Wabah Haliphthoros sp. menyebabkan kematian di fasilitas pembesaran di NewZealand (Diggles, 2001). Penyakit ini menginfeksi pueruli dan remaja J. edwardsii, yang menunjukkan morbiditas, termasuk kelesuan dan kehilangan selera makan.
8. Fusarium solani
Jamur deuteromycete, F. solani, menyebabkan penyakit pada kultur krustasea. Spesies ini dan spesies tak dikenal lainnya menyebabkan penyakit pada udang (Lightner dan Fontaine, 1975), lobster berduri (McAleer dan Baxter, 1983) dan lobster cakar (Alderman, 1981). Lesi hitam menyerupai penyakit shell terjadi pada kutikula host yang terinfeksi. Wabah F. solani dilaporkan dari P. Cygnus dari Australia Barat (McAleer dan Baxter, 1983).Â
Lesi terjadi pada perut, uropoda, telson dan pereopoda. Jamur diisolasi dari lobster dan dari sampel air laut di daerah dengan lobster yang sakit. Faktor lingkungan dipertimbangkan telah memfasilitasi wabah, tetapi mereka tidak diidentifikasi. Diberikan lokasi lesi di sekitar uropoda dan telson, air kualitas mungkin menjadi masalah.
Terakhir berupa catatan penting adalah pertama, managemen budidaya nampaknya perlu dilakukan bagai para nelayan budidaya lobster, sehingga mereka membutuhkan pembinaan, Kedua, perlu adanya transefer teknologi budidaya , baik mulai pembibitan sampai siap di perdagangka.
Ketiga, diharap bagi pusat penelitian diharapkan terus melakukan penelitian rekaya genetika, penelitian tentang pakan, lokasi yang tepat untuk budidaya, managment budidaya, sehingga untuk menghasilkan lobaster yang cepat tumbuh dan kuat terhadap berbagai penyakit.
Keempat, pusat penelitian hendaknya mulai bekerja sama untuk mengembangkan riset terpadu tentang 'artificil inbreeding dengan kualitas yang bagus. Kelima, temuan di laboratorium tentang akuakultur lobster segera diimplementasikan pada para penambak budidaya lobster.
Keenam, memberikan fasilitas kridit murah bagi petani tambak untuk memulai usahanya, tentu dengan berbagai sarana dan fasilitas pemasaran yang memadai, agar tidak teperangkat dengan sistem ijon, sehingga Lobaster nasibmu di negeri ini memang menjanjikan bagi masyarakat Indonesia.Semoga bermanfaat ******
Refferensi
- Diedrich, A., Blythe, J., Petersen, E., Euriga, E., Fatchiya, A., Shimada, T., & Jones, C. (2019). Socio-Economic Drivers of Adoption of Small-Scale Aquaculture in Indonesia. Sustainability, 11(6), 1543.)
- Dao, H. T., Smith-Keune, C., Wolanski, E., Jones, C. M., & Jerry, D. R. (2015). Oceanographic currents and local ecological knowledge indicate, and genetics does not refute, a contemporary pattern of larval dispersal for the ornate spiny lobster, Panulirus ornatus in the south-east Asian archipelago. PLoS One, 10(5), e0124568.
- Radhakrishnan, E. V., & Kizhakudan, J. K. (2019). Health Management in Lobster Aquaculture. In Lobsters: Biology, Fis).
- Shields, J. D. (2011). Diseases of spiny lobsters: a review. Journal of invertebrate pathology, 106(1), 79-91.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H