Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perang Atas Nama Sumpah: Kemarahan Drupadi pada Bima

22 Juni 2024   21:52 Diperbarui: 22 Juni 2024   21:58 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah penanganan kemarahan telah ditulis sejak zaman para filsuf paling awal, namun para psikolog modern, berbeda dengan para penulis sebelumnya, juga telah menunjukkan kemungkinan dampak berbahaya dari menekan kemarahan.

Benarlah secara ilmiah dapat jelaskan, Kemarahan, juga dikenal sebagai murka (Inggris: ROTH) atau kemarahan, adalah keadaan emosi intens yang melibatkan respons tidak nyaman dan tidak kooperatif yang kuat terhadap provokasi, rasa sakit hati, atau ancaman yang dirasakan.

Lebih lanjut, seseorang yang mengalami kemarahan sering kali akan mengalami efek fisik, seperti peningkatan detak jantung, peningkatan tekanan darah, serta peningkatan kadar adrenalin dan noradrenalin.

Beberapa orang memandang kemarahan sebagai emosi yang memicu respons melawan atau lari. Kemarahan menjadi perasaan yang dominan secara perilaku, kognitif, dan fisiologis ketika seseorang membuat pilihan sadar untuk mengambil tindakan guna segera menghentikan perilaku mengancam dari kekuatan luar lainnya.

Kemarahan dapat menimbulkan banyak konsekuensi fisik dan mental. Ekspresi kemarahan secara eksternal dapat ditemukan dalam ekspresi wajah, bahasa tubuh, respons fisiologis, dan terkadang tindakan agresi di depan umum.

Ekspresi wajah bisa berkisar dari alis yang mengarah ke dalam hingga kerutan penuh. Meskipun sebagian besar orang yang mengalami kemarahan menjelaskan bahwa kemarahan disebabkan oleh "apa yang terjadi pada mereka"

Para psikolog menunjukkan bahwa orang yang marah bisa saja salah karena kemarahan menyebabkan hilangnya kapasitas pemantauan diri dan kemampuan observasi objektif.

Dorongan untuk berubah , dan untuk menjadi penting dan dihargai haruslah muncul dari dalam "daya endogen' apa lagi kultur untuk menguatkan peran wanita. sebab, Jadilah wanita yang kuat agar tidak dipandang sebelah mata oleh orang. Jadilah wanita yang kuat agar dapat dijadikan contoh oleh wanita-wanita lainnya.

Dialog Drupadi dengan Bima menjelang perang besok harinya, bisa sebagai contoh untuk hal ini.

****

Pada malam hari, sinar rembulan selalu hadir memukau tepat waktu, menyinari bumi, dari balik tenda tampak Drupadi telah telah bersiap menanti kedatangan Bima sena.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun