Mohon tunggu...
Muhmad Iqbal Haqiqi
Muhmad Iqbal Haqiqi Mohon Tunggu... Jurnalis - Author

Mahasiswa cupu yang manaruh cinta pada baca - tulis, anima dan minum susu. Sesekali juga doyan gorengan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bulir-bulir Hikmah dari Pengalaman Kuliah Kerja "Ngendeso"

3 Maret 2019   21:50 Diperbarui: 4 Maret 2019   03:44 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dari internal tim, akan muncul konflik yang bisa saja  memicu lahirnya dua kubu, dan melancarkan perang sindiran serta senimental layaknya kubu C*bong dan Kampr*t.  Haduuh kalau sudah kubu - kubuan, susah semua deh pokoknya. Konflik ini biasanya muncul ketika baper mengalahkan sabar dalam perebutan akal. Masalahnya kadang sepele, karena dipendam sendiri akhirnya panas dan tak terbendung dah bapernya.

Nah inilah pentingnya mengelola konflik melalui pengetahuan tentang setiap karakter dari 10 - 15 spesies yang ada dalam tim KKN. Dalam salah satu teori manajemen konflik, ada yang namanya teori identitas. Di sini kita menganalisa dan mencoba memberikan respon yang berbeda sesuai dengan karater setiap individu saat berinteraksi. 

Yah memang terlihat begitu kurang kerjaan sih. Kok ngoyo banget sampai harus meneliti masing - masing individu dari tim KKN kita. Tapi gak akan rugi kok, itu akan menambah kemampuan intuisi kita dalam mengelola rasa dari tim KKN kita. Yah siapa tahu besok pas nikah punya anak 15, kan perlu banget tuh manajemen konflik biar keluarganya harmonis. Muehehhe.

Dari sisi eksternal, konflik yang biasanya muncul datang dari tokoh masyarakat yang terusik dengan kehadiran kita yang cuma gitu - gitu ajah. Kembali pada teori manajemen konflik, ada teori tentang hubungan masyarakat. Di sini kita belajar menelisik tentang estetika dalam berinterksi dan berkomunikasi. Semuanya akan terkelola dengan baik ketika kita menjalin hubungan yang baik dan harmonis dengan masyarakat setempat, serta menjalin kerjasama yang sinergis terkait dengan program kerja yang kita canangkan.

Pelajaran keempat adalah pelajaran mendidik. Dalam pengabdian KKN, program yang hampir pasti selalu ada adalah bimbingan belajar dan ngajari ngaji untuk anak - anak Sekolah Dasar. Di sini mahasiswa KKN seperti saya akan dituntut untuk menjadi guru, dan mengajarkan ilmu dengan bahasa sesederhana mungkin dan semenyenangkan mungkin. Tujuannya yah biar tidak terkesan boring dan menjenuhkan. Bayangkan saja, ketika kita menjelaskan tentang njelimetnya pelajaran  matematika kelas 6 sekolah dasar, dan tiba -- tiba ada yang meloncat kepunggung dan dikira saya adalah kuda lumping yang bebas aniaya.

Belum lagi berbagai macam pertanyaan aneh yang sifatnya ngetes seperti "binatang apa yang jago berenang kak ? ikan? Salaah, yang benar bebek, ikan mah menyelam, gak berenang, aah payaah lemaaah. Nuuub".

Dan ketika saya menjawab benar, mereka gak terima dan marah. Selain itu kadang mereka menggoda dan minta dikejar, ketika dikejar malah marah - marah Kan yah lucuuuu !!

 Tapi yah sudahlah, dengan ini saya jadi tahu, bahwa mahluk yang tidak bisa disalahkan di zaman ini adalah wanita dan anak - anak.

Dengan mendidik anak - anak, saya jadi mengerti bahwa guru benar - benar mahluk kuat dan sabar yang berjasa dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Yah bagaimana tidak sabar, sehari - hari mengajari anak - anak hiperaktif yang jumlahnya 20 - 30 orang. Saya saja menghadapi 7 orang anak saja sudah hampir semaput.

Pelajaran terakhir adalah mengetahui bahwa pola pikir masyarakat desa itu sederhana dan tidak butuh yang njlimet - njilmet. Bisa dipastikan bahwa teori - teori perkampusan yang kita pelajari tidak semua aplikatif di masyarakat. 

Bagi saya yang calon lulusan di sektor perbankan, saya sadar, bahwa teori bunga, bagi hasil, ijarah, istishna, salam, murabahah dan tetek bengeknya di kehidupan perbankan yang diajarkan di kampus benar -- benar tidak bermanfaat secara praktis. Yah meski demikian teori itu tetap berfungsi bagi koorporasi dan pemangku regulasi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun