Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepetak Tanah dihuni Bersama dengan Wong samar

3 Juli 2024   20:36 Diperbarui: 4 Juli 2024   23:46 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walaupun sudah mati, namun pepaya itu masih memberikan keuntungan  bagi makhluk lain" sebuah pelajaran yang sangat tinggi , bisa kita amati dari sebatang poh pepaya'  inilah model  pembelajaran kehidupan. Yang sangat dalam, sedalam energi kehidupan.  Pertanyaan dasar, kalau kita manusia , meninggalkan dunia ini apa yang kita tinggalkan, untuk generasi mendatang, kebaikan apakah yang kita bisa tularkan untuk mereka ?   Anak-anak kita masih dengan jelas mengingatnya, cucu kita juga mulai Sebagian mengenalnya, namun cicit dan seterusnya, masihkah  bisa mengenang kita ?

****

Tanah  tempat papaya itu tumbuh, kemudian di bangun rumah tinggal pun  di mulai, Pak Gede. yang merasakan hangatnya tanah itu, kemudian mengawali dengan upacara 'tradisi Ngeruwak, Ngendag, dan Nasarin  ' upacara untuk minta izin membangun  pada  ibu pertiwi.  Agar  selama membangun dapat rahayu, dan dihasilkan bangun  yang memiliki energi positif

Pak Gede sadar bahwa upacara  itu  memiliki peran sentral dalam tradisi masyarakat Hindu di Bali yang berkaitan dengan pembangunan rumah atau tempat suci.  Begitulah yang dilakukan pak Gede.

Pak Gede. paham benar, bahwa  upacara-upacara ini tidak hanya sekedar ritus fisik tetapi juga memiliki nilai-nilai teologis dan filosofis yang mendalam dalam konteks arsitektur tradisional masyarakat Hindu di Bali.

Sebelum ngeruak ada  urutan yang dikenal  Upacara Nyapuh sawah dan tegal. Apabila ada tanah sawah atau tegal dipakai untuk tempat tinggal. Tentu ini membuat pak Gede. melakukannya karena menurut tradisi di bali yang Hindu, mengemukakan Jenis upakara : paling kecil adalah tipat dampulan, sanggah cucuk, daksina l, ketupat kelanan, nasi goreng, cabe bawang jahe.

Tukang dan kernetnya bekerja siang malam sampai 3 bulan, sampai finishing, hanya tinggal ngecet tembok  pada detik detik terakhir, seorang tukang finishing cat, yang  bekerja melakukan pengecatan di ruang tidur utama. Ruang utamaitu tepat  dimana p  pohon bekul yang tinggi itu tumbuh dulu. 

Entah apa yang terjadi, tangga tempatnya menginjakkan kaki setinggi 3 meter mendadak roboh, dan tukang cat itu seorang perempuan berumur 47 tahun, jatuh kepala terbentur di lantai, ada darah keluar dari telinganya.  Segera dilarikan ke rumah sakit, dia tak sadarkan diri selama 3 hari, nyawanya tak tertolong, dia meninggal dalam keadaan  tak sadarkan diri.

Upacara pengabenan pun dilakukan oleh pihak Keluarga korban, namun sebelum dilakukan upacara pihak Keluarga melakukan "upacara ngulapin" diyakini roh orang yang mati masih berada di tempat dimana dia jatuh .

Upacara ngulapin pun dilakukan satu desa datang ke tempat itu, untuk ikut memanggil rohnya dengan gong , dan banten yang banyak, ada  pemangku melakukan pemanggilan roh itu. Upacara Ngulapin lebih sering dilakukan ketika ada seseorang, baik yang meninggal maupun tidak, karena musibah atau kecelakaan. Sekarang akan dibahas satu per satu, dimulai dari Upacara Ngulapin untuk orang yang meninggal karena musibah. Upacara ini dilaksanakan untuk menyatukan roh dengan badan kasar atau unsur Panca Maha Butha (lima unsur atau elemen dasar pembentuk alam) sebelum melaksanakan upacara penyucian seperti ngaben atau penguburan.

Setelah itu, Pak gede ,  saya masih was-was, dan sedikit ngeri, melihat berbagai fenomena yang terjadi di tanah itu, mbok, begitu dia berkata pada kakaknya. Ya...  saya bisa  kuat menerima itu , namun istriku dan anak-anakku yang mau tinggal di rumah ini selalu disayangi suasa horor itu, jangan-jang roh orang yang jatuh itu masih disini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun