Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Raya Galungan dan Prajnanam Brahma

9 November 2021   13:33 Diperbarui: 9 November 2021   13:39 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Kemeriahan adalah suatu tanda bahwa manusia hidup bertumbuh, dalam bingkai rasa syukur yang dalam. Di sana peran agama bagi kehidupan manusia  menjadi sangat penting. Dengan kata lain agama dapat diartikan sebagai elemen dari kebudayaan yang berhasil mengusung nilai dan norma yang dianut oleh umatnya, sehingga nilai dan norma yang terselip di dalam agama memiliki misi yang baik dan suci  dalam pelaksanaan keteraturan  sosial.

Sampai di sana, maka agama sesungguhnya membuat kita damai, bergembira, karena memiliki perayaan, termasuk dalam agama Hindu, perayaan hari raya menjadi perekat sosial. Umat Hindu bersyukur pada Yang Maha Agung, Tuhan semesta alam Atas segala bentuk kelimpahan alam yang diciptakan oleh yang maha memberi. Hari -hari penuh mukjizat, akan terus s dirasakan ketika hati penuh syukur.  

Menjelang hari raya, Pasar ramai, tempat suci berhias, serta rumah-rumah  umat Hindu dibuat berhias, untuk  menyambut dan merayakan  salah satu hari  hari besar umat Hindu yakni  hari raya Galungan dan Kuningan. Hari raya itu bertepatan jatuh pada  hari Rabu 10 Nopember 2021,  serta sepuluh hari kemudian Hari Raya Kuningan  tanggal 20 Nopember 2021. Walaupun ekonomi lesu akibat Pandemi, namun kemeriahan hari raya tetap menampilkan keunikan nya sendiri, hari raya sebagai ajang untuk saling berbagi, berbagi  adalah wujud  rasa syukur. Tempat suci menjadi tempat yang paling indah dan diidam-idamkan.

Sebagai tanda kesucian, tempat ibadat adalah bak lentera dalam lorong perjalanan kehidupan manusia. Disna ada sebuah dalil tak tertulis, jika tempat ibadat terpelihara  kebersihannya dan suasananya suci, kita akan dapat menduga  bahwa penduduk desa sekitarnya  yang murni itu penuh rasa takut untuk berbuat dosa, bahwa artinya mereka menempuh jalan  kebajikan. 

Tempat suci adalah jantung kehidupan di desa karena itu harus terpelihara serta dirawat  seperti layaknya kita menjaga jantung kita. Saya diajarkan untuk percaya, bahwa Tuhan  berjalan-jalan dalam tempat ibadat itu , di dalam rumahnya. Oleh karena itu semua orang  bertanggung jawab menjaga kesucian suasananya yang memberikan kebahagiaan sewaktu melayani Tuhan. Bila  manusia sudah dapat bersikap seperti itu, maka sifat ketuhanan  dalam dirinya akan bersinar bagai permata.

Makna Galungan 

Tak pelak, suasana meriah dan ramai menyambut kedatangan hari Raya Galungan , yang diyakini oleh umat Hindu sebagai hari kemenangan dharma (kebajikan ) melawan  adharma(keburukan), sebab menjelang hari raya itu, umat Hindu, memang telah melakukan berbagai   rangkaian upacara, yang tujuannya adalah untuk berterima kasih pada yang maha memberi kehidupan, Sang Hyang Widhi Wasa. Prosesi nya adalah  melakukan penyucian diri (mikrokosmos)  dan alam semesta (makrokosmos).

Hari raya galungan  itu memiliki urutan perayaan, bak  prosedur  praktikum di lab, untuk menjadkan sebuah senyawa dalam diri menjadi murni, seperti kristal yang indah. Urutan perayaan seperti pada Tumpek Landep (melakoni sarwa senjata, keudian dilakukan pada 25 hari sebelum galungan,yang disbut tumpek bubuh/pengatag/ pengarah. Lanjut sugian jawa , sugian Bali, (penyucian alam makrokosmos dan mikrokosmos), masuk  penyekeban (penapean (hari minggu, 3 hari sebelum galungan), Penyajaan, (senin), penampahan (selasa), dan hari raya galungan pada hari rabu. Semua itu merupakan latihan kepasrahan, latihan pengendalian, untuk beraktivitas  serta proses pengendalian pikiran perkataan dan perbuatan.  Penyucian agar  tiga aspek menjadi suci, seperti  termaktub dalam kitab suci weda yang disebut Tri Kaya parisuda.  Tiga penyuci diri, mulai dari berpikir yang baik, berkata yang baik dan berbuat yang baik, yang semunya dilakoni sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan.

 Umat hindu diajarkan untuk selalu eling, bahwa Tuhan dapat  dicapai  melalui  jalan pengabdian. Dan  saya diajarkan tetua di Bali, tempat suci (pura )atau mandir, tempat menggali ilmu , semacam perguruan tinggi, tempat  manusia membina  budaya pikiran  yang sejati. Oleh karena itu, perhiasan diri adalah, Rasa syukur yang melahirkan cinta kasih, itulah Guru sejati di dalam diri, itulah pesan yang terus diberikan oleh para tetua kami.

Saya diajarkan juga, untuk menyadari bahwa  rumah Tuhan  ada dalam hati manusia , juga, yang  akan sama bersih dan sucinya  dengan rumah Tuhan  di luar atau di desa kita.  Oleh karena itu  kita dapat menduga bahwa hatinya mereka sangat suci dan damai, dilihat dari pemeliharaan tempat sucinya.

Galungan dan Prajnanam Brahma 

Dalam benak umat Hindu, selalu terbentang keyakinan bahwa Tuhan yang melingkupi alam semesta, tak terpikirkan, Dia ada, melingkupi semuanya, pemahaman ini tergurat sebagai bentuk 'Maha wakya' yaitu   prajnanam brahman. Prajnanam"= kecerdasan." Brahma" = "Brahman". Ini berarti Brahman adalah kecerdasan. Sumber kecerdasan alam semesta. Kecerdasan yang manusia miliki akan menuntunnya untuk berdiri diluar, tidak larut dalam proses yang menyeretnya masuk ke perubahan dunia yang sementara. Seperti tuturan bijak yang menjadi lentera kehidupan. Jika menemukan awan, ingatkan diri semua hanya muncul-lenyap. Anda adalah langit yang menyaksikan, jangan terbawa oleh sifat awan itu.,agar tidak terombang ambing.

Prajnanam Brahma mengacu pada aspek mengetahui dan memahami Diri dalam  bentangan alam makrokosmos maupun mikrokosmos. Sang Diri bertanggung jawab atas persepsi, tetapi indra tidak dapat menangkap-Nya. Karena Dialah yang dapat ditangkap oleh indera dan apa yang ditangkapnya dimaksudkan untuk kesenangannya. Brahman dan Diri digunakan dalam ayat-ayat ini secara bergantian, yang merupakan praktik umum di banyak Upanishad, terutama Upanishad yang lebih tua.

Mahavakya (prajnanam brahma)  digunakan dalam tradisi spiritual Hindu untuk meditasi dan kontemplasi. Itu  diambil dari Upanishad. Yang satu ini ditemukan dalam bab ketiga dari Aitareya Upanishad.

Perlu dipahami bahwa Aitareya Upanishad , juga dikenal sebagai Mukhya Upanishad, isinya  terkait  dengan Reg Weda (salah satu kitab suci wahyu Tuhan). Ini terdiri dari bab keempat, kelima dan keenam dari buku kedua Aitareya Aranyaka, yang merupakan salah satu dari empat lapisan teks Reg Weda. Aitareya Upanishad membahas tiga tema filosofis: pertama, bahwa dunia dan manusia adalah ciptaan Atman (Jiwa, Diri Universal); kedua, teori bahwa Atman mengalami tiga kali kelahiran; ketiga, bahwa Kesadaran adalah inti dari Atman.

Di bingkai itu,  titik sentral sistem yang menjadi prosesi penyucian yakni diri manusia itu  dengan segala egonya,serta  lingkungan di luar diri manusia. Lingkungan sangat luas dan besar (makrokosmos).  Atas penyucian alam makro, lebih tepatnya tanggap dan menyelaraskan diri dengan alam semesta, manusia Hindu selalu  menganggap interaksi dengan lingkungan itu penting. Maka akan lahir lah sebuah mutiara dengan baik, " Kesejahteraan tidak memerlukan pengertian. Ia hanya butuh ketekunan bersyukur di hari ini

DIMENSI  LAHIRIAH PENYUCIAN DIRI

Tubuh manusia terdiri dari Tri Sarira Berasal dari akar kata Tri yang berarti Tiga dan Sarira yang berarti badan. Jadi Tri Sarira adalah tiga lapis badan yang terbentuk dari unsur dan memiliki fungsi serta kualitas yang berbeda. Adapun Bagian Bagian dari Tri Sarira adalah: STULA SARIRA/RAGA SARIRA: adalah badan kasar yaitu jasmani yang terbentuk dari unsur Panca Maha Bhuta. SUKSMA SARIRA/LINGGA SARIRA: adalah badan halus yang terdiri dari unsur Budhi, Manah, Ahamkara, dan Indriya. ANTA KARANA SARIRA: adalah badan penyebab yaitu Jiwatman sebagai hidupnya hidup.

Penyucian  fisik ada di lapisan pertama, fisik yang dimaksud adalah menjaga bada ini sebagai tempat untuk melakukan yadnya, atau ibadah. Tubuh  manusia adalah keajaiban dengan fungsi sel dan organ serta jaringan yang padu. Oleh karena itu anugerah ini haruslah dipelihara  dengan baik, tak bijak menyakitinya, apa lagi mengakhiri hidup dengan mengancurkan tubuh ini.

Dengan badan ini juga kita bisa melakukan sesuatu  untuk mensyukuri krida-Nya (Anugerah Tuhan)   yang membuat manusia serta alam semesta beserta isinya dapat  selalu harmoni. Tuhan yang maha kasih tempat segala kita mengadu, memohon kasih -Nya, dan itu adalah terpancar dalam sukma hati umat Hindu yang terdalam. Beragam aktivitas pun di lakukan untuk memeriahkan sebagai bentuk puja dan puji atas rahmat-Nya yang tak terbatas pada alam semesta.

BANYAK KENANGAN  HARI RAYA GALUNGAN

Bagi saya, yang sejak kecil hidup di bali, merasakan bahwa Hari raya galungan adalah hari raya yang selalu membuat saya bahagia, karena aneka masakan dan kue  dibuat oleh ibu (pada  Penyajaan, dua hari menjelang galungan) , dan makanan masakan oleh ayah (penampahan sehari menjelang Galungan).  Diera tahun 1970an,  kehidupan  di kampung petani, makan nasi  dari beras hanya ada pada saat hari raya, selebihnya hanyalah nasi jagung, dan gaplek. Oleh karena itu kerinduan hari raya  selalu mengalun dalam benak dan napas

Tanda -tanda kebahagiaan itu karena selalu selaras dengan alam, betapa tidak,  menjelang hari raya galungan, 25 hari sebelum Hari raya tiba, kami  sudah diingatkan untuk mensyukuri  keberadaan tanaman yang ada di lingkungan kami,  khususnya tentang 'tanaman' yang bisa digunakan untuk menyambut hari raya galungan.  Tanaman yang menghasilkan buah-buahan,  entah pisang , mangga , durian dan anggur jambu, dibuatkan 'banten' sesaji untuk dibawa ke pohon, hari itu disebut tumpek pengatag atau pengarah  sesaji itu seperti layaknya  kue ulang tahun, kami menyebutkan 'otonan  tumbuh-tumbuhan.  Tanaman diajak berdiskusi bahwa kita bahagia

 Berdoa kepada Dewa Sangkara, Sangkan Paraning Dumadi, yang menciptakan  sarwa kehidupan, agar berbuah lebat dan manis, saya dan istri berkomunikasi dengan bahasa, "Nini-nini buin selae dina Galungan, mebuah apang nged...nged..nged" (Nenek-nenek, 25 hari lagi Galungan, berbuahlah dengan lebat) lalu diikuti dengan "atag" atau memukulkan pisau tiga kali ke batang pohon. "Sebuah bentuk keintiman manusia bali dengan lingkungannya.

Walaupun belum tampak berbunga, dan tidak mungkin dari 25 hari bisa panen, namun esensi nya adalah kita harmoni pada para tanaman yang ada di sekitar kita, kita tidak perlu banyak menuntut , kalau pikiran kita baik maka ada saja yang bisa  terjadi. Benar

Izinkan saya bercerita atas banyak bulir-bulir keindahan hati ada dalam persahabatan. Dia bisa hadir dengan seribu ragam yang tak pernah lekang

Beberapa hari sebelum galungan, sahabat di desa yang memiliki banyak pisang, manggis, datang ke rumah dia membawakan buah-buahan itu. Apa motivasinya? Jangan kaget, dia berucap lugu, saya bahagia kalau memberikan orang lain, setiap saya melakoni itu, maka buahnya sangat lebat dan besar-besar. Saya tersenyum mendengarkannya.  Orang seperti ini adalah ikhlas,  dia hanya mendengar nasihat ketika saya memberikan motivasi agar anak-anaknya melanjutkan kuliah dan sekolah, kami merasa seperti saudara. Hari raya galungan itu adalah cara kami ikut berbagi. Dalam kamus orang-orang yang sudah memasuki keheningan, sekaya apapun anda akan tetap miskin tanpa rasa berkecukupan.

Maka pencerahan nya ya, mungkin  Inti pencerahan adalah tidak tersentuh. Tidak marah ketika dimaki, tidak sombong tatkala dipuji. Tidak melekat pada kebahagiaan dan tidak menolak kesedihan. Disana akan berpendar dalam tujuan agama Hindu, yaitu Catur purusa artha terdiri dari tiga kata yaitu catur yang berarti empat, purusa yang berarti hidup dan artha yang berarti tujuan. Jadi Catur purusa artha artinya empat tujuan hidup sebagai manusia. Tujuan hidup menurut ajaran agama hindu dinyatakan dalam Brahma Purana 228,45 sebagai berikut : "Dharma, artha, kama, moksana sarira sadhanam". Badan yang disebut sarira ini hanya boleh digunakan sebagai alat untuk mencapai Dharma, Artha, Kama, dan Moksa

HARI RAYA GALUNGAN , MAKNA SEBUAH KEMENANGAN 

Hari Raya Galungan diperingati sebagai hari kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan). Galungan dirayakan oleh umat Hindu setiap 6 bulan atau 210 hari, dengan menggunakan perhitungan kalender Bali, yaitu pada hari Buddha Kliwon Dungulan (Rabu Kliwon Wuku Dungulan) sebagai Hari Kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan). Saya di datangi mereka yang senang berbagi, walaupun mereka hanya memiliki sedikit dan juga memiliki nasihat, dan itu saya pikir jauh lebih mengena dari pada  kaya namun tidak peduli.

Kemenangan menjadi titik krusial dalam hal ini, kemenangan harus bisa dirasakan dalam diri, musuh utama manusia adalah  sejatinya ada dalam dirinya sendiri. Dalam konsepsi Hindu, ada 6 musuh yang menyelinap dalam diri kita,  dikenal dengan sad ripu (sad= enam, ripu = musuh) enam musuh itu bersolek untuk memikat diri anda, yaitu  . kama : nafsu, keinginan, lobha : tamak, rakus,  krodha : kemarahan, moha : kebingungan,  mada : mabuk  dan  matsarya : dengki, iri hati. Kenam itu sesungguhnya diawali oleh nafsu ,keinginan yang meluap-luap., lalu muncullah kemarahan, manakala  keinginan tak terpenuhi., namun jika keinginan terpenuhi maka yang ada adalah loba (serakah)

Pesan bijak menarik kita simak, yaitu Kalahkan kemarahan dengan cinta kasih dan kalahkan kejahatan dengan kebajikan. Kalahkan kekikiran dengan kemurahan hati, dan kalahkan kebohongan dengan kejujuran. Pada perayaan  Galungan kala ini memang dalam kondisi yang kritis kita harus lebih waspada, bahwa membangkitkan kesadaran manusia menjadi sangat penting, kesederhanaan adalah harta yang tak ternilai, artinya puas dalam kesederhanaan, sesungguhnya itulah kekayaan yang tertinggi 

Galungan sendiri berasal dari bahasa Jawa Kuno yang memiliki arti 'menang'. Selain itu, kata Galungan memiliki makna yang serupa dengan Dungulan yang berarti menang. Galungan memberikan pemahaman bahwa niat dan usaha yang baik selalu akan menang dibandingkan niat dan usaha yang buruk.

Ketulusan menjadi titik sentral  untuk menjadikan dirikita menang. Kesulitan untuk ikhlas adalah  kalau ego di dalam diri sangat berkuasa, sehingga perlu  dikecilkan. Ikut  saling bantu di tingkat rumah tangga adalah cara untuk menekan ego menjelang hari raya. itu sebabnya  saya membntu istri ikut   membeli makanan dan bahan upacara banten untuk persembahan adalah yang utama, saya membeli janur, dan  membeli bahan kue-kue untuk rangkaian banten. 

Banten sejatinya adalah rangkaian aktivitas doa, aktivitas yang membuatnya perlu kesabaran, memang membutuhkan bisa mencegah kemarahan, aktivitas upacara itulah yang membuat beragama menjdi sosok yang menarik, dan dapat membawa kebahagiaan ya yang sejati.  patram puspam phalam toyam, yo me bhakty prayacchati, tad aham bhakty-upahrtam, anmi prayattmanah (Siapapun yang dengan sujud bhakti mempersembahkan kepadaKu sehelai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan, setetes air, Aku terima persembahan itu dengan penuh kasih dari orang yang berhati suci. (Bhagawad Gita 9.26)

KESABARAN INTI UNTUK MENANG

Agar bisa menang, maka  perhiasan diri untuk melatih kesabaran, kesabaran dalam konsepsi hindu disebut dengan ksama, dalam Kitab sarasamuscaya, terulis (sloka 92-95)  " Segala sesuatu yang ada di bumi ini adalah milik dari orang sabar, demikian juga apa yang ada di jagat raya ini adalah juga milik orang yang berhati sabar. Hanya dengan kesabaran lah keberhasilan itu dapat diperoleh, mereka yang sabar dipuji dan dihormati di bumi, apabila mereka mati surga lah ganjarannya.

Kesabaran inti untuk mencapai kebahagiaan di dunia ini maupun di dunia akhirat, sabar menjadi perhiasan tangan, menjadi perhiasan hati, perilaku orang sabar  sesungguhnya disebutkan sebagai bentuk kekayaan, karakter demikian adalah arta dan emas tidak sanggup untuk menyelamatkan kesesatan.

Benar disebutkan bahwa,  Kekayaan utama adalah kesabaran hati, apa gunanya emas permata dibandingkan dengan kesabaran, sebab hanya kesabaran saja yang bisa menasihati orang dari kesesatan nya, sedangkan emas dan permata hanyalah bagian dari bongkahan-bongkahan tanah yang membisu. Segala perbedaan di dunia ini hanyalah pantulan dari pikiran . Mengasihi, membenci atau mengejek hanyalah pantulan pikiran.

Keheningan sejati adalah wujud atau kenyataan Tuhan yang maha tinggi .Orang yang mencapai  tingkat kesadaran ini akan dapat  melepaskan diri dari ulah akal yang menghasilkan keraguan , delusi pandangan dua litas yang menyesatkan.

Tuhan tidak memiliki  pikiran dan perasaan . Beliau memberi tanggapan sesuai pikiran, sikap  dan tindakan seperti pemujaan , doa,  dari umat. Pesan orang tua saya , kembali mengiang dalam  hal ini, " Jika perintah dalam kitab suci (weda)  engkau taati sepenuhnya, secara otomatis  rahmat-Nya terlimpah kepadamu. Engkau tidak perlu berdoa secara khusus agar memperoleh rahmat-Nya. Yang utama  dai segalanya adalah , hargailah  kata-katamu  sendiri. Ingatlah selalu ujaran

Kesabaran juga  akan dapat menimbulkan persahabatan di dunia ini,  kata bijak menyebutkan "  Mustahil ada persahabatan tanpa kesabaran hati, yang ada pastilah kemurkaan, marah dan dendam, maka dari itu pupuk lah terus kesabaran di dalam hati masing-masing. Mengapa demikian? Karena seorang manusia sejati dan berbudi luhur keadaannya bagaikan seekor ular yang membuang kulitnya, demikian pulalah orang yang sabar senantiasa meninggalkan kemarahan dari dalam hatinya.

Hati merupakan sumber mata  air pencerahan untuk menjaga kesabaran, "  Saya selalu dipesankan oleh tetua di bali, Orang yang melakukan perbuatan  baik , tidak akan pernah memperoleh hasil yang buruk, Kejahatan tidak pernah memberikan hasil baik. Sebuah pertanyaan yang diajukan oleh tetua di bali, mungkinkah benih padi menghasilkan buah jagung, atau sebaliknya, tidak mungkin bukan?  Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan, moga damai selalu  *****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun