Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal Kholidin
Muhammad Iqbal Kholidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Pemerintahan

Jangan Menghamba pada Diam!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sudut Pandang Alternatif: Memimpin

3 Desember 2021   03:02 Diperbarui: 5 Desember 2021   14:17 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah setiap hal hebat dalam memimpin adalah sebuah keberuntungan? Segala hal yang dianggap mewah oleh sebagian besar orang yang dirasakan oleh pemimpin adalah suatu anugerah? Saya rasa tidak.

Ketika memimpin, sering kali kita dihadapkan pada kehormatan, harta, sanjungan dan pujian dari orang lain. Apakah itu sebetulnya nikmat? Saya sendiri adalah orang yang menganggap hal itu sebagai kutukan. Suatu hal yang membuat mual bahkan muntah ketika kita mendapatkan hal tersebut.

Bayangkan, ketika kita memimpin dan tidak mampu memuaskan segala kepercayaan yang dilimpahkan kepada kita? Pasti penuh akan segala hal cacian, makian dan hinaan yang tumbuh dan terlempar kepada kita. Karena ketika memimpin kita tak mampu untuk menghalangi segala lampu yang tersorot kepada kita, dan setiap gerak gerik kita pun akan diperhatikan oleh semua orang. Hal inilah yang sebetulnya mencabut segala kebebasan kita sendiri sekalipun kita menjadi pemimpin yang tidak memiliki moral dan kepedulian, sudah tentu segala sorotan tetap datang menghampiri.

Lantas, kutukan tersebut membuat kita enggan menjadi pemimpin. Ibarat badai yang pasti reda dan sinar hangat menjalari tanah, kutukan tersebut saya anggap sebagai sebuah harapan. Harapan ketika dengan segala tekanan yang datang, kita sebetulnya telah bertumbuh, belajar dan menjadi tahapan yang lebih baik. Kita bertumbuh dari sebuah benih yang belum mampu memberikan banyak manfaat menjadi sebuah pohon besar dengan sejuta manfaat. Kita belajar dari segala hal yang kita sebelumnya tidak mengetahui, menjadi mendapat pengetahuan setelah kita belajar dari segala dinamika dan proses yang kita jalani. Begitu juga dengan beranjak pada tahapan yang lebih baik, dibandingkan berbicara benar dan salah yang begitu abstrak, saya lebih senang berbicara mengenai baik buruk yang dimana setelah menjalani proses memimpin kita mampu memahami bagaimana baik dan buruknya sebuah pemikiran, perkataan dan perbuatan kita saat memimpin serta mampu mengevaluasi dari aktivitas memimpin kita yang sudah tentu berdampak bagi diri sendiri dan orang lain.

Ya, memimpin adalah kutukan dan kutukan adalah sebuah harapan, maka memimpin adalah menjadi harapan bagi diri sendiri dan juga orang lain!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun