Magang MBKM merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran yang memberikan wawasan dan pengalaman praktis kepada mahasiswa mengenai kegiatan riil di dunia industri, usaha maupun kerja yang dilaksanakan selama 1 semester.Â
Program ini diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) dan merupakan bagian dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).Â
Program magang MBKM ini juga merupakan salah satu bentuk kerja sama antara Jurusan Kimia Universitas Jember dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslit KoKa) sebagai mitra.
Pusat penelitian kopi dan kakao Indonesia berlokasi di jalan PB. Sudirman, Jember Jawa Timur. Mahasiswa yang mengikuti program magang di puslitkoka ini yakni Aurely Rachmanita Sosa, Annisa Agustin Zahro, Moh. Munal Ula, dan Muhammad Iqbal Fatwa yang berasal dari jurusan Kimia Universitas Jember.Â
Program ini dilaksanakan selama 6 bulan, yang mana selain mendapatkan wawasan dan pengalaman riil di dunia kerja, mahasiswa yang mengikuti program ini juga diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh pada masyarakat umum.
Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa ini adalah sosialisasi sabun cair dari limbah kulit kakao. Sasaran sosialisasi ditujukan kepada petani kakao. Petani kakao yang dipilih sebagai sasaran sosialisasi yakni kelompok tani daerah Kencong.Â
Kelompok tani ini dipilih karena mereka telah menjalin hubungan kerja sama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia yang mana kebunnya ini digunakan sebagai kebun percontohan.Â
Petani kakao di daerah Kencong belum memanfaatkan limbah kulit kakao dengan maksimal, masih banyak limbah kulit kakao yang hanya dijadikan pakan hewan ternak ataupun dibiarkan saja sebagai pupuk organik.Â
Oleh karena itu, agar limbah kulit kakao lebih bermanfaat maka melalui kegiatan Magang program MBKM ini akan disosialisasikan mengenai pembuatan sabun dari limbah kulit kakao.
Kegiatan sosialisasi ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu observasi, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kegiatan ini terbagi menjadi 7 minggu yang meliputi,
1. minggu pertama yaitu tahap observasi dimana dilakukan kunjungan kepada petani kakao di daerah Kencong, Jember. Tahap observasi ini dilakukan untuk memperoleh informasi potensi petani yang selama ini menanam tanaman kakao.
2. minggu kedua, yaitu dilaksanakan tahap identifikasi masalah. Tahap ini dilakukan diskusi untuk mengetahui masalah dan kendala yang dihadapi oleh sasaran sosialisasi. Hasil diskusi diperoleh bahwa kulit buah kakao belum banyak dimanfaatkan karena sebagian besar digunakan untuk pakan ternak atau hanya dibuang.
3. minggu ketiga, yaitu tahap perencanaan. Tahap ini dilakukan dengan merencanakan solusi dari permasalahan yang ada dalam kelompok tani tersebut.Â
Solusi dari permasalahan tersebut yakni memanfaatkan limbah kulit kakao menjadi bahan pembuatan sabun cair agar limbah kulit kakao tidak terbuang percuma.Â
Selain itu, hal ini dapat mengurangi pengeluaran ibu rumah tangga dalam hal membeli sabun, bahkan sabun olahan tersebut dapat dipasarkan untuk menambah pemasukkan.
4. minggu keempat, yaitu melaksanakan persiapan sosialisasi sabun ke petani kakao. Pada tahap ini kami dibantu oleh pihak Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia untuk mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan sosialisasi. Selain itu, dilakukan diskusi dengan pabrik sabun di pusat penelitian kopi dan kakao agar dapat menghasilkan sabun yang baik dan aman digunakan.
5. minggu kelima, merupakan pelaksanaan sosialisasi pembuatan sabun kulit kakao kepada petani kakao di daerah Kencong, Jember, Jawa Timur. Sosialisasi ini tidak hanya ditujukan kepada petani kakao tetapi juga kepada ibu rumah tangga.Â
Selain itu, para peserta sosialisasi juga dapat mempraktekkan secara langsung pembuatan sabun sehingga dapat terbiasa dalam proses pembuatan sabun.
6. minggu keenam, merupakan evaluasi inovasi yang telah diterapkan. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan kendala setelah sosialisasi dilaksanakan.Â
Hasil diskusi dengan peserta sosialisasi didapatkan informasi bahwa terdapat beberapa kendala dalam penyiapan bahan tetapi sudah dapat diatasi dengan pembelian berkala.Â
Sabun yang dihasilkan sangat berguna bagi petani khususnya dalam kegiatan rumah tangga. Mereka mengungkapkan adanya sosialisasi tersebut dapat membantu meringankan kebutuhan rumah tangga karena sabun tersebut dapat digunakan untuk membersihkan alat makan dan dapur, membersihkan tangan, dan sebagainya.
Sosialisasi ini diharapkan dapat membantu para petani mengurangi limbah kulit kakao yang menumpuk dan dapat memanfaatkan limbah kulit kakao dengan maksimal.Â
Antusiasme dan partisipasi peserta terlihat dari pertanyaan yang mereka ajukan selama kegiatan sosialisasi berlangsung. Mereka juga antusias untuk mencoba langsung membuat sabun dari limbah kulit kakao ini.Â
Sosialisasi ini juga dapat memberikan motivasi untuk membuka peluang usaha bagi masyarakat Daerah Kencong dengan menjual sabun dalam skala kecil.Â
Karena, seperti yang diketahui Daerah Kencong telah mendapatkan sosialisasi langsung dalam proses pembuatan sabun cair, maka bagi masyarakat Kencong untuk mulai merambah Usaha Mikro dan Menengah (UMKM) dan membuka peluang mata pencarian baru.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI