Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Advance Knowledge: Demistifikasi dengan Pendekatan NLP

4 Mei 2022   06:00 Diperbarui: 4 Mei 2022   06:08 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Freepik dengan sentuhan editan Powerpoint

Ternyata hal-hal mistis dapat didemistifikasi kemistisannya dengan pengetahuan dari NLP (Neuro Linguistic Programming) yakni dengan pendekatan NLL (Neuro Logical Level) dari Robert Dilts dan Sentuhan Neurosemantic dari Michael Hall.

Hanya saja saya kesulitan untuk menemukan Jurnal Ilmiah dari NLP yang memperkuat keilmuan Demistifikasi ini, karena memang sudah menjadi kebiasaan buruk dari Negeri Adidaya ini menyembunyikan keilmuan penting demi kemajuan umat manusia seperti yang dikisahkan surah Alquran QS. Al-Maidah: 15 yang berbunyi:

"Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu, menjelaskan kepadamu banyak hal dari (isi) kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula) yang dibiarkannya. Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menjelaskan."

Maka walaupun pengetahuan yang Rian dapatkan dari hasil diskusi dengan Pakar Neurosemantic Nusantara Bapak Prasetya M. Brata, Pakar Hypnosis Nusantara Bapak Sunardi Basuki Widodo (Babeh Wiwied) dan Saya selaku inisiator Keilmuan Meta/Tingkat Tinggi yang tidak terlegitimasi akademi tidak diperkuat oleh Jurnal Ilmiah yang dimiliki oleh pemilik keilmuan Neurosemantic dan Neurological Level yakni para Akademisi Negeri Adidaya. 

Kami memaparkan suatu ilmu yang dapat membuka hijab "Ghaib" dari semua peristiwa mistis dan ataupun fenomena yang pernah dialami oleh baginda Rasulullah Muhammad S.A.W semasa kenabiannya.

Saya hanya memiliki Jurnal Ilmiah dari Bapak Sunardi Basuki Widodo tentang Neuroscience sahaja, yang memperkuat ulasan dibawah.

Kemististisan bisa didemistifikasi dengan pendekatan hierarkis Neurological Level seperti yang dipaparkan oleh Bapak Sunardi Basuki Widodo dengan level tertinggi hingga terendah:

  1. Spiritual 
  2. Identity 
  3. Belief-Value 
  4. Capability 
  5. Behavior 
  6. Environment

Sementara Bapak Prasetya M. Brata menjabarkan kelengkapannya melalui pendekatan holarki (saling berkaitan dan tidak bisa terpisahkan) Neurosemantic:

  1. Spiritual = Intention = Big Why 
  2. Identity = Self = Who
  3. Belief-Value = Meaning = Why 
  4. Capability = Power = How
  5. Behavior = State = What 
  6. Environment = Others, Time, World = Whom, When, Where

Kemudian saya sendiri melengkapinya dengan keilmuan Meta yang saya kembangkan:

  1. Spiritual = Intention = Big Why -> Dapat Diakses jika sudah Mengenal Identitas Sejati (Kecerdasan Ruh)
  2. Identity = Self = Who -> Kecerdasan Hati, Akal, Perut, dan Perkataan yang menggali hakikat diri
  3. Belief-Value = Meaning = Why -> Pikiran (Mind)
  4. Capability = Power = How -> Inderawi (VAKOG)
  5. Behavior = State = What->Inderawi (VAKOG)
  6. Environment = Others, Time, World = Whom, When, Where -> Inderawi (VAKOG)

Artinya:

Environment (Lingkungan) jika dalam kemistisan bisa berupa lingkungan yang terkesan penuh aura mistis, padahal kekurangan efek pencahayaan baik dari lampu, maupun dari energi cahaya matahari, berkaitan tentang pertanyaan "Kepada siapa, kapan, dan dimana yang dapat diinderai oleh panca indera."

Behavior (Perilaku) jika dalam kemistisan bisa berupa perubahan perilaku menjadi tidak terkendali seperti fenomena kesurupan, berkaitan tentang pertanyaan "apa" yang dapat diinderai oleh panca indera.

Capability (Kemampuan) jika dalam kemistisan bisa berupa kesaktian seperti kebal dibacok, berkaitan tentang pertanyaan "bagaimana" yang dapat diinderai oleh panca indera.

Belief-Value (Keyakinan dan Nilai-Nilai) jika dalam kemistisan bisa berupa kepercayaan pada hal-hal yang mistis atau ghaib (belum terbuka hijab pengetahuannya), berkaitan tentang pertanyaan "mengapa" yang dapat diketahui oleh kekuatan pikiran.

Identity (Identitas) jika dalam kemistisan bisa berupa keyakinan tentang Ruh. Berkaitan tentang pertanyaan "Siapa" yang dapat digali kebenarannya oleh Kecerdasan Tubuh yakni Hati, Akal, Perut, jika dalam Ilmu Neuroscience disebut:

  1. Kepala - Head brain – Creativity
  2. Hati - Heart brain – Compassion
  3. Perut/Usus - Enteric brain – Courage

Dan dibantu juga penggalian identitas jati diri sejati melalui kecerdasan tambahan sesuai penemuan saya di lapangan penelitian mandiri yaitu: Kata - Power of Word - Energy. Yang mana saudara/i bisa melihat detailnya di postingan saya sebelumnya di tulisan yang bisa di klik di link ini untuk memperdalam ekspansi Neuroscience.

Spiritual (Keruhanian) jika dalam kemistisan bisa berupa peristiwa Isra Miraj yang dilalui oleh Baginda Rasul Muhammad S.A.W dalam satu malam. Berkaitan tentang pertanyaan "Big Why"atay pertanyaan inti dari semua inti yang melambangkan niat terbesar yang dapat dideteksi kebenarannya melalui kecerdasan ruh, atau umum diketahui dengan kecerdasan spiritual.

Sementara penjabarannya berdasar keterangan Al-Hadits dan Al-Quran ataupun dilengkapi dengan fenomena masyarakat, adalah sebagai berikut:

Environment (Lingkungan) jika dalam kemistisan bisa berupa lingkungan yang terkesan penuh aura mistis, padahal kekurangan efek pencahayaan baik dari lampu, maupun dari energi cahaya matahari, sehingga menimbulkan kesan horor dan meninput sugesti negatif yang diulang-ulang kedalam pikiran sehingga mempengaruhi Inderawi kita yang pada akhirnya mengalami halusinasi melihat makhluk halus yang sebenarnya bersumber dari efek domino sugesti negatif hingga lingkungan yang kurangnya efek pencahayaan dan kurangnya keramaian kehidupan.

Behavior (Perilaku) jika dalam kemistisan bisa berupa perubahan perilaku menjadi tidak terkendali seperti fenomena kesurupan, dalam ilmu Hypnosis yang digeluti oleh pakarnya yakni Bapak Sunardi Basuki Widodo, dapat dimodifikasi perilaku seorang dengan praktik mediumiasi.

Capability (Kemampuan) jika dalam kemistisan bisa berupa kesaktian seperti kebal dibacok, sebenarnya tubuh dapat dimodifikasi kehebatannya dengan tirakat yang mencerdaskan Otak, Hati, Perut dan Perkataan yang sebagaimana pernah saya jelaskan dalam tulisan ekspansi Neuroscience tentang 5 Kecerdasan di link sebelumnya yang saya lampirkan. 

Pada batasan Capability inilah yang merupakan lapisan teratas yang bisa diinderai oleh panca indera, semakin atas lapisan tidak bisa di inderai/deteksi oleh panca indera, berdasarkan pengamatan para pakar Demistifikasi.  Oleh karena itu Allah memerintahkan Umat Islam untuk berpuasa sebagaimana tercantum dalam surah Al Baqarah ayat 183 yang berbunyi:

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa"

Tujuan dari berpuasa sebenarnya untuk pengendalian diri, peningkatan kekuatan fisik dan semakin sehat juga bugar.

Belief-Value (Keyakinan dan Nilai-Nilai) bisa dideteksi oleh kekuatan sumpah Mubahalah untuk mengecek kebenaran keyakinan seorang terhadap seorang lain. Apabila seorang telah berdusta atas keyakinannya, otomatis ia akan mengalami kecelakaan, penyakit parah hingga kematian. Ini berkaitan dengan kekuatan pikiran yang terakses ke alam bawah sadar. Dalam Al-Quran pun dijelaskan di Surah Al-Imran Ayat 61 yang berbunyi:

“Siapa yang membantahmu (tentang kisah Isa) sesudah datang ilmu (yang sampai kepadamu), maka katakanlah (kepada mereka): Marilah kita memanggil anak- anak kami dan anak- anak kamu, istri- istri kami dan istri- istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah, kemudian kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang- orang yang dusta."

Ada fenomena unik yang terjadi pada seorang Guru saya yang menggeluti olahraga pernafasan Mahatma (Maju Sehat Bersama) yang ditantang sumpah mubahalah oleh tetangganya sendiri karena perkara kepemilikan lahan. Namun yang terjadi tetangga sendirinya lah yang terkena dampak dari sumpah mubahalah, yakni meninggal karena kepalanya terbentur keras di kamar mandi rumahnya. Sementara guru saya karena memang ada di jalur yang benar, selamat atas kejadian ini.

Identity (Identitas) sejati diri bisa diketahui dengan peningkatan efektivitas 4 kecerdasan diri yang saya jelaskan sebelumnya melalui pendekatan neuroscience (Akal, Hati dan Keberanian) juga temuan saya tentang kecerdasan perkataan. Allah pun mewajibkan kita untuk mengenal hakikat diri, sebelum dapat mengakses pengetahuan yang bersifat keruhanian.

Rasulullah SAW bahkan pernah bersabda: من عرف نفسه، فقد عرف ربّه “Man arafa nafsahu faqad arafa Rabbahu”. Yang artinya: “Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya.”   

Sebagaimana dikutip dari Kitab Kimiya' As-Sa'adah yang ditulis Imam Al-Ghazali, bahwa mengenal diri adalah kunci untuk mengenal Allah S.W.T lebih dekat.


Spiritual (Keruhanian) jika dalam kemistisan bisa berupa peristiwa Isra Miraj yang dilalui oleh Baginda Rasul Muhammad S.A.W dalam satu malam. Peristiwa ini sejatinya dapat dialami manusia yang berkeinginan luhur apabila manusia sudah mengenal dirinya. 

Ketika input sugesti yang membentuk karakter sang diri begitu indah dan mulia, maka seorang dapat merasakan euforia di Mirajkan Ruhnya keluar dari tubuh untuk merasakan ketinggian kehidupan di alam/planet atas yang bahkan menembus langit ke-7 seperti yang dialami oleh baginda Rasul. 

Namun perlu adanya "Access Granted" dari Tuhan Yang Maha Perkasa untuk mampu dimirajkan. Maka syaratnya ia harus dicintai Allah. Bahkan Rasul pun dicap gila oleh orang-orang semasa hidupnya karena menceritakan peristiwa Isra Miraj ini. 

Begitupun jika ada seorang sufi yang berani menceritakan euforia yang dialaminya dengan dimirajkan dirinya oleh Allah, maka siap-siaplah dicap sebagai orang yang gila.

Sementara juga dapat kita temukan seorang yang dalam keadaan mati suri ataupun pingsan mengalami pengalaman berada di sebuah alam kehidupan yang mengerikan bak neraka. 

Sejatinya karena kualitas spiritualitas yang rendah dan didominasi oleh input yang mempengaruhi karakter sehari-hari yang kurang baik pada sesama di semasa hidupnya, maka ia mengalami perpindahan Ruh secara sementara di Alam/Planet bawah yang mengerikan. 

Tujuannya agar ia tersadar dan segera bertaubat dan merubah sikap. Fenomena inipun pernah dirasakan oleh seorang jamaah wanita yang hendak menginjakkan kakinya di Kota Madinah (link ini untuk membaca kisahnya).

Demikian. Sejatinya hal yang ghaib dapat dijelaskan secara ilmiah melalui pendekatan NLL (Neurological Level) dan NS (Neurosemantic), secara hierarkis sekaligus holarki, karena memang merupakan komponen dari manusia itu sendiri (Panca Indera - Pikiran - Kecerdasan - Ruh).

Citasi E-Book (hanya ada Neuroscience sahaja)

  • Neuroscience and the Three Brains of Leadership, 2012 Grant Soosalu and Marvin Oka / mBIT International Pty.
  • Rethinking Intuition: Using the Framework of an Integrative-Brain Assessment for Optimal Decision-Making. Richard LeBoon University of Pennsylvania.
  • Memperkenalkan: Sistem Saraf Saluran Pencernaan sebagai Otak Kedua. Daniel Susilo Wibowo. Bagian Anatomi Histologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.

Tertanda.
Rian.
Cimahi, 04 Mei 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun