Bagaimanapun juga kondisinya, saya melihat bahwa siapapun mereka yang miskin dan hidup di kawasan-kawasan perkumuhan, kalangan miskin manapun yang berdiam di DKI, tidak akan pernah dijahati dan dijajah Gubernur Ahok karena beliau bukan tamu, bukan pendatang, bukan penjajah berjubah rohaniwan, tetapi sama-sama WNI yang mencintai rakyat.
Penghuni rumah-rumah kumuh yang memiliki sertifikat tanah atau surat yang sejenis (entah bagaimana caranya mereka bisa memperolehnya!) yang dibangun di kawasan-kawasan yang ilegal, direlokasi dan diberi pengganti sebuah rumah tinggal di sebuah rusunami. Penghuni rumah-rumah kumuh ilegal, yang sudah menjadi penduduk DKI (memiliki KTP DKI), direlokasi dan diberi tempat tinggal di rusunawa. Biaya sewa rusunawa tidak masuk akal, murah sekali!
Terhadap meme EAN itu, respons saya tertuang dalam enam alinea berikut ini.Â
Marilah kita semua bersatu, bahu-membahu membangun bangsa dan negara. NKRI adalah rumah kita bersama; bukan rumah satu atau beberapa gelintir golongan. Bukan rumah EAN saja. Dari manakah Gubernur Ahok berasal? Dan dari manakah kita semua, manusia, semula muncul?Â
Kalau mau dapatkan jawaban-jawaban ilmiah, saya bisa memberikannya: semua bentuk kehidupan di planet Bumi ini, atau di seantero jagat raya, berawal pada debu-debu kimiawi bintang-bintang yang meledak (supernovae) sebagai suatu peristiwa fisika, milyaran tahun lalu. Unsur-unsur kimiawi esensial yang membangun tubuh manusia (carbon, hidrogen, nitrogen, oksigen, fosforus dan sulfur) berasal dari angkasa luar.
Selain itu, asal-usul semua manusia yang beranatomi modern (yang diberi nama Latin Homo sapiens), termasuk semua suku dan etnis yang ada di Indonesia, adalah benua Afrika, yang muncul dari pohon evolusi biologis spesies-spesies yang sangat rimbun dan bercabang dan beranting sangat banyak pada kurun 300.000 hingga 400.000 tahun lalu. Ini temuan-temuan ilmu pengetahuan, bukan doktrin-doktrin keagamaan apapun; dan juga bukan propaganda ideologi politik apapun. Â Â
Karena NKRI rumah kita bersama, maka kita harus menjaga, merawat, merapihkan dan memperkokohnya bersama-sama di atas fondasi-fondasi ideologis, yuridis, sosiobudaya dan filosofis yang telah bersama-sama kita letakkan, bangun, jaga dan pertahankan sejak kita merdeka dari kolonial Belanda bule. Dalam era kemerdekaan ini, Belanda bule sudah pergi, tapi Belanda berkulit berwarna bisa tetap bercokol dan sedang memecah bangsa dan NKRI dan menjajah kita kembali lewat taktik politik yang sama, devide et impera. Â
Pengurus rumah NKRI dan juga DKI Jakarta adalah kita semua, apapun latarbelakang etnis, suku, agama, kebudayaan, kebahasaan, kedaerahan dan golongan sosial kita. Sekarang adalah era multikulturalis, era yang memanggil semua WNI, tanpa dibeda-bedakan berdasarkan SARA, untuk ikutserta membangun bangsa dan NKRI dan semua kota dan wilayah di dalamnya. Partisipasi yang produktif dan konstruktif adalah partisipasi yang berpijak pada ilmu pengetahuan, teknologi, know-how, akhlak yang agung, kebajikan, dan wawasan kemajuan peradaban. Bangsa dan NKRI yang luas ini tidak bisa diurus asal-asalan.
Jangan kita mau terus diadudomba oleh pihak-pihak yang kelihatannya saja sedang berjuang untuk rakyat, tetapi sebenarnya sedang memperjuangkan berbagai kepentingan politis egoistik mereka sendiri dengan menghalalkan segala cara dan dengan memakai banyak wajah yang dipupur kosmetik warna-warni berganti-ganti. Di satu saat menjadi budayawan. Di lain kesempatan mengambil peran sebagai agamawan. Di kesempatan lain, berubah menjadi sosok politikus yang piawai merancang dan menyebar teori-teori konspirasi.Â
Ya, tentu boleh-boleh saja setiap orang mengambil peran berganda-ganda dalam masyarakat manapun di dunia ini. Tetapi, jika mereka mau dapat dipercaya dan dijadikan rujukan, hendaklah pendapat-pendapat mereka yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan dunia yang lebih luas didasarkan pada data dan fakta-fakta objektif dan kajian-kajian ilmiah yang otoritatif yang sudah dilakukan para pakar di bidang-bidang mereka masing-masing. Sesuai dengan namanya, semua teori konspirasi itu murahan, tak bisa diverifikasi karena dibangun tanpa landasan data dan fakta ilmiah apapun, hanya memakai prasangka, ketidakpercayaan diri, paranoia dan propaganda politik.
Salam dalam kesunyian,
Jakarta, 19 April 2016
ioanes rakhmat