Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kasih Tulus Ibunda kepada Penipu

3 Juli 2022   04:00 Diperbarui: 3 Juli 2022   06:18 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat berjumpa sahabat kompasianer dan readers! Kita ketemu lagi dong di hari yang cerah ini. Hehehe~

Saya ingin berbagi kisah nyata yang mungkin mengharukan dari Ibunda Saya kepada seorang penipu.

Mau mendengar kisahnya?

Siapkan saja tisu kering untuk mengelap hidung, takut meluncur api roket Pesawat Antariksa dari hidung anda... hehehe~

Baik kita mulai ceritanya ya!

***

Alkisah Ibunda dan saya sedang melakukan kegiatan rutin sehari-hari seperti biasa.

Kreeeeet!

Terdengar gerbang pintu luar saya ditarik untuk dibuka oleh seseorang.

"Assalamualaikum! Punten!"

*(artinya: Permisi)

Ibu saya segera membuka pintu. 

"Waalaikumsalam. Eh ternyata masih saudara. Ibu sudah lama tidak bertemu."

"Iya Mamah Rian, saya sekarang sedang kondisi kejepit di keluarga, Suami saya kecelakaan."

"Kecelakaan??"

"Benar bu, Saya kesini ingin meminta tolong. Saya ingin meminjam uang sebesar sekian Juta."

Ibu saya merenung sejenak. Karena sifat welas asih Ibunda, beliau tak berfikir panjang.

"Saya hanya punya sedikit juta. Mau bagaimana lagi karena sekarang Bapaknya Rian udah pensiun, bukan pegawai PLN seperti dulu lagi, kami sekarang serba pas-pasan, uang kami hampir habis seluruhnya untuk biaya pengobatan non-medis Ananda Rian. Jadi saya berikan saja kepada Ibu uang ini. Anggap saja pemberian tulus dari saya, Ibu tidak perlu mengembalikan uang ini kepada saya sebagai hutang."

Menetes air mata istri dari Paman saya.

"Segini saja sudah cukup untuk saya. Terima kasih. Semoga Allah membalas kebaikan Mamah Rian."

"Sudah, segera sembuhkan suamimu dengan pengobatan yang layak."

"Sekali lagi terima kasih mamah Rian, saya mohon Pamit."

****

Hari berikutnya... Terdengar kabar bahwa Istri sang Suami yang masih paman saya sendiri ternyata tidaklah kecelakaan, melainkan beliau baik-baik saja namun rumor lingkungan keluarga besar disana, mengungkapkan. Bahwa kondisi rumah tangga keduanya sedang retak, alias diujung perceraian.

Saat kunjungan lebaran bibi yang merupakan adik Ayah saya mendengar kabar, bahwa Ibu saya didatangi oleh perempuan yang dianggapnya bermasalah dan dicap keluarga besar disana sebagai tukang tipu sana sini. Sontak kaget pembicaraan serius antara Bibi dan Ibu dan tidak terelakan. Namun Ibunda dengan penuh lembut berkata kepada Bibi, "Tidak apa-apa... Saya Ridha."

Sepulang bibi. Pada sepertiga malam, saya menyaksikan Ibunda Shalat Tahajud seperti sepertiga malam biasanya.

"Yaa Allah... Semoga ini yang terakhir... dan Ya Allah... semoga beliau (yang telah menipu ibunda) menemukan jalan hidup yang terbaik."

Bukan kutukan laknat yang terucap. Melainkan Doa yang penuh Rahmat terlisan dari buah bibir Ibunda.

***

Sebagaimana terkisah... selama Ibunda dan Ayahanda mengobati Saya untuk kesembuhan dari penyakit non-medis bersifat psikis/kejiwaan, keluarga kami seringkali diperas oleh seorang yang mengaku bisa mengobati kami secara non-medis, karena pengobatan medis tidak ampuh mengobati saya kala itu, saat ayahanda masih bekerja di PLN. 

Jutaan rupiah yang dapat membeli sebuah rumah ludes. Bukannya sembuh, malah semakin parah penyakit yang saya derita selama 10 tahun itu lamanya dari semenjak saya duduk di bangku SMA kelas 3. 

Saya dikala itu dipenuhi kemarahan brutal, seperti terkena guna-guna, rasa cemas, gelisah, dendam, amarah, benci, semua perasaan negatif bercampur aduk. Bahkan saya hampir melakukan percobaan bunuh diri dengan mengambil sebilah pisau untuk di gesekkan ke lengan. 

Saya pernah mencoba melompat dari lantai 2 rumah nenek karena kiamat hati yang saya rasakan penuh ketakutan phobia bisikan melanda, namun tercegah karena masih yakin pada Allah. 

Bahkan saya sempat ingin membunuh suami dari adik nenek saya sendiri dengan membawa sebilah pisau dengan nekatnya, namun aksi itu dicegah oleh ibunda... hingga lengan lembut ibunda luka berdarah. Namun rasa tega saya masih melekat, saya masih dipenuhi ketidaksadaran diri. Dengan penuh kelembutan hati, ibunda merangkul saya dengan menahan sakit luka berdarah ditangan tanpa keluh kesah melainkan senyuman berarti, berusaha menyadarkan saya dari pengaruh guna-guna.

Alhamdulillah... Berkat Doa sang ibu kepada seorang wanita yang dicap sebagai penipu besar keluarga besar dari Ayah. Keluarga kami tidak pernah dikunjungi seorang pun yang berniat untuk meminjam uang pada Ibunda dan Ayahanda. Dan saya dipertemukan jalan kesembuhan dimulai titik balik kehidupan itu. Sepertinya Wanita yang keluarga besar cap sebagai penipu tersebut, mendoakan kami dibalik ketidaktahuan kami.

Dan Allah S.W.T menjauhkan kami dari segala tipu daya yang merampas kesejahteraan kami sampai saat ini.

***

Inilah berkah hidup dari Ibunda. Bagaikan Gunung yang kokoh namun penuh kelembutan. Bagaikan tembok raksasa yang megah dan perkasa, namun selalu terbuka gerbangnya kepada yang singgah layaknya terbuka pintu hati sekalipun sudah disakiti.

Terima kasih ibunda atas pelajaran berharga.

Kebaikanmu telah meluluhkan alam semesta ini, sehingga ananda terjaga dari kejahatan orang-orang yang berniat kurang baik pada Ananda ini yang masih dalam naunganmu. 

Dan Ananda kini bisa berderma tulisan untuk rekan rekan Kompasianer dan Readers hingga saat ini.

Ananda damai dan sejahtera, dalam kasihmu... walaupun kasihmu pun menaungi seorang penipu sekalipun.

Semoga sang wanita yang dicap penipu tersebut menemukan jalan terbaiknya, dan menjadi berhati malaikat seperti ibunda. Aamiin YRA.

Kebencian tidak dapat ditaklukan dengan kebencian pula. Hanya dengan Cinta tuluslah yang dapat menaklukan kebencian. Hingga terbitlah kehidupan dunia yang aman, damai dan penuh keselamatan.

Tertanda.
Rian.
Cimahi, 3 Juli 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun