Begitupun jika ada seorang sufi yang berani menceritakan euforia yang dialaminya dengan dimirajkan dirinya oleh Allah, maka siap-siaplah dicap sebagai orang yang gila.
Sementara juga dapat kita temukan seorang yang dalam keadaan mati suri ataupun pingsan mengalami pengalaman berada di sebuah alam kehidupan yang mengerikan bak neraka.
Sejatinya karena kualitas spiritualitas yang rendah dan didominasi oleh input yang mempengaruhi karakter sehari-hari yang kurang baik pada sesama di semasa hidupnya, maka ia mengalami perpindahan Ruh secara sementara di Alam/Planet bawah yang mengerikan.
Tujuannya agar ia tersadar dan segera bertaubat dan merubah sikap. Fenomena inipun pernah dirasakan oleh seorang jamaah wanita yang hendak menginjakkan kakinya di Kota Madinah (link ini untuk membaca kisahnya).
Demikian. Sejatinya hal yang ghaib dapat dijelaskan secara ilmiah melalui pendekatan NLL (Neurological Level) dan NS (Neurosemantic), secara hierarkis sekaligus holarki, karena memang merupakan komponen dari manusia itu sendiri (Panca Indera - Pikiran - Kecerdasan - Ruh).
Citasi E-Book (hanya ada Neuroscience sahaja)
- Neuroscience and the Three Brains of Leadership, 2012 Grant Soosalu and Marvin Oka / mBIT International Pty.
- Rethinking Intuition: Using the Framework of an Integrative-Brain Assessment for Optimal Decision-Making. Richard LeBoon University of Pennsylvania.
- Memperkenalkan: Sistem Saraf Saluran Pencernaan sebagai Otak Kedua. Daniel Susilo Wibowo. Bagian Anatomi Histologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.
Tertanda.
Rian.
Cimahi, 04 Mei 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H