"oh... baik, saya akan ambilkan lampu yang tepat untuk becak itu" tunjuk Kakek Sugiono, dan berlalu menuju sudut ruangan tempat para lampu sein berpendar berkedip-kedip dengan kecantikannya, ia memilih satu lampu yang telah lama sekali menemaninya berbagi kisah.
"ini lampu sein yang tepat untuk becak itu" kakek Sugiono memberikan lampu sein antik koleksi kesayangannya.
"pak... saya tidak punya uang untuk membeli lampu sein antik ini" keluh pembeli itu.
"lampu sein ini sudah lama berada di sini, becak itu akan menemaninya menjelajahi hari-hari menerjang panas dan hujan, menulis ceritanya sendiri, dan berbagi kisah untuk generasi selanjutnya" jawab Kakek Sugiono.
"maksudnya pak" tanyanya bingung.
"pasang di becak itu, bawa ia berkeliling, besok datang lagi kesini" jawab Kakek Sugiono.
"terima kasih pak" ia pun berlalu membawa lampu sein yang telah lama menemani perjalanan Kakek Sugiono.
Berhari-hari, Kakek Sugiono menantikan becak itu singgah dengan lampu sein antik yang terpasang di tubuh becak itu, namun becak itu tak kunjung datang.
"pak... tolong antarkan saya ke toko lampu Cahaya Punama" pinta Emma kepada tukang becak.
"silakan bu" jawab tukang becak itu, Emma merasa tertarik ingin menaiki becak itu karena terlihat unik, becak itu memiliki lampu sein antik, mirip seperti koleksi lampu sein milik Kakek Sugiono. Emma teringat semua cerita-cerita dari Kakek Sugiono saat pertama kali menginjakan kakinya di kota ini, saat ini ia ingin memberikan sebuah buku yang ia tulis yang terinspirasi dari ceritanya.
"sudah sampai bu" tukang becak itu membuyarkan lamunan Emma.