Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Nyepi, Ening, dan Kosong

6 Maret 2019   08:09 Diperbarui: 6 Maret 2019   17:06 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Umat Hindu mengikuti upacara Melasti di Umbul Guyangan, Desa Bendan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (2/3/2019). [Foto: KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO]

Mantapkanlah perasaanmu bahwa kenapa orang selalu lupa bahwa ia akan mati pada akhirnya, bagaikan orang terhukum mati, hari-hari berlalu, semua akan membawanya semakin dekat dengan masa eksekusi; demikianlah keadaan makhluk hidup, saban hari waktu hidupnya semakin berkurang. 

Kematian tidak dapat ditolak dan waktunya pun tidak dapat diramalkan, oleh karenanya sangat keliru lah orang yang selalu mengulur-ngulur waktu untuk melakukan kebajikan dan kebenaran; kelirulah orang yang berpikir bahwa kebajikan yang seharusnya dilakukan hari ini akan dilakukannya esok hari.

Sebab tidak ada yang dapat memutus hidup selain dari pada kematian, maka dari pada itu lakukanlah seolah dengan tergesa-gesa kebajikan dan kebenaran itu; bagaikan keadaan buah-buahan akhirnya ia akan jatuh juga ke tanah, demikianlah yang hidup pasti akan mati cepat atau lambat, maka percepatlah untuk melakukan hal-hal yang baik dan benar dalam hidup ini.  

Kematian sudah ditetapkan waktunya oleh takdir Tuhan, walaupun terluka parah ia tidak akan mati jika belum takdirnya, sebaliknya jika sudah takdir, seseorang bisa mati walaupun hanya tertancap duri.

Istriku, perlu diketahui, bahwa  sekalian makhluk hidup diombang-ambingkan oleh kesengsaraan dan kematian; menyadari kenyataan ini, kenapa manusia masih saja melakukan kesenangan-kesenangan egoistiknya dengan menyengsarakan makhluk hidup lainnya.  

Sebab kematian itu senantiasa akan mengintai hidup kita, tidak peduli sedang duduk, tidur, berjalan, sedang makan dll. Menyadari kondisi ini kenapa kita masih enak-enakan tidur dalam kemalasan, bagaikan ikan dalam tempayan, hidupnya hanya menunggu mati.

Bagaimanapun 'pahit' dan sulitnya hidup, mau tidak mau kita harus menjalaninya juga. Segala sesuatu yang merupakan karma haruslah dinikmati, hidup miskin kekurangan pangan, tunawisma, tanpa pertolongan, bantuan dll, semua itu harus dijalani juga. 

Jika ingin merubah karma, lakukanlah kebajikan dan kebenaran mulai hari ini; sebab kelak ialah yang akan menemani hidup, sebagai kawan yang akan memberikan pertolongan setiap saat. 

Saat ajal tiba, isakan tangis sanak saudara dan kawan mengiringi; selanjutnya tiada siapapun yang menemani, bahkan pasangan hidup kita pun akan beranjak pergi dari kuburan, tiba saatnya kita berjalan sendiri saja dan hanya ditemani oleh karma baik dan buruk saat hidup.

Dewi Rukmini terdiam  merasakan sebuah ungkapan kebenaran yang meluncur dari bibir  Krishna

Lalu, Krishna menambahkan,  Istriku perlu engkau pahami bahwa masa anak-anak hilang oleh masa remaja, keremajaan hilang oleh kedewasaan, kedewasaan itu hilang oleh masa tua, dan semuanya hilang ditelan kematian, menyadari ini, mulai sekarang bergiatlah untuk mulai menabung kebajikan dan kebenaran, sebab ialah yang merupakan harta di akhirat. Kekayaan-kekayaan duniawi tidak akan dapat dipergunakan untuk menghindar dari penyakit, usia tua, dan kematian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun