Seperti dimiliki antara lain oleh Charles Darwin, kecerdasan naturalis menjadikan seseorang sangat cakap membedakan satu spesies organisme dari satu spesies organisme lain, lalu merangkainya dalam suatu pohon evolusi biologis yang tumbuh dan berkembang multilinier, ke banyak dan bermacam-macam arah.
Kecerdasan eksistensial adalah suatu kemampuan kognitif untuk merenungi dalam-dalam pertanyaan-pertanyaan besar paling mendasar mengenai kehidupan, "the Big Questions".Â
Kecerdasan seperti itu dijumpai dalam diri para filsuf, para pemuka keagamaan yang berwawasan jauh, para negarawan besar, para seniman, dan para guru agung umat manusia, dan para humanis yang menjadi atau tidak menjadi ilmuwan.Â
Mereka kerap bertanya: Siapa kita? Dari mana asal kita? Mengapa kita hidup? Mengapa kita wafat? Ke mana kita akan pergi setelah kita meninggal? Mengapa kita mencintai? Mengapa kita membenci? Mengapa kita berperang? Mengapa kita membangun masyarakat? Mengapa kita mencari sahabat? Mengapa kita berduka, rindu, sakit, menjadi tua lalu mati? Mengapa kita membangun peradaban? Mengapa jagat raya ada? Apa fungsi dan tempat kita dalam alam semesta? Dan apa fungsi dan kepentingan jagat raya mahabesar bagi kita yang secara fisik sangat kecil?/11/
Gardner juga menunjuk beberapa kecerdasan lain yang telah diajukan beberapa pakar lain, yakni KECERDASAN PEDAGOGIS (yaitu kecerdasan yang memungkinkan seseorang dapat dengan baik memainkan fungsi sebagai guru atau pendidik), KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SEKSUAL dan KECERDASAN DIGITAL./12/
Dalam buku Intelligence Reframed (terbit 1999), Gardner juga mengulas beberapa kecerdasan tambahan yang sudah disebut, yang diusulkan para pakar lain, dan secara khusus dia juga memberi tanggapannya terhadap "KECERDASAN MORAL"./13/
Berkaitan dengan kecerdasan-kecerdasan lain yang diusulkan, pernyataan Gardner berikut ini patut diingat:
"Teori MI adalah teori tentang intelek, tentang pikiran manusia dalam aspek kognitifnya.... Perhatikanlah bahwa teori MI sama sekali tidak mengklaim menangani isu-isu lain di luar intelek. Teori ini bukan tentang personalitas, watak, kehendak, moralitas, atensi, motivasi, atau konstruk-konstruk psikologis apapun; juga tidak terkait dengan seperangkat moral atau nilai-nilai apapun"/14/
Meskipun demikian, hemat saya, tidaklah berarti bahwa kecerdasan-kecerdasan lain yang ditolak Gardner tidak ada yang memiliki basis intelek.
Jika intelek itu suatu aktivitas kognitif neural dalam otak, sebetulnya tidak ada sesuatu pun yang menyangkut semua aspek mental manusia yang bisa dilepaskan dari aktivitas neurologis.
Jika tubuh manusia seutuhnya dilihat sebagai sebuah mesin biologis yang cerdas, maka otak (yang terbentuk lebih dari 100 milyar neuron) adalah semacam super-CPU mesin ini. Â