Anggrek menunjukkan keragaman struktural pada bunganya. Beberapa tanaman memiliki bunga tunggal, namun banyak juga yang menunjukkan bunga racemose (bunga termuda di atas dan yang tertua di bawah)
Bunganya terdiri dari tiga lingkaran kelopak bagian luar dan tiga lingkaran kelopak bagian dalam. Kelopak tengah membentuk labellum khusus atau struktur seperti bibir yang membantu mekanisme penyerbukannya.
PENGEMBANGAN ANGGREK Â DENGAN KULTUR JARINGANÂ
Pembaca yang budiman, kultur jaringan itu adalah Kultur jaringan, suatu metode penelitian biologi di mana fragmen jaringan dari hewan atau tumbuhan dipindahkan ke lingkungan buatan agar mereka dapat terus bertahan hidup dan berfungsi. Jaringan yang dikultur dapat terdiri dari satu sel, populasi sel, atau keseluruhan atau sebagian organ. Sel dalam kultur dapat berkembang biak; mengubah ukuran, bentuk, atau fungsi; menunjukkan aktivitas khusus (sel otot, misalnya, dapat berkontraksi); atau berinteraksi dengan sel lain.
Perkembangan sejarah tanaman anggrek  dengan Kultur jaringanÂ
Upaya awal kultur jaringan dilakukan pada tahun 1885 oleh ahli zoologi Jerman Wilhelm Roux, yang mengolah jaringan dari embrio ayam dalam larutan garam hangat. Namun keberhasilan nyata pertama terjadi pada tahun 1907, ketika ahli zoologi Amerika Ross G. Harrison mendemonstrasikan pertumbuhan proses sel saraf katak dalam media getah bening yang menggumpal.
Ahli bedah Perancis Alexis Carrel dan asistennya Montrose Burrows kemudian memperbaiki teknik Harrison, melaporkan kemajuan awal mereka dalam serangkaian makalah yang diterbitkan pada tahun 1910--11. Carrel dan Burrows menciptakan istilah kultur jaringan dan mendefinisikan konsep tersebut. Setelah itu, sejumlah peneliti berhasil membudidayakan sel hewan dengan menggunakan media kultur berbagai cairan biologis, seperti getah bening, serum darah, plasma, dan ekstrak jaringan.
Pada tahun 1980an dan 90an, metode dikembangkan yang memungkinkan para peneliti berhasil menumbuhkan sel induk embrio mamalia dalam kondisi buatan. Terobosan-terobosan tersebut pada akhirnya memungkinkan pembentukan dan pemeliharaan lini sel induk embrio manusia, yang meningkatkan pemahaman para peneliti tentang biologi manusia dan sangat memfasilitasi kemajuan dalam bidang terapi dan pengobatan regeneratif.
KULTUR PRIMER DAN GARIS SEL YANG SUDAH ADA
Ada dua jenis kultur utama: kultur primer (fana) dan kultur garis sel yang sudah mapan (abadi). Kultur primer terdiri dari sel, jaringan, atau organ normal yang dipotong langsung dari jaringan yang dikumpulkan melalui biopsi dari organisme hidup. Kultur primer mempunyai keuntungan karena pada dasarnya memodelkan fungsi alami sel, jaringan, atau organ yang diteliti. Namun, semakin lama sampel disimpan dalam kultur, semakin banyak mutasi yang terakumulasi, yang dapat menyebabkan perubahan struktur kromosom dan fungsi sel. Selain itu, budaya primer pada umumnya bersifat fana. Sel mengalami proses penuaan dimana mereka berkembang biak hanya 50 sampai 100 generasi, setelah itu lajunya menurun drastis. Titik di mana sel-sel dalam kultur primer berhenti tumbuh, atau mengalami penuaan replikasi, menandai apa yang disebut batas Hayflick (dinamai berdasarkan penemunya, ahli mikrobiologi Amerika Leonard Hayflick).