Kedua, aktivitas pekerjaan di rumah amat dekat dengan makanan. Mau baca koran, di dekat tumpukan koran ada camilan. Mau mencuci baju, dekat mesin cuci ada gorengan. Mau menyapu, mengepel lantai, mondar mandir melewati meja makan.
Mau belanja ke warung, si penjual menawarkan jajanan. Mau mengasuh anak di taman, ada abang-abang tukang baso, siomai, gado-gado dan lainnya.
Mau membersihkan kulkas? Ada sisa es krim anak kemarinan, ada sisa rujak suami yang belum habis dimakan, ada otak-otak siap goreng, ada kentang, dimsum, brullee boom makanan kekinian yang sulit diabaikan.
Ketiga, bekerja di rumah tidak kenal seragam. Jadi tidak perlu tersiksa menjaga bentuk pinggang. Berbeda ketika di kantoran, dengan seragam rok span tentu tidak nyaman untuk berat badan yang berlebihan. Barangkali memang ibu-ibu jika sedang mengerjakan pekerjaan rumahan dilarang dasteran.
Keempat, bekerja di kantoran mengenal jam makan siang, jam istirahat. Jadi tidak sembarang waktu bisa mengecap makanan. Kecuali mau dapat surat peringatan dari atasan. Coba bandingkan dengan pekerjaan di rumah, nyaris tak kenal jam istirahat, apalagi jam makan siang. Sembarang waktu ibu-ibu bisa makan, bisa mengecap makanan.
Lantas bagaimana mengendalikan timbangan badan supaya tidak terus ke kanan? Coba terapkan aturan kerja kantoran ke dalam rumah tangga. Ibu-ibu bekerja pakai seragam rok span, makan dan nyemil pada jam istirahat saja, membeli belanjaan sesuai daftar kebutuhan, jauhkan gorengan dari meja makan, dari mesin cuci, dan tempat strategis lainnya.
Ganti camilan gorengan dengan potongan buah. Lalu jangan lupa hilangkan sifat sayang pada makanan. So silakan mencoba. Tapi olahraga secara rutin perlu dibiasakan ya. Apalagi zaman pandemi begini...
Â
Mampang Prapatan 16 Februari 2022