Sifat sayangku pada makanan ini pernah berakibat fatal. Aku keracunan gara-gara menyantap makanan sisa pagi yang sayang untuk dibuang. Rupanya makanan sudah ditumbuhi bakteri dan diambang batas basi.Â
Alhasil, satu jam menyantap, perut seperti digeruduk pasukan bakteri. Diare, muntah silih berganti, hingga aku mengalami dehidrasi. Setelah tak mempan obat warung, aku dilarikan ke rumah sakit. Sempat diinfus meski akhirnya diperbolehkan rawat jalan. Tiga hari rasa lemas, rasa mual dan rasa nggak enak di perut terus menggangguku.
Kapok? Tidaklah ya. Hanya sejak itu aku lebih jeli dan hati-hati merawat segala jenis makanan. Setiap makanan pasti aku hangatkan sebelum melewati 6 jam. Atau masuk ke kulkas jika belum berminat untuk memakannya.
"Dietnya besok aja, mumpung masih renyah nih," suara rengginang dari balik tolpes membuyarkan lamunanku. Mataku melotot, melihat muka rengginang penuh senyum macem tak punya dosa.
Mulanya hanya sepotong yang bersuara. Lalu disambung rengginang berikutnya. Lalu berikutnya. Hingga suara riuh memenuhi ruang toples kaca.
Aku menjulurkan lidah, mencibir. Tekadku sudah kuat untuk tidak mempan godaan rengginang, dengan segala daya upaya ku kuatkan tekad dan semangat juang. Ku tutup toples kaca dengan sepotong selampai corak kotak, meski suara rengginang masih juga terdengar renyah.
Ah, akhirnya aku memilih pindah tempat mengetik di kamar tidur, membebaskan diri dari godaan sang rengginang. Satu jam dua jam memang masih tahan godaan, tetapi siapa yang bisa menjamin pada jam ke-3, ke-4 dan seterusnya?
Kini, barulah aku tahu mengapa banyak ibu-ibu rumah tangga yang gagal mempertahankan bentuk tubuh idealnya. Padahal logikanya, dengan pekerjaan yang seabreg banyaknya, ibu rumah tangga akan jauh kelelahan dibanding perempuan kantoran. Dengan fisik yang lelah dan pekerjaan yang tak ada habisnya, mestinya ibu-ibu rumah tangga tidak gampang naik timbangannya.
Tetapi fakta berbicara lain. Kebanyakan dan menjadi lumrah ketika seorang perempuan memasuki magligai rumah tangga, kemudian memilih menjadi ibu rumah tangga, maka kenaikan berat badan menjadi ancaman di depan mata. Tak semua sih, tetapi sebagian besar mengalami.
Mengapa bisa demikian? Inilah beberapa sumber masalah yang sempat jadi bahan renunganku. Pertama, sifat sayang buang makanan yang dianut oleh ibu-ibu menyebabkan makanan apa saja tak segan masuk ke perut tanpa jadwal yang jelas. Bahkan makanan sisa yang menjelang basi, terkadang kalau mau membuang pakai ritual tutup mata karena tidak tega.