Beternak lele  adalah cara untuk mendapatkan  penghasilan tambahan. Alasannya sederhana , ikan Lele masih banyak permintaan karena dagingnya sangat disukai oleh banyak orang, sehingga mudah untuk menjualnya. Apalagi kalau  pemeliharaannya relative sehat, misalnya hanya pelet yang diberikan, sebagai pakannya, pastilah dicari konsumen.
Ketika saya mengatakan punya kolam lele, beberapa teman, mau beli hasil panennya karena jelas kesehatan  makananan lele itu terjaga. Namun panen yang dilakukan kerap  tidak sesuai prediksi, atau gagal mendapatkan hasil yang maksimal, karena lele bisa saling makan kalau kelaparan, karena  kita lupa memberikannya makan tepat waktu.  Maka, tidak jarang lele itu kerap menyerang temannya, biasanya yang tubuhnya kecil dan lemah.
Kematian lele juga sering terjadi karena racun yang dihasilkan dari pembusukan  sisa makanan, atau dari kotoran yang dihasilkannya. Pembusukan itu  menghasilkan amoniak, yang merupakan racun bagi lele itu sendiri. Sehingga konsentrasi amoniak  harus dikurangi, salah satu cara nya  adalah dengan membuang atau mengambil airnya  dan mengganti mengantinya dengan air bersih. Walau penggantian itu tidak harus semuanya, saya melakukannya hanya 10-25% dari air kolamnya.
Tentu pembuangan air ini, yang kaya  amoniak dan nitrat ini sangat dibutuhkan bagi tanaman, sehingga  bagi beternak lele, alangkah baiknya  kalau  kolam lele diintegrasikan dengan tanaman lain, misalnya  tanaman  jambu atau anggur , sehingga  air buangan itu bisa menyuburkan  tanaman, sehingga  tanaman  menjadi  berbuah lebat.
Teknologi BioflokÂ
Permasalahan yang muncul dalam budidaya lele dan akua kultur lainnya adalah,  pada dua hal, pertama, keterbatasan  areal peternakan ( tanah), serta air. Kondisi ini cara pandang pun mengalami perubahan, yakni keberlanjutan akuakultur harus bergantung pada pengembangan vertikal, yaitu melalui perbaikan lingkungan produksi, peningkatan produktivitas dan peningkatan teknologi akuakultur.
Salah satu yang  teknoloigi yang mumpuni untuk itu, adalah  Teknologi bioflok (BFT) yang  telah muncul sebagai alternatif baru untuk budidaya berkelanjutan, yang dapat berkontribusi pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) FAO terkait dengan ketahanan pangan bagi umat manusia yang terus bertumbuh.
Peternak lele, harus juga pintar-pintar meng-up date diri, dengan menggunakan teknologi  biofloc dalam budidaya lele, karena dari pengalaman dan penelitian penerapan teknologi ini dapat meningkatkan produksi lele 20-40% dibandingkan dengan menggunakan cara konvensional. Lalu apa  teknologi bioflok itu?
Perlu diketahui adalah  bahwa penelitian ekstensif  tentang BFT ini telah dilakukan pada pengembangan dan penerapan BFT dalam budidaya sejak awal 1990-an, dengan penekanan pada budidaya udang.
Lebih dari 40% publikasi BFT dalam akuakultur diarahkan ke budidaya udang. Oleh karena itu, saya sangat percaya bahwa akumulasi pengetahuan tentang penerapan BFT dalam budidaya udang dan pengalaman yang diperoleh, terutama selama 10 tahun terakhir (2010-2020), layak untuk ditinjau dan dianalisis secara kritis, untuk mengetahui sejauhmana kebermanfaatan teknologi bioflok itu bagai umat manusia.