Akhirnya saya tergugah dengan berzikir, sebagaimana kisah adinda yang lebih dahulu terkena sihir yang membuat fisiknya menderita dahulu.
***
Bertahun-tahun berlalu. Saya sukses lulus Ujian Nasional walau dengan nilai pas-pasan. Dan mengikuti perkuliahan di sebuah Akademi di perkotaaan.
Saya kini menghadapi Ujian Semester di kampus di malam hari karena mengikuti kelas malam. Adinda dengan rela menunggu saya di ruang piket satpam, yang mengantar saya pergi ke kampus, dan pulang ke rumah.
Namun terjadilah keganjilan pada diri saya. Bisikan-bisikan teror mulai menghantui diri saya saat ujian. Saya yang melawan rasa takut, bercampur aduk bagaimana saya harus mengisi soal ujian. Tangan saya bergetar tak karuan. Jantung saya berdebar, keringat dingin membasahi sekujur tubuh. Saya melawan bisikan itu semua, demi adinda yang menunggu saya. Saya tidak mau membuat adinda kerepotan saya tiba-tiba menjerit ketakutan karena teror bisikan. Saya tahan semampu saya, dan berfikir keras menjawab isi soal yang saya kerjakan.
Alhamdulillah selama ujian tidak terjadi apa-apa. Namun...
Saat saya menaiki motor yang dikemudikan adinda. Semua bisikan horor mendera sekaligus dan meledak dalam satu waktu, membuat perasaan bersalah menggema.
"Eneeng.... Aa takut... Aa takut..."
"Dzikir Aa... Dzikir... Aa pasti bisa."
Dalam boncengan motor dimalam hari, antara jeritan rasa takut bercampur aduk menjadi satu dengan lisan dzikir.
Adinda membawa saya dengan motornya, penuh kehati-hatian yang pasti.