Avoidance juga dapat menghasilkan output yang positif dan negatif. Pada kasus tertentu, avoidance membuat seseorang untuk melakukan yang terbaik agar terhindar dari kesalahan sebelumnya.Â
Namun, terdapat kasus juga dimana avoidance sangat ekstrim sehingga seseorang cenderung menjadi acuh dan tidak peduli terhadap kesalahan-kesalahan yang diperbuat.
Terakhir, contoh dari escape yaitu setelah mendapat teguran, mahasiswa tersebut mencoba lebih aktif dalam perkuliahan untuk menutupi kekurangan nilai & terhindar dari teguran sang dosen di masa mendatang.Â
Nah, setelah melihat contoh kasus tersebut, baik punishment, escape, maupun avoidance merupakan satu dari banyak hal yang bisa manusia lakukan sebagai bentuk pertahanan diri.Â
Perlu diketahui bahwa ketiga perlakuan di atas merupakan contoh dari penguatan yang negatif. Meskipun dikatakan sebagai bagian dari penguatan negatif, perilaku melarikan diri (escape) dan menghindar (avoidance) tidak selamanya menghasilkan output yang buruk pada perilaku seseorang.Â
Seperti pada kasus di atas, setelah mendapat teguran dan peringatan dari sang dosen mengenai nilai dan batas kriteria penilaiannya, bisa jadi mahasiswa yang melakukan escape malah mencoba untuk lebih aktif dalam perkuliahannya karena takut mengulang kelas dan tidak ingin terus mendapat teguran dari sang dosen.
Meski begitu, perilaku escape juga turut membuka peluang bagi seseorang untuk mendapatkan output yang jauh lebih buruk. Kecenderungan untuk melarikan diri dari teguran dosen, serta stres perkuliahan mungkin akan membuat mahasiswa untuk melakukan hal yang lebih parah seperti ghosting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H