Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Imlek dan Geguritan Sampek Eng Tay di Bali

22 Januari 2023   13:57 Diperbarui: 23 Januari 2023   18:51 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk itulah warga sekitar Pura Dalem Balingkang mengklaim diri sebagai masyarakat Bali Aga atau Bali Mula.

Periode Kedua, Etnis China ke Bali pada Zaman Belanda

Sejaka kekuasaan Raja Jayapangus ada rentang yang sangat panjang tanpa adanya kemunculan etnis Tionghoa hingga zaman Belanda.

Beberapa sumber menyebutkan, kejadian tersebut terjadi ketika zaman Kerajaan Majapahit. Ada pengaruh dari Sam Poo Kong yang terkenal di seluruh Indonesia, dan pernah berlayar ke Bali pada periode Majapahit, Rombongan mereka datang dari Jawa yang kemudian datang ke Balingkang yang saat itu merupakan pusat Kerajaan Bali kuno.

Sampai sekarang, banyak penduduk Batur yang meyakini hal tersebut memang benar. Apalagi bisa kita lihat bahwa banyak penduduk di Batur yang mirip dengan orang daerah China, wajah kekuningan atau agak kemerahan dan itu berbeda dengan orang Bali pada umumnya.

Raja Jayapangus memiliki dua istri, di mana satu orang merupakan warga Bali dan seorang lagi dari China. Selanjutnya kisah ini dimanifestasikan dengan Barong Landung atau Jero Gede Jero Luh.

Periode selanjutnya, warga etnis Tionghoa datang ke Bali pada jaman Belanda, di mana mereka datang dari Cina Selatan yakni Provinsi Guangdong.

Mereka menguasai Bahasa Melayu dengan baik sehingga jadi perantara Belanda dengan orang pribumi di Bali maupun tempat-tempat lain. Sehingga sampai sekarang mereka masih menguasai jalur perdagangan di Indonesia termasuk Bali. Selain itu, menurutnya pada zaman Belanda mereka juga tidak diizinkan di kota-kota sehingga banyak yang pindah ke desa.

Ketika Tahun 1965, kondisi tidak kondusif untuk keturunan China di Indonesia, dan banyak juga dari mereka yang kemudian lari ke China sehingga di China ada kampung Bali. Jadi di Kampung Bali itu pelarian dari Bali atau yang diekstradisi Kembali ke China.

Sampek Eng Tay

Akulturasi adaptasi budaya, juga terjadi dengan diserapnya kisah cerita yang sangat terkenal dari China yang berjudul Sam Pek Eng Tay. Sam Pek Eng Tay ini karya Boen Sing Hoo. Kemudian diadaptasikan oleh Ida Ketut Sari dari Geria Sanur, Denpasar, tahun 1915.

Cerita ini kerap menjadi kisah drama dan tari, arja dan lain sebagainya pada awal tahun 1970-an. Cerita Sam Pek Eng Tay di Bali dikenal dengan nama Geguritan Sampik.

Geguritan Sampik ini ditulis dalam bahasa dan aksara Bali, dan digubah dengan menggunakan tembang-tembang macapat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun