Loh bukankah itu benar? Ya, memang mungkin benar, namun terlepas dari benar ataupun salah, bagi saya sepertinya itu masih belum cukup tepat.
Maka saya coba mencari perspektif baru dengan pertanyaan: mengapa?
Mengapa dahulu seorang Hitler yang tidak memiliki banyak pengalaman militer namun mampu menguasai ranah politik negaranya, memegang kuasa militer bahkan menggerakkan perekonomian Jerman menjadi lebih maju pasca keruntuhan ekonomi di Perang Dunia I?
Mengapa Samuel Pierpont Langley di awal tahun 1900-an dengan berbagai banyak akses, dana dan sumber daya yang dia miliki tidak berhasil menciptakan gebrakan besar dan kalah pamor dibandingkan dengan Wright bersaudara?
Ataupun hal kecil seperti:
Mengapa ketika kita yang memiliki waktu yang sama luang, latar belakang pendidikan yang sama, guru yang sama, ataupun bahkan nilai yang sama namun masih sering kali tertinggal dengan teman sekelas kita dahulu?
Atau,
Mengapa ketika kita membaca buku yang sama namun pemahaman kita dengan orang lain justru berbeda?
Dengan pertanyaan "mengapa" saya tak hanya mengetahui hakikat suatu hal ataupun fenomena, namun saya juga mengetahui alasan dari suatu hal, dan ini menurut saya cukup memuaskan sebagai langkah awal saya memimpin suatu kelompok atau bahkan diri sendiri.
Ketika saya melihat beberapa individu yang saya pimpin memiliki permasalahan, saya tak hanya bertanya "apa yang kamu alami?", namun saya lebih sering menanyakan "mengapa kamu mengalami ini?".
Sama hal nya ketika saya akan diberitahukan sebuah tanggung jawab, saya tak lagi bertanya "Apa tanggung jawabnya?", namun saya bertanya "Mengapa tanggung jawab ini diberikan ke saya dan mengapa saya yang harus mengerjakan tanggung jawab tersebut?". Dari pertanyaan tersebut, saya mampu memandang lebih luas tentang suatu hal dan tak terbatas pada pemahaman diri sendiri yang memiliki banyak keterbatasan.