Selain membantu mempercepat proses penguraian bahan organik di dalam tanah, Trichoderma juga memiliki peran sebagai biofungisida yang dapat membunuh jamur lain yang bersifat patogen. Spora dari jamur Trichoderma bisa menempel pada tubuh jamur lain yang kemudian akan terbentuk hifa (benang spora). Benang spora inilah yang akan mengikat dan menggulung jamur lain sampai jamur tersebut mati.
Beberapa jenis penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur patogen dan bisa dikendalikan dengan Trichoderma sp. adalah seperti: penyakit jamur akar putih yang disebabkan oleh jamur Rigdiforus lignosus; penyakit busuk batang yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum; penyakit busuk pelepah pada tanaman jagung yang disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani; penyakit layu yang disebabkan oleh jamur Fusarium monilifome; dan penyakit busuk batang yang disebabkan oleh jamur Sclerotium rolfsii dan jamur Sclerotium rilfisil.
Bahkan, pada jenis jamur tertentu yang tidak bisa dikendalikan dengan penggunaan bahan aktif fungisida kimiawi, bisa dikendalikan oleh jamur Trichoderma. Misalnya seperti jenis jamur Fusarium Itrakonazol menunjukkan aktivitas in vitro terbaik di antara antijamur yang lebih tua.Â
Penelitian lain menunjukkan itrakonazol tanpa aktivitas, dan amfoterisin B memiliki aktivitas yang lebih baik daripada vorikonazol. Namun, resistensi amfoterisin B seragam pada kasus klinis yang dilaporkan. Triazol spektrum luas harus dipertimbangkan daripada poliena untuk pengobatan, tetapi pemulihan dari imunosupresi tampaknya penting untuk keberhasilan.Â
Dalam satu seri, vorikonazol memiliki aktivitas antijamur in vitro yang lebih unggul daripada posaconazole dan itraconazole, amfoterisin B menunjukkan aktivitas antijamur hampir nol, dan echinocandins juga menunjukkan aktivitas antijamur yang sangat baik. Kultur pengawasan tinja untuk identifikasi awal jamur ini tetap tidak terbukti untuk manajemen klinis tetapi mungkin memainkan peran dengan studi masa depan.
Meski berada di dalam tanah secara alami, jamur Trichoderma perlu dikembangbiakkan agar memiliki jumlah yang banyak dan membantu memaksimalkan produktivitas tanah serta pertumbuhan tanaman. Saat ini telah banyak penjualan produk pertanian yang berisi jamur Trichoderma maupun biang Trichoderma. Petani juga bisa mendapatkannya sendiri dengan cara mengisolasi jamur Trichoderma dari tanah dan kemudian mengembangbiakkannnya
Pemanfaatan jamur Trichoderma sp. dalam sistem pertanian, memungkinkan petani untuk mengurangi atau bahkan tidak menggunakan bahan-bahan kimia, baik pupuk kimia maupun fungisida kimia. Kondisi ini selanjutnya akan menciptakan pertanian yang sehat dengan produk pertanian sehat dan kondisi lingkungan yang sehat pula.
Selain itu, tidak adanya belanja pupuk kimia dan fungisida kimia akan mengurangi biaya produksi pertanian. Sehingga keuntungan yang diperoleh petani pun akan lebih maksimal.
ISOLASI SELEKTIF Â TRICHODERMA UNTUK PELARUTAN FOSFAT
Skrining Trichoderma spp. untuk pelarutan P in-vitro Salah satu kultur standar Trichoderma harzianum Rifai, MTCC792 (Th-Std) dan empat belas isolat Trichoderma spp. diisolasi dari rizosfer pohon hutan pinus (Pinus roxburghii: PRT-1, PRT-2, PRT-3), deodar (Cedrus deodara:DRT-1, DRT-2), bambu (Bambusa bamboo: BRP-2, BRH-2, BRH-3, BRH-4), jambu biji (Psidium guajava: GRT-1, GRT-2), dan kayu ek (Quercus sp.: ORT-1, ORT-2 dan ORT-4) digunakan dalam penyelidikan saat ini. Budaya ini diambil dari koleksi kultur departemen, Departemen Mikrobiologi, CBSH, G.B. Universitas Pertanian dan Teknologi Pant,Pantnagar, India.Â
Kultur diisolasi pada Trichoderma Selective Medium (TSM), ditanam pada kentang dekstrosa agar (PDA) pada 28 0C dan dipertahankan pada 40C. Budaya adalah disaring untuk potensi pelarutan fosfat in-vitro mereka dalam media NBRIP (18) yang berisi sebagai berikut: bahan (g.l-1): glukosa, 10,0; trikalsium fosfat (TCP), 10.0; MgCl2.6H2O, 5.0; MgSO4.7H2O, 0,25; KCl, 0,2; (NH4)2SO4, 0.1.Â