Keempat, wibawa, artinya seorang raja atau pemimpin harus berwibawa terhadap bawahan dan rakyatnya. Pemimpin dengan pembawaannya, adalah  untuk dapat menguasai dan mempengaruhi dihormati orang lain melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik.Â
Raja/pemimpin  yang berwibawa akan disegani oleh rakyat dan bawahannya. Di bingkai itu kewibawaan bukan dibangun karena harta dan penampilan, namun hati yang suci, seperti yang diamanatkan oleh Bung Hatta, Betul, banyak orang yang bertukar haluan karena penghidupan, istimewa dalam tanah jajahan di mana semangat terlalu tertindas, tetapi pemimpin yang suci senantiasa terjauh daripada godaan iblis itu.Â
Pemimpin yang efektif bukan soal pintar berpidato dan mencitrakan diri agar disukai; kepemimpinan tergambar dari hasil kerjanya, bukan atribut-atributnya. Seorang pemimpin adalah orang yang mengetahui jalan, melewati jalan tersebut, dan menunjukkan jalan itu untuk orang lain.
Lalu secara empiris  anda bisa membandingkan capaian-capaian yang telah dibuat Jokowi, dan juga Prabowo dalam bidang masing-masing, yang tentu sangat banyak untuk diulas disini. Â
Akhirnya, pilihlah sesuai dengan hati, ketika pilpres berlangsung. Bagi  saya ada prinsip, siapapun yang menang adalah yang terbaik pilihan rakyat, mungkin tak berpengaruh banyak pada pendirian saya.Â
Paling tidak  saya akan tetap menulis, dan tetap mengajar  tanpa ada pengaruh apa-apa, sebab bagi dosen,  mencerdaskan mahasiswa, dengan melaksanakan tridharma perguruan tinggi merupakan kewajiban (swadharma)  untuk negara, sebagai balasan gaji (uang) yang diberikan negara pada saya.Â
Namun saya teringat pesan Albert Einstein  bahwa, "Seseorang yang ingin melakukan segalanya sendirian atau memonopoli pengakuan tak akan menjadi pemimpin besar. Hanya itu******
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H