Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Tomat Sebagai "Apel Surga" Baru Sebatas Impian

2 Oktober 2020   23:53 Diperbarui: 3 Oktober 2020   01:25 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi pribadi

Lalu mengapa negara kita tidak menjadi eksportir buah tomat.?  padahal tomat merupakan komoditas holtikultura yang sangat potensial, dan perlu ditangani secara serius terutama dalam hal peningkatan hasilnya dan kualitas buahnya.

Masalahnya tentu amat rumit , kajian-kajian telah dilakukan dengan seksama, intinya adalah 'jalur distribusi 'tomat yang mengakses petani belum optimal. Jika petani , tak cakap, maka tomat cepat rusak. Untuk menanggulangi itu, buah ini juga nampak perlu dilakukan 'proses pengolahan pasca panen,sehingga meningkatkan nilai tambah. Di terminal ini maka, tomat sebagai "apel surga" kata orang Jerman, hanya sebatas impian, padahal kita memiliki lahan-lahan yang potensial untuk mengembangkan ke arah itu, cuma perlu dukungan semua pihak agar impian bisa menjadi kenyataan.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dan Direktur Jenderal Hortikultura (2015) produksi tomat nasional mencapai 878.741 ton pada tahun 2015 dan mengalami penurunan 4,07% dari tahun sebelumnya yang mencapai 915.987 ton. Namun hal tersebut seringkali terjadi pada tahun-tahun sebelumnya mengingat hampir semua komoditas pertanian mengalami fluktuasi produksi setiap tahunnya.

Sebagai bahan perbandingan, bawah negara penghasil tomat di dunia, berdasarkan data dari Food and Agriculture Organization (FAO), menunjukkan bahwa China merupakan negara penghasil buah Tomat terbesar di dunia, dengan jumlah produksi buah tomat mencapai 59,514,773 ton tahun 2017. Disusul ditempat kedua India dengan jumlah produksi I sebanyak 20,708,000 ton, sedangkan peringkat ketiga ditempati oleh Turki dengan jumlah produksi sebanyak 12,750,000 ton.

Lalu posisi indonesia ada dimana? Data Food Agriculture Organization menggambarkan bahwa ekspor tomat Indonesia bergerak secara fluktuatif dari 2009--2013. Ekspor tomat tertinggi pernah dicapai Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 675 ribu ton. Posisi Indonesia berada di ranking 21 di dunia. Sungguh masih bisa untuk ditingkatkan, dengan jalan pembenahan dan pemberdayaan petani, sehingga  impian tentang keejahteraan petani bisa dioptimalkan 

TOMAT SEBAGAI SUMBER SENYAWA ANTI KANKER.

Tomat menjadi salah satu alternatif bahan dasar penggalian 'senyawa bioaktif anti kanker", sebab tanaman yang dikenal di Jerman sebagai apel SURGA itu, sesungguhnya memiliki 'kandungan gizi yang padat'

Ada hal baru yang dihasilkan dari penelitian ahli tentang buah tomat. Tomat mengandung likopen, senyawa anti kanker, yang banyak terdapat didalam buah tomat matang, Likopen merupakan antioksidan golongan karotenoid yang umumnya ditemukan pada pangan yang berwarna merah. 

Kandungan likopen pada tomat segar sekitar 30-200 mg/Kg. Sebagai antioksidan, likopen mencegah radikal bebas yang berbahaya karena dapat merusak sel-sel sehat di dalam tubuh kita.

Lipkopen adalah pigmen yang memberikan warna merah atau merah muda pada berbagai buah-buahan, seperti tomat dan semangka. Sebagai zat dalam tumbuhan, pigmen memiliki sejumlah manfaat kesehatan. Manfaat tersebut termasuk meredakan sunburn (sengatan sinar matahari pada kulit) serta menjaga kesehatan jantung.

Penelitian yang dilakukan oleh Stacewicz-Sapuntzakis, M., & Bowen, P. E. (2005), membuktikan bahwa likopen pada tomat dapat menghambat sel kanker prostat. Penelitiannya dilakukan pada pasien yang didiagnosis dengan adenokarsinoma prostat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun