotan di atas panggung untuk pertunjukan musik dan teater" Lanjut Kakek Sugiono.

"Panggung itu juga pakai lampu sein?" Emma merasa heran.

"Ya... tentu saja, hanya berbeda sirkuit dan lumennya" Jawab Kakek Sugiono.

"Ada satu lampu sein yang belum pernah berpindah tangan. Lampu itu masih saja tetap di toko ini, menjadi saksi dari semua cerita yang telah aku ceritakan kepadamu" ia menunjuk satu jenis lampu sein yang nampak berkelip dari kejauhan dengan model klasik dan unik.

"Ia akan terus menyala dengan kehangatan dan keceriaan" sambung Kakek Sugiono di akhir ceritanya.

Emma merasa sangat terinspirasi oleh cerita Kakek Sugiono. Ia memutuskan untuk membeli beberapa lampu sein dari toko Cahaya Purnama dan memulai koleksinya sendiri. Setiap lampu itu memiliki cerita dan keindahan serta keunikan yang mampu mencerahkan hidupnya.

Ia menulis sebuah buku yang menggambarkan kisah-kisah menarik di balik lampu-lampu itu. Buku itu diterbitkan dan laris dipasaran, buku itu menginspirasi banyak orang, kalimat yang di ceritakan oleh Emma di dalam bukunya mampu membuat pembacanya melihat lampu sein dengan perspektif yang baru.

Tujuan Emma menulis tentang lampu sein agar orang-orang menyadari betapa pentingnya lampu itu dalam kehidupan sehari-hari. Lampu-lampu itu tidak lagi hanya sekadar petunjuk arah, melainkan juga simbol persatuan, keberanian, dan keajaiban yang tersembunyi di dalam kehidupan kita.

"Kakek Sugiono..." Tanya salah satu pembeli di toko itu.

"iya..." jawabnya.

"saya mau beli lampu sein untuk becak saya" tanya pembeli itu, sambil menunjuk becaknya yang terparkir di halaman depan toko.

"oh... baik, saya akan ambilkan lampu yang tepat untuk becak itu" tunjuk Kakek Sugiono, dan berlalu menuju sudut ruangan tempat para lampu sein berpendar berkedip-kedip dengan kecantikannya, ia memilih satu lampu yang telah lama sekali menemaninya berbagi kisah.

"ini lampu sein yang tepat untuk becak itu" kakek Sugiono memberikan lampu sein antik koleksi kesayangannya.

"pak... saya tidak punya uang untuk membeli lampu sein antik ini" keluh pembeli itu.

"lampu sein ini sudah lama berada di sini, becak itu akan menemaninya menjelajahi hari-hari menerjang panas dan hujan, menulis ceritanya sendiri, dan berbagi kisah untuk generasi selanjutnya" jawab Kakek Sugiono.

"maksudnya pak" tanyanya bingung.

"pasang di becak itu, bawa ia berkeliling, besok datang lagi kesini" jawab Kakek Sugiono.

"terima kasih pak" ia pun berlalu membawa lampu sein yang telah lama menemani perjalanan Kakek Sugiono.

Berhari-hari, Kakek Sugiono menantikan becak itu singgah dengan lampu sein antik yang terpasang di tubuh becak itu, namun becak itu tak kunjung datang.

"pak... tolong antarkan saya ke toko lampu Cahaya Punama" pinta Emma kepada tukang becak.

"silakan bu" jawab tukang becak itu, Emma merasa tertarik ingin menaiki becak itu karena terlihat unik, becak itu memiliki lampu sein antik, mirip seperti koleksi lampu sein milik Kakek Sugiono. Emma teringat semua cerita-cerita dari Kakek Sugiono saat pertama kali menginjakan kakinya di kota ini, saat ini ia ingin memberikan sebuah buku yang ia tulis yang terinspirasi dari ceritanya.

"sudah sampai bu" tukang becak itu membuyarkan lamunan Emma.

"loh... kenapa toko ini tutup" tanya Emma kepada tukang becak itu.

"iya bu... pemilik toko ini memberikan lampu sein ini kepada saya, ia sebenarnya ingin melihat lampu itu terpasang keesokan harinya, namun saya sibuk berhari-hari membawa penumpang, saya kebanjiran penumpang sejak pasang lampu sein ini, setelah satu minggu saya sempatkan singgah..." tukang becak itu menghentikan kata-katanya.

"kenapa pak" tanya Emma, seperti ingin mendengarkan penjelasan yang lebih detail.

"Kakek itu sudah meninggal dunia"

Begitulah cerita tentang lampu sein. Di balik kilauan mereka yang berkedip-kedip, ada kisah-kisah menarik dan petualangan yang tak terduga. Jadi, saat Anda melihat lampu sein berkedip di jalan, hargailah cahaya kecil itu dan ingatlah bahwa di baliknya terdapat lebih banyak cerita yang menanti untuk diceritakan.

-TAMAT-

M.I.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun