Sejarah yang melingkupi kampung Islam gelgel itu, tak lepas dari kisah-kisah antara kekuasaan para raja-traja di bali, yang merupakan bagian kerajaan Majaphit.
Sebelum penaklukan Bali oleh majapahit bali diperintah oleh keturan Praba udayanya, trah Udayana, yang merupakan Erlangga, pada akhir nya diperintah oleh Sri topulung di bedahulu, Sri ratna bumi banten, itu ditaklukan oleh majaphit. Kemudian di bali diperintah oleh raja -raja keturunan sri Kresna kepakisan, yang berstana Di Samprangan. Selanjutnya pada masa Ida dalem ketut Ngulesir, kerajaan di pindahkan ke Gelgel.
Pada masa inilah kisah kampung Gelgel, dimulai. Sesuai dengan catatan sejarah, disebutkan bahwa Islam masuk ke Bali sejak abad ke-14, tepatnya di Kampung Gelgel, kabupaten Klungkung Berdasarkan cerita rakyat turun-temurun yang ada di gelgel dan sekitarnya , cikal bakal orang Islam pertama yang datang ke Gelgel (pusat pemerintahan di Bali sejak abad ke-14) adalah para pengiring Dalem dari Majapahit yang berjumlah 40 orang, pada masa pemerintahan Dalem Ketut Ngelesir, Raja Gelgel I. Raja Dalem Ketut yang masih termasuk dinasti Majapahit mendirikan Kerajaan Gelgel, yang pada saat itu masih di bawah naungan kerajaan Majapahit.
Cerita yang lain menyebutkan bahwa, Dalam berbagai literasi disebutkan Dalem Ketut Ngelesir menghadiri sebuah konferensi di Majapahit yang diadakan Prabu Hayam Wuruk pada 1384,. Raja Gelgel Dalem Ketut Ngelesir mendapat keistimewaan.
Beberapa kisah menuturkan bahwa  usai  Majapahit runtuh,  Kerajaan Gegel yang diperintah  Raja Waturenggong (Raja Gelgel yang memerintah saat itu, di datangi oleh Ratu Dewi Fatimah dari Majapahit yang beragama Islam dengan tujuan  untuk mengajaknya memeluk Islam dan bersedia menjadi istri apabila Raja menjadi Muslim.
Konon, upaya Ratu Dewi Fatimah tidak berhasil  karena upaya yang semestinya mengkhitan Raja ternyata tidak mampu memutuskan bulu kaki Raja. Akhirnya Ratu Dewi Fatimah kembali ke Loloan (kabupaten Jembrana) tempat pertama kali saat beliau mendarat di Bali. Setelah Ratu Dewi Fatimah meninggal, para pengiringnya Kembali lagi  ke Gelgel dan bermukim di sana dan sejak saat itulah terdapat pemeluk Islam di Gelgel.
UMA JARAT
Ada kisah lain yang memang berkaitan dengan keberadaan kampung Islam di Gelgel itu, yaitu Uma Jarat. Sebuah lokasi jejak perjalann Ratu Gujarat. Beliau adalah seorang utusan dari Jawa untuk mengajak  Raja  Bali  dalem Waturenggong untuk menganut  agama Islam. pada abad ke-16 (berkuasa antara tahun 1520-1558).
Cerita itu ada berbagai versi, salah satu disebutkan Ratu Gujarat. Utusan itu diminta menghadap Raja Gelgel Dalem Waturenggong,
Utusan datang bersama beberapa pengikut, dan diutus khusus untuk membujuk Raja Dalem Waturenggong serta warga Kerajaan Gelgel untuk memeluk agama Islam. Â Namun, upaya itu tidak dapat mempengaruhi Raja Dalem Waturenggong. Sang raja tetap memilih untuk memeluk kepercayaan yang diwariskan oleh leluhur.
Oleh karena tidak berhasil mempengaruhi Raja Dalem Waturenggong, utusan itu diminta kembali ke tanah Jawa. Utusan itu dan beberapa pengikutnya lalu menuju ke arah barat daya. Tepatnya di campuhan (pertemuan) antara tukad jinah dan tukang cangkung. Wilayah itulah yang disebut dengan Uma Jarat saat ini. Â Diceritakanlah utusan itu meninggal di lokasi tersebut, di makamkan disana.