Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Melihat dari Dekat Tanaman Bambu: Sunari dan Serat Termoplastik

6 Juni 2024   12:46 Diperbarui: 7 Juni 2024   00:48 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam studi hibrid, peneliti juga menggunakan dua bahan dalam penelitiannya untuk kombinasi, seperti bahan alami-alami dan alami-sintetis, guna meningkatkan sifat mekanik komposit. Serat alam dan sintetis yang selalu digunakan adalah kenaf, bambu, enau, sekam padi, pisang, rosela kelapa, kaca, keramik, dan karbon. Salah satu serat alam yang berpotensi untuk dijadikan bahan pengisi adalah bambu. Penggabungan bambu dengan serat sintetis atau alami lainnya meningkatkan kekuatan sifat mekanik dan fisik komposit hibrida. Selain itu, kombinasi ini juga berpotensi meningkatkan ikatan antarmuka dan keseragaman dispersi serat.

Sifat mekanik komposit bambu relatif rendah karena kekakuannya kurang dan rapuh. Kombinasi lebih dari dua jenis material, yaitu dari sumber serat alam atau material sintetik, dapat meningkatkan sifat mekanik dan termal komposit. Selain itu dapat mengurangi penyerapan air pada material.

Sathish dkk.  mempelajari pengaruh fraksi volume pada sifat mekanik (tarik, lentur, dan tumbukan) dan fisik (kandungan rongga dan serapan air) komposit hibrida rami dan bambu. Dalam penelitian ini, seluruh sampel dibuat dengan fraksi volume serat yang berbeda (0:40, 10:30, 20:20, 30:10, dan 40:0). Hasil tarik, lentur, dan tumbukan menunjukkan adanya peningkatan seiring dengan bertambahnya fraksi volume rami pada bambu. Kombinasi pada perbandingan 30:10 menunjukkan peningkatan yang sangat baik antara kedua serat ini dimana kekuatan tariknya mencapai hasil yang paling tinggi jika dibandingkan dengan perbandingan yang lain.

Dari uji komposit tunggal, rami menunjukkan nilai tertinggi jika dibandingkan serat bambu. Kombinasi kedua serat ini menunjukkan bahwa bambu mempunyai potensi memberikan dampak yang baik jika dipadukan dengan bahan alami dan sintetis lainnya. Peningkatan sifat mekanik karena rami dan bambu memiliki ikatan antarmuka yang baik, selain itu sifat rami memiliki sifat modulus yang sangat baik. Penambahan bambu membuat komposit hibrida berinteraksi dengan baik antara serat dan matriks. Selain itu, bambu juga dapat menyusup di antara serat rami untuk mengurangi pori-pori pada komposit hibrida. Hal ini ditunjukkan dengan uji serapan air pada komposit hybrid yang hasil pengujiannya menunjukkan perbandingan 30:10 yang dapat menurunkan serapan air. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Ismail dkk.  untuk menentukan kandungan rongga, kekuatan tarik, dan sifat getaran komposit hibrida kenaf-bambu. Pada penelitian tersebut perbandingan hibridisasi kenaf dan bambu adalah 30:70, 50:50, dan 30:70. Dari hasil tarik, perbandingan 50:50 menunjukkan nilai tertinggi dibandingkan dengan perbandingan hybrid lainnya. Selain itu, perpanjangan putus dan modulus juga meningkat serupa dengan kekuatan tarik pada rasio yang sama. Penulis menyatakan bahwa hibridisasi serat bambu dengan serat kenaf telah meningkatkan sifat mekanik komposit hibrida. Fenomena ini terjadi karena serat bambu mempunyai sifat mekanik yang baik dibandingkan dengan kenaf.

 Peningkatan perpanjangan putus pada bambu meningkat dibandingkan kenaf sehingga meningkatkan pula tingkat regangan komposit hibrida. Temuan ini didukung oleh Zweben  dan Thiagamani dkk., dan kombinasi perpanjangan tinggi dan rendah pada rekahan pada komposit polimer didukung oleh peningkatan tingkat regangan yang kemudian bertindak sebagai penghambat retak pada tingkat mikromekanis. Sifat termal bambu dan serat alami-sintetis telah menyebabkan perubahan perilaku dalam dekomposisi termal komposit hidrida. Sifat termal komposit hibrida bambu juga dilakukan untuk mengetahui stabilitas komposit hibrida. Tes ini juga dapat menentukan stabilitas termalnya. Suhu penguraian komposit hibrid bergantung pada nilai masing-masing bahan yang digunakan. Meningkatnya persentase kandungan dalam komposit juga akan mempengaruhi suhu, suhu maksimum, dan suhu akhir degradasi dimana suhu akan meningkat

NILAI EKONOMI, TANTANGAN, DAN PERSPEKTIF MASA DEPAN KOMPOSIT BERBASIS BAMBU

Serat bambu memiliki nilai komersial yang sangat tinggi di berbagai industri, mulai dari hulu hingga hilir. Serat bambu diperkirakan akan mencapai pasar global sebesar USD 98,30 miliar pada tahun 2025. Ini adalah bahan baku serbaguna untuk produk industri dan furnitur, yang menjelaskan mengapa permintaannya sangat tinggi di industri-industri ini. Dengan demikian, pertumbuhan industri bambu selanjutnya akan berdampak pada peningkatan status sosial ekonomi masyarakat, sehingga meminimalkan atau menghilangkan kemiskinan, meluasnya kemiskinan, dan keterbelakangan masyarakat lokal.

Lingkungan pasokan-permintaan yang seimbang diperkirakan akan mengakibatkan kenaikan harga serat bambu. Sayangnya, komposit polimer yang diperkuat serat bambu tampaknya tidak memiliki nilai komersial pada saat ini. Penguat serat bambu kompatibel dengan komposit polimer serat sintetis. Meski begitu, ada beberapa kendala yang harus diatasi sebelum komposit polimer yang diperkuat bambu dapat diterapkan secara luas.

Hampir identik dengan serat alami lainnya, sifat serat bambu terutama ditentukan oleh komponen kimia serat tersebut. Namun demikian, ditemukan tingkat inkonsistensi yang tinggi pada komponen kimia masing-masing serat bambu, yang menunjukkan bahwa sifat-sifatnya berbeda-beda antar serat. Hal ini menyebabkan produsen meninggalkan penggunaan serat bambu sebagai alternatif serat sintetis yang sejenis. Selain itu sifat hidrofilisitas serat bambu tidak kompatibel dengan polimer hidrofobik. Lebih buruk lagi, penambahan serat bambu meningkatkan kapasitas penyerapan air pada material yang dapat mempercepat biodegradasi, yang menyebabkan kegagalan integritas geometri dan fungsionalitas komposit. Fenomena ini benar-benar tidak dapat diterima untuk aplikasi produk tingkat lanjut, karena kegagalan fungsi yang tidak terduga dapat mengakibatkan hilangnya sejumlah besar uang dan/atau nyawa yang berharga.

Di Brazil, antara tahun 1995 dan 2005, banyak penelitian mengenai bambu sebagai tulangan beton telah dilakukan. Tujuh jenis bambu dievaluasi untuk menentukan jenis yang paling cocok digunakan sebagai tulangan balok beton ringan. Studi ini menunjukkan bahwa balok beton yang diperkuat dengan bambu mempunyai daya dukung beban yang besar dibandingkan dengan balok yang tidak diperkuat dan lebih kuat dari balok beton bertulang baja.

Sayangnya, perilaku jangka panjang bambu dalam struktur beton masih menjadi sumber perdebatan bagi banyak peneliti. Seiring berjalannya waktu, paparan bambu alami terhadap matriks beton mengakibatkan penyerapan air oleh bambu dari beton sehingga mengakibatkan material bambu membengkak. Pembengkakan dan penyusutan bambu alami yang berulang menyebabkan material bambu terlepas secara tiba-tiba dari matriks beton. Hal ini menyebabkan hampir hilangnya kapasitas menahan beban struktural komponen beton bertulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun