Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kebun dan Pesan Guruku yang bijak

7 September 2019   07:13 Diperbarui: 7 September 2019   07:24 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi hari yang indah ini, saya didatangi  guru saya yang telah lama tak berjumpa, puluhan tahun saya pernah dididiknya, sambil berjalan bersama mengitari kebun, dia menuangkan kegelisahannya.  

Beliau berkata dengan sejuk , teratur penuh makna lama kita tak pernah berjumpa, kadang disaat sepi, aku memikirkanmu, engkau adalah satu diantara banyak muridku yang melekat dihatiku,' saya tersenyum, saya tidak tahu, pada aspek apa belaiu  begitu memikat hatinya, Saya tidak menanyakannya, biarlah itu jadi rahasianya. 

Dari wajahnya yang  keriput, diguyur usia, namun masih tampak cahaya keyakanin  yang tajam, dia berkata,  dulu akau ajarkan, bahwa pikiran adalah sumber dari segala macam nafsu, ialah yang menggerakkan dan mengarahkan perbuatan menuju kebajikan atau pun kejahatan, itu adalah dalil, yang tak pernah bisa dipatahkan hingga saat ini,  semacam rumus kimia semesta kehidupan , katanya sambil tersenyum renyah.

Sinar mentari pagi, dengan lembayung kemerahan , nampak begitu menawan , serasa kehidupan tak pernah berubah , sama seperti dulu ketika saya masih menjadi murid beliau, suasan kebun hijau memberikn suasana eksotik  yang baru, beliau seakan hadir memberikan ajaran upanisad baru pada saya ,  dia berkata lagi. 

Dengan tumbuhan hijau yang kita rawat, segala pikiran buruk dan dengki dapat terserap oleh tumbuhan, dia bisa menetralkan emosi yang gundah gulana, dalam hiruk pikuk kehidupan yang sangat cepat, strees itu bisa di lenturkan dan diserap oleh gelombang tumbuhan sehingga saling meniadakan, landai dan penuh kedamainan

Oleh karena itu, katanya lagi,  peliharalah  tumbuhan dan rawatlah dia,  seperti engkau merawat dirimu dan keluargamu, semua itu akan dapat t memberikan suasana  kebatinan yang tak terlukiskan dengan kata-kata, begitu damai, segar dan penuh energi kreativitas yang tak pernah berhenti, meliauk secara longitudinal, merambat dengan ritmis. 

Kini, banyak gelombang yang tak lazim, terpendarkan dari pikiran  banyak orang untuk mencederai harmonisasi alam, dan terpantulkan kembali, secara sama sehingga membuat  manusia  dan lingkungan terduksinya daya dukung dan daya lentingnya tek seperalel dulu. 

Orang sering membijaksanai diri, dengan petuah, kesakitan membuat manusia  berpikir. Pikiran membuat manusia  bijaksana. Kebijaksanaan membuatnya  bisa bertahan dalam hidup, pesannya dengan damai.Artinya, sakit dahulu baru bisa damai.  

Guru saya, memiliki suara dengan intonasi yang  indah dan penuh makna kadang membuat saya terkesima, bersama semilir udara pagi bertiup dari arah pegunungan selatan yang memikat, dia berkata lagi,  Engkau harus  memupuk  rasa keinginan seperti layaknya  uap air menjadi  awan putih di bawah sinar matahari. 

Yang meski tak kau minta, diam-diam melindungimu dari terik matahari itu. Bangunlah sebuah karakter untukmelindungi orang lain dan dirimu sendiri.

Katanya lagi, banyak yang dilakukan simbol-simbol alam,  cermatilah itu, semuanya, tak ada yang sia-sia di alam ini, semua hadir dalam kultur untuk harmoni, memberikan suara jiwa yang damai penuh dengan keindahan, Hindarilah menjadi pendosa, sebab bila seorang pendosa bergelimang harta, ia bahkan tidak memperlihatkan rasa hormat atau takzim kepada Tuhan. Ia akan menginsafi kebenaran bila ia kehilangan segala-galanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun