Mengingat buah sawo, rasanya manis, baru dipetik getahnya putih, isi dagingnya  berwarna coklat  empuk, membuat ketagihan.  Tentu kalau dia dipetik sudah matang  ranum, namun tak sedikit yang tergesa-gesa memetiknya maka rasanya memang bisa berbeda.
Sawo termasuk buah klimaterik. Dipetik mentah, lalu bisa menjadi masak, karena laju respirasi yang terus terjadi, berbeda dengan rambutan misalnya di petik hijau, lalu tidak berubah malah kering dan rusak.  Contok buah klimaterik lain adalah  mangga, pisang, pepaya, jambu, nangka, durian, sirsak, melon, dan manggis. Buah tersebut manis dan banyak gizinya.
Ada kisah menarik, tanaman sawo, memang salah satu tanaman, tidak diizinkan  di tanam di pekarangan rumah kami. Budaya di  keluarga kami, Di Klungkung ada  cerita menarik perihal tanaman ini, larangan itu, berkaitan dengan  akarnya bisa masuk ke dasar rumah, ini pemali,  sehingga praktis  tanaman sawo tidak ditanam dipekarangan rumah.Â
Dahulu pernah ada, Ketika saya masih kecil,  paman saya di sebelah rumah memiliki pohon sawo besar, saya sering menaiki sampai ke puncak, dan selalu ditanya, oleh ibu saya, apakah permukaan laut terlihat dari puncak itu, ya.... Jawab saya. Sejak mengatakan itu, saya diminta untuk tidak boleh naik lagi. Ibu bilang, ' pohon  yang tingginya sampai keliatan lautnya, ada penunggunya, disebut 'Tonya" semacam  roh penguasa  hitamlah,  beberapa tahun kemudian istri paman  menderita sakit ingatan,  gila' akhirnya semua mengaitkan dengan keberadaan  sawo di pekarangan rumah dengan ketinggian bisa melihat laut.Â
 Akhirnya paman sepakat untuk menebangnya, akhirnya pohon sawo yang terus lebat sepanjang tahun itu, berakhir menjadi kayu bakar. Memang di desa masih kuat percaya dengan hal seperti itu, zaman modern menyebutnya dengan 'istilah teologis mistis'Â
Saya sering bertanya, pada ibu saya, kenapa  pohon sawo yang besar dan lebat di Desa tetangga, berjarak kurang lebih  4 Km dari desa saya, yakni  Desa Dawan Kelod, Dawan Kaler sampai  Desa Besan, Klungkung Bali, boleh  tanaman sawo tumbuh subur di pekarangan rumah, dan tegalan mereka, tak sedikit dari mereka yang memilikinya,  bisa menyekolahkan anaknya karena pohon sawo itu. Apalagi pohon  Sawo Dawan atau lebih dikenal dengan Saba Dawan sudah terdaftar di Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian, Kementerian Pertanian Republik Indonesia sejak tahun 2019 lalu.Â
Mereka sehat dan rukun semuanya. Pertanyaan, Â Mengapa mereka boleh? Tanya saya sama ibu saya, jawabannya, desa itu memiliki karakteristik sendiri, Jiwa semesta yang tidak kelihatan yang menjaga kehidupan di desa itu, mengizinkannya, agar tidak terjadi hal-hal yang mengganggu masyarakat disana.Â
Diskusi saya terhenti, karena  sudah masuk diluar nalar , titik pijakan ibu dan saya sudah berbeda, tak perlu  dilanjutkan.  Kalau desa saya menanam sawo di pekarangan, pasti, akan  ada banyak komentar kehal-hal, takhayul dan alasan lain yang kerap tidak masuk akal. Sawo harus ditanam di kebun, bukan dekat dengan rumah, titik, kata Ibu saya.Â
Pejelasannya jadi Panjang, kalau mau dilogikakan, bisa nanti pas angin ribut yang sering mampir di desa saya , sehingga patahan dahannya bisa menimpa rumah, akarnya masuk bangunan,  atau adanya semut merah yang  menyukai 'bunga dan daunnya untuk bersarang. Ya... itu dulu sebelum ada pestisida, tentu Iptek terus berkembang,  bertahan atau punah, menjadi sebuah idiom yang mungkin sulit dipahami.
Namun kini era baru,  kami harus menyadari dari kaum muda bahwa, Sampai disana, di bangku kuliah saya menemukan bahwa pada setiap fase perkembangan ilmu pengetahuan muncul sesuatu yang baru dan memiliki karakteristik di setiap masanya. Karakteristik tersebut adalah hasil dari sebuah pergumulan budaya yang terjadi dalam dinamika sosial. Tentu hal itu tidak bisa lepas dari berbagai pengaruh sosial, budaya, dan politik yang berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Termasuk didalamnya perihal sawo itu tadi yang tak boleh di tanam di pekarangan  tadi.
Setelah saya merantau, ke Bali utara, Singaraja, yang berjarak 110 Km dari Desa asal kampung halaman saya, saya teringat tanaman sawo itu. Di Kebun saya ada satu pohon sawo, varietas unggul, pendek dan berbuah rajin  tanpa musim, rasanya manis. Setiap keluarga datang dapat saja jatah 1-3 kg untuk oleh-oleh. Nikmat rasanya berbagai walau sedikit.Â
 Sawo memang banyak diteliti, saat artikel ini ditulis, penelusuran Google scholar dengan nama ilmiah"Manilkara zapota, (sawo)  artikel yang penelitian sawo, sebanyak 26.800 buah , sedang pencarian dalam untuk diabetes 2.630, artinya debut keilmiahannya terus diteliti untuk memberikan manfaat bagi Kesehatan manusia.
SELAYANG PANDANG BUAH SAWOÂ
Nama ilmiah sawo beragam, dan kontroversial. Sawo telah disebutkan dalam literatur dengan sejumlah besar sinonim seperti Achras sapota Achras zapota L. var. zapatilla Jacq. Achras zapatilla Nutt., Achras mammosa L., Manilkara achras (Miller) Fosberg, Manilkara sapodilla (Jacq.) Gilly, Sapota sapodilla (Jacq.) Coville, Sapota achras Miller, Sapota sapodilla (Coville), dll.Â
Nama generiknya, Manilkara dan Achras adalah yang umum digunakan tetapi nama Achras masih kontroversial dan para ahli botani tidak memiliki kesepakatan untuk nama yang tepat. Sawo (zapota) atau sapote (zapote) digunakan untuk nama spesies; Namun nama ini pun tidak lepas dari perbedaan pendapat di antara para penulis. Itu nama generik Achras, yang diberikan oleh Linnaeus, didasarkan pada piring dan deskripsi oleh ahli botani Plumier tapi sayangnya, nama generiknya adalah Achras. tanaman yang dideskripsikan Plumier bukanlah Sawo sehingga menyebabkan kesalahan penamaan pada genus ini. Â Gilly, mengemukakan hal itu Manilkara zapatilla (Jacq.) Gillys adalah satu-satunya nama yang tepat, berdasarkan fakta bahwa Manilkara adalah nama Sawo paling awal yang tercatat. group dan zapatilla digunakan khusus untuk sawo pada saat diterbitkan
Manilkara zapota, adalah pohon asli yang selalu hijau  di Meksiko selatan dan Amerika Tengah. Contoh kejadian alam terjadi di pesisir Yucatn, di ekoregion hutan bakau Petenes, yang merupakan spesies tumbuhan subdominan. Ia diperkenalkan ke Filipina selama penjajahan Spanyol.  Ini ditanam dalam jumlah besar di Meksiko dan Asia tropis, termasuk India, Pakistan, Thailand, Malaysia, Kamboja, india, Vietnam, Bangladesh, dan Karibia.
POHON SAWO
Pohon sawo dapat hidup hingga seratus tahun. Tingginya dapat mencapai lebih dari 30 m (98 kaki) dengan diameter batang hingga 1,5 m (5 kaki); namun tinggi rata-rata spesimen yang dibudidayakan biasanya antara 9 dan 15 m (30 dan 49 kaki) dengan diameter batang tidak melebihi 50 cm (20 in).Tanaman ini tahan angin dan kulit kayunya kaya akan lateks bergetah putih yang disebut chicle. Daunnya berbentuk elips hingga bulat telur dengan panjang 6--15 cm (2--6 inci) dengan seluruh tepi pada tangkai daun sepanjang 1--3 cm (0--1 inci); warnanya hijau sedang dan mengkilap dengan pelepah berwarna coklat dan sedikit berbulu. Mereka disusun secara bergantian.
Pohon-pohon ini hanya dapat bertahan hidup di lingkungan yang hangat, biasanya tropis (walaupun toleransinya rendah terhadap kekeringan dan panas pada tahun-tahun awalnya), mudah mati jika suhu turun di bawah titik beku. Sejak perkecambahan, pohon sawo biasanya membutuhkan waktu antara lima hingga delapan tahun untuk berbuah. Pohon sawo menghasilkan buah dua kali setahun, meskipun pembungaannya bisa terus berlanjut sepanjang tahun.
Bunganya berwarna putih tidak mencolok dan berbentuk lonceng, dengan mahkota enam lobus.
BUAH SAWO
Buahnya berupa buah beri besar dengan diameter 4--8 cm (2--3 inci). Buah yang masih mentah mempunyai kulit luar yang keras dan bila dipetik akan mengeluarkan warna putih chicle dari batangnya. Buah yang matang sempurna memiliki kulit yang kendur dan tidak mengeluarkan kutikula saat dipetik. Di dalam, dagingnya berkisar dari kuning pucat hingga warna coklat tanah dengan tekstur kasar mirip buah pir yang matang. Tiap buah mengandung satu hingga enam biji. Bijinya keras, mengkilat, berwarna hitam menyerupai kacang, dengan pengait di salah satu ujungnya yang dapat tersangkut di tenggorokan jika tertelan.
Buahnya memiliki rasa malt yang sangat manis. Buah mentahnya sulit disentuh dan mengandung saponin dalam jumlah tinggi, yang memiliki sifat astringent mirip tanin, sehingga mengeringkan mulut.
STUDI FARMAKOLOGIÂ
Studi farmakologi untuk tanaman sawo telah banyak dilakukan para peneliti, penelusuran di Google scholar,  2.200 artikel yang telah diteliti sedangkan untuk artikel, satu yang relatif lengkap mengemukakan tentang studi farmakologi adalah artikel dari  Bano, M., & Ahmed, B. (2017). Manilkara zapota (L.) P. Royen (Sapodilla): a review. International Journal of Advance Research, Ideas and Innovations in Technology, 3(6), 1364-1371. Beberapa ringkasan menarik untuk disimak antara lain.Â
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
Antioksidan adalah senyawa kimia yang bekerja pada reaksi berantai oksidasi dengan menghambat atau menunda oksidasi lainnya molekul. Antioksidan melindungi tubuh manusia dari efek berbahaya radikal bebas dan ROS (Reactive Oxygen Species). Hampir semua tanaman obat mengandung beberapa antioksidan seperti karotenoid, flavonoid (flavon, isoflavon, flavonon, antosianin), polifenol (asam elagat, asam galat, tanin), saponin, enzim, vitamin (A, C, E, K) dan mineral (tembaga, mangan, seng, kromium, yodium, dll) . Antioksidan alami lebih aman dibandingkan antioksidan sintetis dan menunjukkan sifat anti-virus, sifat anti-inflamasi, anti-kanker, anti-mutagenik, anti-tumor dan hepatoprotektif . Antioksidan alami ini adalah diproduksi di seluruh atau sebagian tanaman tetapi sebagian besar daun dianggap sebagai sumber utama sintesisnya.
Chanda & Nagani  mengamati aktivitas antioksidan pada ekstrak daun M. zapota dengan ekstraksi berurutan menggunakan pelarut yang berbeda. Potensi antioksidan ekstrak tumbuhan dievaluasi dengan metode standar seperti DPPH (2, 2-diphenyl 1 picrylhydrazyl), aktivitas pemulungan radikal superoksida dan hidroksil, menunjukkan bahwa ekstrak aseton lebih baik dalam radikal DPPH. dan aktivitas pemulungan anion superoksida dibandingkan asam askorbat standar dan asam galat. Kapasitas antioksidan yang tinggi terdeteksi. Ekstrak aseton sawo menunjukkan bahwa tanaman ini dapat digunakan sebagai suplemen makanan yang memberikan perlindungan terhadap oksidatif. kerusakan Ganguly dan Rahman meneliti potensi antioksidan sawo dan memperhatikan peningkatan aktivitas pemulungan Radikal DPPH dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak.
AKTIVITAS Â ANTI DIABETES
Ekstrak biji, daun dan akar M. zapota telah dilaporkan memiliki aktivitas hipoglikemik karena adanya berbagai macam fitokimia. Saradha dkk. Â mempelajari aktivitas hipoglikemik menggunakan ekstrak air dan etanol biji sawo, namun ditemukan bahwa ekstrak etanol menghasilkan efek hipoglikemik yang lebih baik dibandingkan ekstrak air. Diantara berbagai macam fitokimia yang dihasilkan oleh tanaman sawo, saponin diketahui mempunyai aktivitas anti diabetes dan telah diteliti di tikus diabetes yang diinduksi streptozotocin untuk efek hipoglikemik dimana mereka menunjukkan hasil yang signifikan. Banyak lainnya yang umum digunakan tanaman juga mengandung saponin dan terbukti memiliki aktivitas hipoglikemik seperti Allium sativum, Eugenia jambolana, Momordica charantia, Ocimum sanctum, Pterocarpus marsupium, Trigonella foenum graecum dan Tinospora cordifolia.
AKTIVITAS ANTIMIKROBA
Osman dkk. Â menguji aktivitas antimikroba M. zapota menggunakan ekstrak etil asetat dari kulit batang dan daun terhadap beberapa bakteri dan jamur patogen dan menemukan bahwa ekstrak etil asetat kulit batang menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap semua bakteri tersebut bakteri patogen yang digunakan (Bacillus subtilis, Bacillus megaterium, Sarcina lutea, Escherichia coli dan Salmonella typhi) dengan zona penghambatan dalam kisaran 08-16 mm sedangkan ekstrak daun memiliki aktivitas ringan terhadap strain bakteri ini dengan penghambatan zona di kisaran 06-09 mm.
Saat meneliti aktivitas antijamur di M. zapota, Osman dkk. Â mengamati bahwa ekstrak etil asetat kulit batang menunjukkan efek positif terhadap beberapa strain jamur seperti Aspergillus flavus, Fusarium sp dan Vasianfactum sp dengan zona hambat antara 08 hingga 13mm. Ekstrak etil asetat daun tidak memiliki aktivitas antijamur. Studi-studi ini menunjukkan bahwa antibakteri
Konstituen dalam kulit kayu dan daun M. Zapota terdapat dalam konsentrasi yang sangat rendah sehingga menunjukkan aktivitas antibakteri pada dosis tinggi. Penelitian serupa untuk evaluasi aktivitas antimikroba pada Woodfordia fruticosa menunjukkan hasil yang sama.
AKTIVITAS ANTI KANKER
Sejak beberapa dekade terakhir, banyak produk alami yang diisolasi dari tumbuhan telah disaring untuk mengetahui aktivitas antikanker pada sel kanker garis dan pada beberapa model hewan. Efek sitotoksik buah sawo untuk tindakan anti kanker sedang dipelajari saat ini. Ma dkk. mendeskripsikan buah sawo karena potensi antikankernya dimana asam metil 4-O galloyl chlorogenic dan asam 4-O'Galloyl Chlorogenic yang diproduksi oleh buah sawo diperiksa untuk mengetahui efek sitotoksiknya pada lini sel kanker usus besar. Nanti,
Srivastava dkk. Â mempelajari sitotoksisitas ekstrak metanol buah sawo (MESF) dan menentukan kelangsungan hidup sel dalam garis sel kanker payudara manusia dan tikus (EAC, MCF7 and T47D). Ketiga garis sel menunjukkan penurunan viabilitas sel pada MEF dosis tinggi.Â
Namun, ketika garis sel kanker serviks (HeLa) diuji efek sitotoksiknya, sensitivitasnya berkurang dibandingkan garis sel kanker payudara. Studi lebih lanjut oleh Srivastava et al. Â tentang efek Paclitaxel (turunan tanaman antikanker senyawa) pada sel NALM6, K562 dan MCF7 menunjukkan penurunan viabilitas sel dan menemukan bahwa NALM 6 paling sensitif di antara semua garis sel diuji. Sumithra dkk, bagaimanapun, melaporkan bahwa ekstrak bunga M. zapota menunjukkan efek sitotoksik yang kuat terhadap garis sel kanker payudara MCF-7 sedangkan garis sel Vero non-kanker menunjukkan aktivitas yang sangat rendah. Â Agen antikanker menyebabkan aktivasi apoptosis selama produksi spesies oksigen reaktif (ROS) dan ROS ini kemudian dengan mudah atau bertahap dioksidasi oleh antioksidan.
 Tidak ada tingkat ROS yang terdeteksi oleh fluoresensi DCFDA dan aliran sitometri pada pengobatan MESF (ekstrak buah) dan ini jelas dari fakta bahwa buah-buahan mengandung antioksidan tingkat tinggi . Sejak,Buah-buahan merupakan sumber antioksidan dan polifenol yang baik, sehingga asupan buah-buahan dari makanan dapat menjadi pendekatan yang bermanfaat untuk pengobatan
berbagai jenis kanker. Studi ini menunjukkan bahwa bunga dan buah sawo memiliki sifat anti kanker dan ekstraknya dapat meningkatkan sitotoksisitas pada lini sel kanker yang berbeda dari berbagai asal.
AKTIVITAS ANTI-REMATIK
Singh dkk. [44] mempelajari efek anti-rematik dari ekstrak etanol Manilkara zapota menggunakan penghambatan denaturasi protein secara in-vitro. model dan menemukan perlindungan yang signifikan terhadap denaturasi protein yang menunjukkan potensi penggunaan Manilkara sebagai anti-rematik agen.
AKTIVITAS ANTI-INFLAMASI
Konuku dkk. melakukan penelitian antiinflamasi in vitro dan in vivo menggunakan ekstrak etil asetat M. zapota dan hasilnya menunjukkan aktivitas antiinflamasi yang signifikan dibandingkan ekstrak metanol yang disebabkan oleh adanya senyawa seperti flavonoid, terpenoid, steroid (glikosida, glikosida jantung)
PENGGUNAAN ETNOMEDISIN TANAMAN SAWO
Secara tradisional, daun M. zapota telah digunakan untuk mengatasi pilek, batuk dan diare  dan mempunyai potensi yang baik sebagai analgesik, aktivitas antihiperglikemik dan hiperkolesterolemia  Rebusan kulit batangnya diberikan untuk diare, disentri, dan peludisme dan juga digunakan sebagai tonik. Singh dkk.  melaporkan penggunaan getah getah sawo (chicle) untuk membuat permen karet; Namun, buahnya digunakan untuk mengobati diare dan penyakit paru-paru. Sedangkan bijinya yang dihaluskan digunakan untuk mengobati batu kandung kemih dan ginjal serta rematik, rebusan daunnya digunakan untuk menyembuhkan demam, pendarahan, luka dan bisul. Kulit tanaman ini juga secara tradisional digunakan untuk pengobatan gangguan pencernaan, demam dan rasa sakit dan peradangan.
Buah matang diketahui mengandung tanin yang memberikan zat, antioksidan, antivirus, antibakteri, dan antiinflamasi. Â Khasiat tanamannya, bermanfaat untuk mengobati gangguan pencernaan, diare, disentri dan pendarahan. Rebusan buah dan bunganya adalah ekspektoran, diminum untuk diare, mengobati masalah paru-paru, meningkatkan fungsi sistem saraf, mengobati depresi, stres, kecemasan dan insomnia. Buah juga mempunyai nilai antispasmodik yang membantu pengobatan kejang dan nyeri otot serta menghambat pertumbuhan kanker payudara dan usus besar. Bijinya mengandung saponin dan quercetin, digunakan sebagai tonik, antibakteri, antipiretik, obat penurun panas dan pencahar.
Meskipun pasta bijinya efektif melawan sengatan dan gigitan hewan berbisa, jus bijinya diketahui memiliki sifat diuretik dan antihistamin. efektif melawan kecemasan dan depresi, menghilangkan batu kandung kemih dan batu  ginjal.Â
KESIMPULAN
Dari ulasan di atas terlihat jelas bahwa sawo merupakan tanaman buah minor yang penting dan dapat dianggap sebagai salah satu buah yang menyehatkan karena adanya berbagai komponen bergizi di dalamnya. Selain itu, sejumlah besar fitokimia telah dilaporkan dari tanaman oleh berbagai peneliti dari waktu ke waktu yang bertanggung jawab atas banyak efek biologis seperti anti inflamasi, aktivitas anti radang sendi, anti bakteri, anti jamur, anti oksidan, anti tumor dan anti diabetes. Meskipun secara ekonomi dan penting secara medis, namun belum mendapatkan popularitas karena tingkat kematiannya yang tinggi. Oleh karena itu, komunikasi saat ini adalah bertujuan untuk mengumpulkan literatur yang tersedia, tentu saja langka, yang menjelaskan korelasi antara fisiologi, biokimia, dan atribut nutrisi tanaman. Dengan demikian, kami dapat memberikan informasi yang dikumpulkan untuk keperluan penelitian lebih lanjut karena hal ini. Tanaman sawo mempunyai potensi yang sangat besar untuk meningkatkan kualitas pascapanen dan kemungkinan pemasaran kehidupan buah sawo serta kualitas gizi. Moga bermanfaat******
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI