Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Biodiesel: EBT yang Perlu Diakselerasi Pemerintahan Baru

28 Januari 2024   09:20 Diperbarui: 28 Januari 2024   09:25 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Produksi biodiesel (Sumber: Rathore, et al., .2022)

Solusi  untuk memecahkan  permasalahan lingkungan yang kita hadapi saat ini membutuhkan tindakan nyata sejak dini untuk  jangka panjang sehingga pembangunan berkelanjutan menjadi penting. Dalam hal ini, EBT (energi baru dan  terbarukan) menjadi salah satu aksi penting. 

Oleh karena itu melihat  debat cawapres Minggu (21/1/2024),  Gibran menyebut potensi sumber EBT itu diharapkan dapat meningkatkan perekonomian nasional di masa mendatang. Tentu pernyataan ini perlu data dukung, program yang realistis  sejauh mana kesiapan pemerintah mendatang memanfaatkan EBT ini., menjadi sangat penting untuk ditelaah lebih lanjut.  

Untuk itu, berdasarkan data Dewan Energi Nasional (DEN) yang dirilis Kamis (18/1/2024), persentase bauran energi tertinggi tahun 2023 masih didominasi batu bara (40,46%), minyak bumi (30,18%), gas bumi (16,28%), EBT (13,09%).

Adapun, persentase energi baru terbarukan (EBT) meningkat 0,79% sehingga menjadi 13,09% pada tahun 2023. Namun realisasi tersebut masih di bawah target yang ditetapkan sebesar 17,87%. Ketua Dewan Energi Nasional Djoko Siswanto mengatakan pemerintah berusaha meningkatkan bauran energi dari sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan dengan menurunkan persentase bauran energi batu bara. (https://ekonomi.bisnis.com

Ketergantungan pada bahan bakar fosil untuk memenuhi permintaan energi yang terus meningkat telah merusak lingkungan. Ada kebutuhan mendesak untuk mencari bahan bakar alternatif yang tidak terlalu berdampak terhadap emisi gas rumah kaca.

Biofuel menawarkan beberapa keuntungan dengan dampak yang lebih kecil terhadap lingkungan. Biodiesel disintesis dari limbah organik yang dihasilkan secara luas seperti minyak yang dapat dimakan, tidak dapat dimakan, mikroba, dan limbah minyak. Studi ini meninjau kelayakan bahan baku canggih untuk sintesis biodiesel berkelanjutan seperti ketersediaan, dan kapasitas untuk menutupi sebagian besar bahan bakar fosil. Salah satu yang menarik adalah Biodiesel.

Pada The 3rd Palm Biodiesel Conference yang diadakan Maret 2022, APROBI (Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia) menyampaikan data berkaitan dengan perkembangan jumlah dan kapasitas perusahaan biodiesel di Indonesia. Terdapat sekitar 32 perusahaan biodiesel yang tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Total kapasitas terpasang dari 32 perusahaan biodiesel tersebut mencapai 17.14 juta kiloliter atau setara dengan nilai investasi sebesar USD 1.78 Miliar. (https://palmoilina.asia/sawit-hub/biodiesel-indonesia/)

Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang netral karbon dibandingkan solar berbasis fosil, yang mampu mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK). Biodiesel merupakan produk mikroorganisme, tanaman pangan, dan minyak hewani dan memiliki potensi untuk berkembang sebagai sumber energi terbarukan dan berkelanjutan serta mengatasi permasalahan energi yang semakin meningkat.

Biodiesel memiliki komposisi dan sifat pembakaran yang mirip dengan bahan bakar diesel fosil sehingga dapat langsung digunakan pada mesin pembakaran internal sebagai sumber energi pada tingkat komersial. 

Karena biodiesel yang diproduksi dengan menggunakan tanaman yang dapat dimakan/tidak dapat dimakan menimbulkan kekhawatiran mengenai pangan vs. bahan bakar, biaya produksi yang tinggi, krisis tanaman tunggal, dan dampak lingkungan yang tidak diinginkan, seperti pola pemanfaatan lahan, maka penting untuk mengeksplorasi pendekatan, bahan baku, dan teknologi baru untuk memajukan biodiesel. produksi biodiesel dan menjaga kelestariannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun