Cabe  merupakan bumbu dapur, yang dibutuhkan, untuk memberikan sensasi pedas. Walaupun tidak  merupakan kebutuhan pokok, namun keberadaan memang harus selalu ada di dapur. Itu sebabnya, dia tetap diburu. Harganya sering tidak  stabil, kadang-kadang naik, sangat  mahal, sempat menyentuh Rp 100.000 per kg.Â
Namun saat  tulisan ini dibuat, harga jatuh berkisar Rp 5000/kg.  Namun demikian tanaman ini memang saat pandemi Covid-19, menjadi salah satu alterntif untuk  dikembangkan sambil bekerja dari rumah.
Perlu perhatian khusus dan serius , banyak yang yakin bahwa hanya dengan melempar kan biji  pada tanah kosong , pasti tumbuh, tapi hasilnya tidak akan memuaskan. Oleh karena itu perlu digerakkan  secara massal, masyarakat untuk menanam cabe di rumah masing-masing. Tentu akan dirasakan bahwa cabe bisa  membantu menghemat biaya dapur kita.Â
Artinya cobalah kalau kita semua rajin menanam cabe, pasti bisa ,  walaupun dalam pot, niscaya kita  akan  swasembada cabe  di masing-masing rumah paling tidak  3-5 pot saja keperluan cabe sudah bisa dipenui dengan baik. Cabe selain menjadi tanaman hias dia juga bisa menjadi sumber penghasilan.
SELAYANG PANDANG Â TANAMAN CABE
Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan sekitar 2.000 spesies yang terdiri dari tumbuhan herba, semak dan tumbuhan kerdil yang lain. Tanaman cabai sebagian besar merupakan tumbuhan negeri tropis      .
Tanaman cabai tumbuh pada permukaan tanah dengan tinggi kurang dari 1,5 m. Cabai rawit termasuk golongan tanaman semusim atau berumur pendek, hanya sekali bereproduksi dengan beberapa kali petik, dan setelah itu mati. Cabai rawit pada umumnya ditanam pada musim kemarau, namun dapat pula ditanam pada musim penghujan.Â
Bunga tanaman cabai bervariasi, namun memiliki bentuk yang sama, yaitu bentuk bintang yang menunjukkan bahwa tanaman cabai termasuk dalam sub kelas asteridae (berbunga bintang).Â
Bunga biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya terdapat 2-3 bunga saja.Â
Tanaman cabai mulai berbunga pada umur 60-75 hari setelah disemaikan dan proses penuaan buah berlangsung antara 50-60 hari sejak bunga mekar.
Paling tidak kalau ingin menanam cabe ada enam  point yang perlu diketahui dengan matang, agar berhasil, yaitu (1) pemilihan lahan, (2) pemilihan bibit cabe, (3) penyemaian bibit, (4) penanaman , (5) teknik pemupukan, (6)  teknik perawatan, (7) pemanenan. Ketujuh tahap ini menentukan kualitas dan produksi panen tanaman cabe yang anda tanam.Â
Oleh karna itu, Cabe , sangat mudah menanamnya dan meraatnya maka tanaman di rumah menjadi penting untuk di lirik, apa lagi yang memiliki pekarang luas, bisa dalam  fot ataube dari klompok cabe rawit sangat menarik untuk di tanaman sebagai hobi.
Cabai rawit atau cabai kathur, adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Selain di Indonesia, ia juga tumbuh dan populer sebagai bumbu masakan di negara-negara Asia Tenggara lainnya. Di Malaysia dan Singapura ia dinamakan cili padi, di Filipina siling labuyo, dan di Thailand phrik khi nu. Di Kerala, India, terdapat masakan tradisional yang menggunakan cabai rawit dan dinamakan kanthari mulagu.Â
Dalam bahasa Inggris ia dikenal dengan nama Thai pepper atau bird's eye chili pepper. Buah cabai rawit berubah warnanya dari hijau menjadi merah saat matang. Meskipun ukurannya lebih kecil daripada varietas cabai lainnya, Cabai rawit biasa di jual di pasar-pasar bersama dengan varitas cabai lainnya.Â
Terdapat peribahasa Indonesia "kecil-kecil cabai rawit" (Malaysia: kecil-kecil cili padi), yang artinya kecil-kecil tetapi pemberani. Hama yang menyerang antara lain Bactrocera papayae dan Bactrocera carambolae. ia dianggap cukup pedas karena kepedasannya mencapai 50.000 - 100.000 pada skala Scoville.
PEDAS DAN SAD RASA YANG LAIN
Di rumah saya semua  masakan untuk sayur  pasti ada cabenya, tidak ada yang tidak pakai cabe. Cabe memberikan rasa pedas. Di Bali pedas memang  merupakan salah satu komponen  enam rasa ( sad rasa) Lalu dalam ilmu Ayurweda yang diyakini di Bali,  sad rasa itu adalah manis (madhura), asam (amla), asin (lavana), pahit (tikta), pedas (katu), dan sepat (kashaya). Setiap orang memerlukan keenam rasa ini untuk keseimbangan tri dosha dalam tubuh.
Sad Rasa  sesungguhnya ada simbolisasi untuk motivasi manusia. Rasa pahit dan asam sebagai simbol agar tabah menghadapi peristiwa kehidupan yang kadang-kadang tidak menyenangkan.Â
Rasa pedas sebagai simbol agar tidak menjadi marah bila mengalamai atau mendengar hal yang menjengkelkan, Â Rasa sepat sebagai symbol agar taat ada peraturan atau norma-norma yang berlaku, Â Rasa asin sebagai simbol kebijaksanaan, selalu meningkatkan kualitas pengetahuan karena pembelajaran diri. Â Â
Rasa manis sebagai symbol kehidupan yang bahagia lahir bathin sesuai cita-cita akan diperoleh bilamana mampu menghadapi pahit getirnya kehidupan, berpandangan luas, disiplin, serta enantiasa waspada dengan adanya sad ripu dalam diri manusia.
Di Bali sad rasa juga tertulis dalam kitab yang berjudul  "Tattwa Darsana" disana disebutkan bahwa penyatuan keenam unsur sad rasa ini dengan unsur Citta, Buddhi, Manah, Ahangkara, Dasendria, Panca Tan Matra dan unsur dari Panca Maha Bhuta itu sendiri akan membentuk dua benih kehidupan purusa pradana atau sukla dan swanita yang akhirnya penyatuan sukla dan swanita itu maka timbullah penciptaan mahluk hidup yang telah memiliki atman sebagai bagian terkecil dari brahman atau parama atman (Tuhan yang Maha Esa)
PEDAS DAN PENGUKURANNYA
Saya masih hingat kalau dikasi koyo cabe, koyo yang pedas  banget, pedas itu adalah karena kandungan capsaicin. Capsaicin adalah senyawa yang terkandung dalam cabai atau bumbu dapur lainnya yang memiliki cita rasa pedas. Ya, rasa pedas yang ditimbulkan ketika Anda mengonsumsi cabai sebenarnya berasal dari capsaicin ini.
Capsaicin adalah zat aktif pada cabai yang menimbulkan rasa pedas dan panas. Zat ini sering digunakan untuk mengurangi nyeri karena khasiatnya sebagai antinyeri. Selain untuk mengurangi nyeri, capsaicin juga memiliki beberapa manfaat lain untuk kesehatan. Apa saja khasiatnya?
Capsaicin secara alami banyak ditemukan pada biji buah cabai dan paprika. Ekstrak capsaicin banyak digunakan sebagai zat aditif atau bahan tambahan pangan untuk mengawetkan makanan atau memberikan cita rasa pedas pada makanan. Makanan yang lagi ternd, Mie kocok obong, Mie, mi setan pedasnya dibuat ngeri  dengan sambl setannya. Kalau makan lidah menjulur karena pedasnya, sehingga kayak "rangda" yang ada di Bali. Lalu bagaimanakah cara mengukur kepedasan suatu bahan?. Skala pedas ada yang mengukur lho. Yakni, dengan Skala Scoville.
Skala Scoville adalah ukuran tentang pedasnya cabai. Buah genus Capsicum (cabai) mengandung capsaicin, suatu bahan kimia yang merangsang ujung saraf penerima pedas di lidah, dan jumlah satuan pedas Scoville (SHU) menunjukkan jumlah capsaicin yang ada. Banyak sambal menggunakan peringkat Scoville mereka dalam iklan sebagai daya jualnya.
Namanya orang yang menemukan pertama kali  adalah  Wilbur Scoville, yang mengembangkan Tes Organoleptic Scoville pada 1912. Pada rancangan aslinya, cairan ekstrak cabai dicampurkan dalam air gula sehingga 'pedasnya' tidak lagi dapat dideteksi oleh sebuah panel penguji (biasanya lima orang). Tingkat pencampurannya itu memberikan ukuran bagi skala Scoville ini.
Jadi cabai manis yang tidak mengandung capsaicin sama sekali, pada skala Scoville nilainya nol. Artinya rasa pedas tidak ditemukan bahkan ketika cairan itu belum dicampurkan. Sebaliknya, cabai yang paling pedas, seperti misalnya cabai Habanero, mempunyai peringkat 300.000 atau lebih.Â
Hal ini menunjukkan bahwa ekstraknya harus dicampurkan 300.000 kali lipat sebelum capsaicin yang hadir di dalamnya tidak terasa lagi. 15 satuan Scoville sama tingkatnya dengan satu bagian capsaicin per satu juta. Jadi, konsentrasi yang tertinggi sama nilainya dengan 15.000.000 satuan Scoville. Kelemahan teresar dari Tes Organoleptik Scoville ialah ketidaktepatannya, karena ia mengandalkan subjektivitas manusia.
Perkembangan analit belakangan seperti kromatografi cair berperforma tinggi (HPLC) (juga dikenal sebagai "Metode Gillett") kini telah memungkinkan peringkat Scoville ditentukan dengan ukuran langsung capsaicin dan bukan dengan menggunakan rasa.
KANDUNGAN Â SENYAWA BIOAKTIF PADA CABE
Telah disebutkan di atas cabe pedas karena Capsaisin. Capsaicin merupakan salah satu metabolit sekunder tanaman cabai yang memberikan rasa pedas. Capsaicin (trans-8-metil- N -vanilil-6- nonenamida) adalah sebuah kristalin, lipofilik, tidak berwarna dan tidak mudahmenguap (volatile) dengan rumus molekul C18H27NO3. Berat molekul dari capsaicin adalah 305,40 g/mol dan merupakan suatu lemak, alkohol juga larut dalam minyak.
Capsiasin yang menyengat, menginduksi deplesi zat P dan neuropeptida lain dari terminal saraf sensorik. Krim capsaicin telah diperkenalkan ke dalam terapi dermatologis dan terbukti bermanfaat dalam mencegah nyeri kronis yang terkait dengan neuralgia pasca herpes, neuropati diabetik, dan sindrom nyeri lainnya
Pertama kali dikrisalisasikan pada tahun 1876 oleh Tresh, dan struktur molekul diselesaikan oleh Nelson dan Dawson pada tahun 1919. Capsaicin terdapat pada plasentabuah, tempat melekatnya biji. Â Capsaicin yang merupakan sebuah alkaloid, digunakan sebagai aditif makanan untuk memberikan rasa pedas dalam makanan yang diformulasikan. Capsaicin juga digunakan dalam sediaan farmasi sebagai stimulan pencernaan danuntuk gangguan rematik. Capsaicin mempunyai potensi yang tinggi dalam bidang farmasi sebagai anti kanker, anti artritis dan analgesik di samping turut mempunyai nilai komersil dalam industri makanan.
Oleh karena itu cabe rawit merah (Capsicum frutescensis) tidak hanya sayuran yang dapat dimakan, tetapi juga digunakan dalam obat tradisional untuk menghambat pertumbuhan patogen lambung Helicobacter pylori, menghambat agregasi trombosit, anti-diabetes, stimulan gastrointestinal dan potensi anti-oksidan
Ekstrak asetonitril biji, kulit dan buah utuh mengandung aktivitas antioksidan dan antimikroba. Ini juga memiliki aktivitas pestisida, ketika diuji. Ayam petelur diperlakukan dengan bubuk cabai selama 14 hari, meningkatkan kualitas kuning telur dan berat telur pun meningkat
Hasil penelitian Olatunji, T. L., & Afolayan, A. J. (2020). Menunjukkan bahwa varietas Capsicum spp. mengandung unsur mikro dan makro penting dan vitamin antioksidan, dalam jumlah yang bervariasi.Â
Kandungan senyawa bioaktif yang berbeda dapat memberikan proporsi signifikan dari tunjangan harian yang direkomendasikan dan membantu meningkatkan kesehatan manusia secara keseluruhan. Keragaman nutrisi dan zat bioaktif dalam spesies Capsicum, dan varietas, dapat digunakan dalam pemuliaan cabai  untuk menghasilkan hibrida komersial yang lebih baik.Â
Genus Capsicum terdiri dari banyak spesies, yang banyak digunakan untuk nutrisi manusia dan pemrosesan industri karena aroma yang luar biasa, atribut sensorik serta tindakan fisiologis. Pemeliharaan kualitas paprika dan metode pengolahan menimbulkan tantangan besar bagi industri makanan.Â
Menurut penelitian Tomi Lois Olatunji1 and Anthony Jide Afolayan, 2019 ekstrak  cabe dengan air memberikan hasil yang lebih tinggi sementara ekstrak etanol menunjukkan kandungan fitokimia yang lebih tinggi.
Oleh karena kandungan  bioaktif  semacam capsaisin sangat dihargai tidak hanya karena kepentingan ekonomi mereka tetapi juga karena nilai gizinya yang kaya. Demikian pula, Takahashi et al melaporkan sifat antioksidan tinggi ditunjukkan oleh buah cabe  mulai dari  tahap hijau ke merah berdasarkan kapasitas penyerapan radikal oksigen (ORAC) dan tes DPPH.
ISOLASI CAPSAICIN DARI CABAIÂ
Isolasi  senyawa capsaisin  didahulu oleh tahap pesiapan alat dan bahan., isolasi Capasaisin dan identifikasi  untuk menentukan benar atau  tidak capsaisin yang dihasilkan .
Pada tahap persiapan dilakukan perlakuan terhadap buah cabai rawit, yang dipilih adalah cabai segar  dicuci bersih. Kemudian dikeringanginkan dalam ruangan terbuka selama 2 minggu. Setelah kering sampel cabe  dihaluskan dengan alat blender, hasilnya diayak dengan ayakan 65 mesh.
Isolasi capsaicin menurut prosedur DN Awasthi, (1973), yakni diambil sebanyak 100 g serbuk cabai rawit  dimasukkan ke dalam labu bulat berkapasitas 500 mL dan ditambahkan dengan pelarut kloroform sambil diaduk dengan magnetic stirrer, kemudian direfluks selama 8 jam pada suhu 60 .Â
Hasilekstrak disaring dengan corong dan residunya dicuci kembali dengan kloroform lalu disaring. Seluruh filtrat yang diperoleh, dievaporasi untuk memisahkan pelarut kloroform sehinggan diperoleh ekstrak cabai rawit. Ekstrak pekat tersebut ditambahkan dengan dietil eter kemudian dikocok dan didinginkan dalam pecahan es lalu didiamkan sampai terbentuk kristal. Kristal yang diperoleh disaring, dikeringkan dalam desikator. Untuk mengurangi pengotor yang ada pada kristal dilakukan rekristalisasi dengan menggunakan etanol, kemudian kristal tersebut ditimbang.
Untuk tes idetifikasi, bila dilakukan dengan Analisis senyawa capsaicin. Kristal yang diperoleh diuji sifat fisiknya seperti titik leleh, indeks bias  Diidentifikasidengan spektrofotometer inframerah
Capsaisin adalah zat nonpolar, tidak bisa dicampur air, persis seperti minyak. Jadi jika terasa pedas tidak akan sembuh dengan meminum air karena kapsaisin tidak larut, bahkan dengan air kapsaisin bisa merata di dalam rongga mulut.
Cara terbaik menghilangkan pedas adalah dengan lemak atau minyak. Kedua zat itu melarutkan kapsaisin sehingga mudah lenyap dari dalam mulut. Capsaisin juga memiliki efek antikoagulan. Susu juga dapat digunakan untuk menghilangkan rasa pedas. Kasein dalam susu memilki kemampuan menyerap dan menggumpalkan capsaisin yang ada di lidah.
Referensi
- Gurnani, N., Gupta, M., Mehta, D., & Mehta, B. K. (2016). Chemical composition, total phenolic and flavonoid contents, and in vitro antimicrobial and antioxidant activities of crude extracts from red chilli seeds (Capsicum frutescens L.). Journal of Taibah University for Science, 10(4), 462-470.
- Olatunji, T. L., & Afolayan, A. J. (2020). Comparison of nutritional, antioxidant vitamins and capsaicin contents in Capsicum annuum and C. frutescens. International Journal of Vegetable Science, 26(2), 190-207.
- Izah, S. C. (2019). Activities of crude, acetone and ethanolic extracts of Capsicum frutescens var. minima fruit against larva of Anopheles gambiae. J Environ Treat Tech, 7, 196-200.
- de S Mendes, N., & de Andrade Gonalves, . C. B. (2020). The role of bioactive components found in peppers. Trends in Food Science & Technology.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H