Mohon tunggu...
Ipon Semesta
Ipon Semesta Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Seniman. Melukis dan Menulis. Mantan Jurnalis Seni dan Budaya. Ketua PERSEGI (Persaudaraan Seniman Gambar Indonesia)

Selanjutnya

Tutup

Seni

Tiga Warna Seni Rupa Indonesia - Seniman Itu Seksi

7 September 2024   16:30 Diperbarui: 13 September 2024   21:39 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertumbuhan itu telah berlangsung sejak sekitar 50 tahun lalu. Apa pasal, sebenarnya sederhana saja yang jadi biang kejadian. Basoeki Abdullah melukis dalam sisa "Mooi Indie. Sebuah gaya pelukisan yang dianggap sangat mengabaikan aspirasi perjuangan bangsa kala itu.

Lukisan-lukisan "Mooi Indie" adalah lukisan-lukisan pelayanan. Lukisan untuk turis. Atau lukisan yang diciptakan semata-mata untuk Kepentingan Lantung pelukisnya belaka. Lukisan yang lahir tanpa clan kreatif yang tinggi. Lukisan yang berbahaya karena dianggap bisa menjerumuskan selera seni bangsa Indonesia.

Kalimat-Kalimat itu tersirat pada berbagai ucapan dan tulisan yang terbit sejak 50 tahun talu. Nada-nada kritik tajam itu mulai disulut oleh pikiran Sudjojono, yang konon memang dikenal kritis sekaligus nasionalis. Di sinilah sebetulnya segala pertikaian itu berawal.

Sebenarnya, pendapat Sudjojono dan kawan-kawannya tersebut bukanlah untuk lukisan-lukisan Basoeki Abdullah belaka. Namun untuk satu kecenderungan besar yang dibawa oleh kelompok yang dinamakan "Mooi Indie" atau "Hindia Jelita" itu. "Mooi Indie" ini, dalam sejarah seni lukis pribumi, dipelopori oleh Abdullah Surio (1878-1941) Seorang pelukis Indonesia yang pernah belajar melukis di Belanda. Dan di belakang Abdullah Suriosubroto inilah hadr nama anaknya, Basoeki Abdullah, di samping nama-nama lain seperti Wakidi, Henk Ngantung, Suyono, Lee Man Fong Siauw Tik Kwie dan Pringadi.

Kecenderungan lukisan-lukisan mereka memang bisa menyentuh rasa perikebangsaan putera Indonesia kala itu Setidaknya, bagi seorang Sudjojono, yang dalam jiwanya gemuruh ingin melibatkan seni lukis Indonesia ke dalam perjuangan bangsa.

Lukisan-lukisan "Mooi Indie" memang lukisan-lukisan teduh tenang, yang nyaris hanya mengandalkan kebiasaan tehnik Dinamika dalam sikap kuranglah nampak. Dan semuanya itu bagi Sudjojono adalah suatu kelemahan mental bangsa yang sedang sibuk-sibuknya membangun tiang-tiang kemerdekaan, yang tak habis-habisnya diperjuangkan. Untuk apa lukisan-lukisan pemandangan seperti karya-karya Abdullah dan rombongannya itu, selain untuk menggamit kantung turis-turis Belanda yang datang ke Indonesia dan balik membawa kenang-kenangan ke negerinya? Begitu yang tersirat di balik surat yang disemburkan sebagai protes pada tahun 30 an itu. Dan Sudjojono melihat, bahwa sesungguhnya di balik keindahan panorama tersebut, terselip penderitaan bangsa yang hebat. Tersembunyi sebuah pemberontakan kemanusiaan yang luar biasa. Apakah Abdullah Suriosubroto dan kawan-kawannya tak merasakan itu?

Di tengah pertarungan kritik inilah figur Basoeki Abdullah kuat menonjol. Dibarengi nama-nama yang telah tersebut di atas, dan ditempel nama pelukis-pelukis Belanda yang ada di sini seperti van Mooyen, Carel Dake Jr. Locatelli, Myskowsky atau Covarrubias, Basoeki nampak berdiri paling kukuh. Bahkan eksistensinya bertahan sampai sekarang. Hingga ajal, pada tahun-tahun itu, pena kritik yang melalap "Mooi Indie" adalah sama dengan melahap kedudukan Basoeki Abdullah. Pada tahun 1937 misalnya, ketika Sudjojono menghujam eksistensi lukisan pemandangan Mooi Indie" yang senantiasa menerapkan trimurti gunung, kelapa dan sawah dalam kanvas-kanvasnya, Basoeki yang paling merasa terkena. Walaupun Sudjojono diam saja, karena tak tahu bagaimana harus membalas.

Basoeki Abdullah terhitung manusia yang tak bisa fasih serta lantang bercakap. Walaupun sesungguhnya ia bisa menulis. Karena itu, hembusan galak yang disemburkan Sudjojono, sepertinya dibiarkan berlalu saja. Meski sebenarnya ia sekali waktu mengantisipasi sebisanya. Misalnya, kecaman atas trimurti gunung, kelapa dan sawah itu berusaha diperhatikan dengan pengembangan tema yang bervariasi. Karya-karyanya lalu merambah ke daerah lukisan potret, legenda, dan sebagainya.

Namun apa yang dihasilkan toh tetap "Mooi Indie Dan pikiran Sudjojono yang sudah kuat tercanang, diwarisi oleh pengamat-pengamat lain sesudahnya. Trisno Sumardjo, penulis seni, dalam kitab Almanak Seni 1957 jelas-jelas melanjutkan pikiran Sudjojono itu. Khusus mengenai lukisan Basoeki ia berkata: perempuan-perempuan molek montok separoh ketelanjangan ala Hollywood "mewakili" masyarakat Indonesia. Yang jelas, dengan begitu, seni terdegradasi menjadi barang pasar kosong, dan rasa seni bangsa kita hancur."

Membaca itu konon Basoeki terkejut. la mengatakan, itu bukan suara Trisno Sumardjo, tetapi Sudjojono. Dan ia lantas "dendam" Dan"dendam" itu berusaha ia Junaskan lewat berbagai tindakan, yang barangkali berupa 'perubahan', 'pengembangan' atau 'kebandelan yang semakin menyulut pena revolusioner pendiri Persagi (Persatuan Ahli Gambar Indonesia) itu. Dalam gemuruh pertikaian itu Affandi merambat dengan gaya langkahnya sendiri. Namun tak berarti ia tidak terlibat ke dalam kehidupan seni lukisan Basoeki Abdullah, yang dari awal nampak flamboyan tersebut.

Tahun 1935, Basoeki Abdullah pulang dari belajar seni lukis di Academie voor Beeldende Kunsten Den Haag. Dari Belanda, Basoeki tak langsung menuju Solo, kota kelahirannya. Tetapi menetap sementara di Bandung, di rumah adiknya, Legowo Abdullah. Kala itu, Affandi sedang berada di Bandung. Mendengar isyu kepintaran Basoeki pelukis akademis, teknik seni rupa yang langka dimiliki pelukis pribumi, Affandi ingin berguru kepada Basoeki. Dan datanglah Affandi ke rumahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun