Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Biodiesel: EBT yang Perlu Diakselerasi Pemerintahan Baru

28 Januari 2024   09:20 Diperbarui: 28 Januari 2024   09:25 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Produksi biodiesel (Sumber: Rathore, et al., .2022)

Berbagai bahan baku generasi pertama, kedua dan ketiga untuk produksi biodiesel telah memberikan hasil yang menjanjikan [8] dan biodiesel yang diproduksi dari berbagai tanaman (energi) yang dapat dimakan dan tidak dapat dimakan telah dikomersialkan.

Secara global, Uni Eropa, Amerika Serikat, Brazil, Argentina, Indonesia dan negara-negara lain masing-masing menyumbang 43%, 15%, 13%, 13%, 6%, dan 10% dari produksi biodiesel

Namun, perdebatan mengenai pangan atau bahan bakar telah menjadi perhatian utama yang harus diatasi dalam pengembangan biodiesel. Lebih jauh lagi, perubahan penggunaan lahan, penanaman tunggal untuk tanaman energi yang berdampak pada kesuburan lahan, konversi padang rumput dan penggundulan hutan sering dikaitkan dengan biodiesel

Permasalahan yang muncul saat ini, adalah masih dibutuhkan technologi yang lebih efisien terhadap produksi biodiesel Indonesia.  Dalam kesempatan ini, nampaknya perlu ditelusuri berbagai technologi moderna terbaru untuk memproduksi biodiesel.

BAHAN BAKU BIODIESEL MELIMPAH DI INDONESIA

Beberapa bahan baku potensial termasuk minyak nabati, lemak hewani, lipid dan asam lemak dari alga, ragi dan mikroba lainnya serta jalurnya telah diidentifikasi untuk memproduksi biodiesel tanpa mempengaruhi sistem pertanian saat ini. 

Namun, potensi produksinya memerlukan membawanya ke tingkat komersial. Tingginya biaya produksi biodiesel merupakan kendala utama untuk menggantikan bahan bakar fosil dengan bahan bakar diesel. 

Sekitar 75--80% dari total biaya produksi biodiesel berasal dari bahan baku minyak nabati, yang menyebabkan biaya produksi biodiesel mencapai hampir dua kali lipat biaya solar komersial. Selanjutnya, bahan baku dengan asam lemak bebas yang lebih tinggi, yang menurunkan kualitas dan hasil, memerlukan pengolahan yang memerlukan biaya tambahan.

 Sebuah studi model ekonomi biodiesel jarak pagar mengidentifikasi bahwa pengeluaran akan selalu lebih besar daripada pendapatan untuk kapasitas produksi tahunan sebesar 10.000 m3 tahun1. 

Analisis oleh Sun dkk.  menemukan biaya produksi biodiesel berbasis mikroalga jauh lebih tinggi. Studi ini juga mengidentifikasi bahwa hasil mikroalga, hari operasional sistem merupakan hambatan utama terhadap produksi biodiesel yang ekonomis dan layak menggunakan mikroalga. Survei literatur menunjukkan perlunya produksi lipid yang tinggi melalui kemajuan teknologi untuk pengurangan biaya dan mempopulerkan biodiesel.

Metode rekayasa genetika untuk memproduksi biodiesel dari berbagai sumber termasuk tanaman, ragi, alga, dan limbah pertanian atau lainnya merupakan salah satu teknologi terkini, yang dapat menjadi alternatif menjanjikan untuk menciptakan biodiesel yang benar-benar berkelanjutan, layak secara teknis, dan hemat biaya.. Produksi lipid mikroba yang lebih tinggi dengan masukan produksi yang lebih rendah dapat mengembangkan sistem produksi biodiesel komersial yang skalabel. Kemajuan signifikan dalam rekayasa seluler dan bioproses telah dicapai dalam beberapa dekade terakhir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun