Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menelisik Sengketa Hak Atas Air: Konflik antara Anggota Subak dengan Masyarakat Sekitar

21 Mei 2024   00:17 Diperbarui: 21 Mei 2024   09:03 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal ini juga berarti bahwa kepentingan terbaik masing-masing petani juga merupakan kepentingan terbaik bagi semua petani di subak yang sama -- khususnya para petani di tingkat atas, yang tidak terbatas pada air namun memerlukan pengaturan waktu yang tepat dari para petani di hilir agar tanaman mereka tidak dilahap oleh air. 

Subak dengan segala kisah cerita menarik dan keunikannya, kini sistem itu semakin terdesak. Permasalahan subak di Bali mencakup beberapa tantangan utama antara lain: 

Pertama Menurunnya ketersediaan air: akibat ekstraksi berlebihan, perubahan iklim, dan polusi. Ektraksi berlebihan gara-gara mengmang peneydotan air tanah berlebihan untuk kebutuhan pembangunan pariwisata , villa dan lain sebagainya. Kondisi demikian dapat dilihat dari menurunnya permukaan danau. 

Selain itu, hutan-hutan penyangga air di bali memang terancam karena populasi manusia dan wilayah resapan yang semakin sempit karena pembangunan pemukiman. 

Perubahan iklim yang ditengarai karena kemarau Panjang, dan kadang hujan sampai banjir tidak terkontrol di bali. Dan tak kalah penting polusi ke badan-badan sungai akibat limbah plastic dan limbah polutan lain yang berbahaya bagi kelangsungan sistem subak, khususnya tanaman padi palawija dan lain-lain. 

Kedua, Infrastruktur yang semakin kurang layak (bobrok): sistem irigasi yang sudah tua memerlukan perbaikan dan modernisasi, sehingga pembangunan perlu diperbaharui, untuk mencegah keausan, karena kebocoran air memang membuat petani tidak mampu melakukan penyaringan air.

Mengatasi kerusakan irigasi dengan segera dan efektif sangat penting untuk menjamin pengelolaan sumber daya air yang efisien dan berkelanjutan untuk kegiatan pertanian dan pelestarian lingkungan.

Ketiga, hilangnya pengetahuan tradisional: generasi muda kurang tertarik pada praktik pertanian. Dalam menyelesaikan konflik hak atas air antara subak dan masyarakat, pertimbangkan: Memahami konteks sejarah: Mengakui sistem pengelolaan air tradisional di subak.

Keterlibatan masyarakat: Mendorong dialog dan kolaborasi untuk menemukan solusi yang saling menguntungkan. Mengatasi Masalah Menurunnya Minat terhadap Praktek Pertanian Tradisional di Kalangan Muda: 

Ada beberapa hal penyebabnya, yaitu

(a) Kurangnya kesadaran: Banyak generasi muda yang tidak menyadari pentingnya praktik pertanian tradisional dalam melestarikan warisan budaya dan keberlanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun