Bahagia (Happiness) itu sifatnya kekal, karena murni kedudukan sang jiwa. Lawannya adalah kesengsaraan jiwa (kehilangan kesadaran saat bersosialisasi misalnya).
Sementara Senang (Pleasure) itu sifatnya sementara, karena kepuasan badaniyah semata (seperti rasa enak dan nyaman pada lidah, telinga, rangsangan kulit, membuat mata bergairah, dan rasa gurih pada lidah yang mengairahkan nafsu makan). Lawannya adalah penderitaan badan (sakit dan nyeri pada badan misalnya).
Namun karena definisi ini terdistorsi, maka masyarakat cenderung menyamakan bahwa bahagia itu sifatnya tentang kondisi yang diharapkan baik pada badannya dan kejiwaanya. Maka Rian anggap pembaca sudah paham dengan penjelasan diatas, maka kita sepakat kita disini membahas kebahagiaan yang didefinisikan oleh khalayak umum.
Ada sub tema yang dipecah menjadi beberapa part untuk memperkuat basic pengetahuan kita di Kelas Happiness Inside-Out, diantaranya:
- How to activate self-happiness
- Mengetahui dan Mengatasi "Identity Crisis"
- Self-Reflexivity
- Upgrading Consciousness
- Glorifying God and His Messenger or His Avatar
- How to detect happiness inside-outside
- Mendeteksi melalui Pancaran dan mimik Wajah
- Mendeteksi melalui Pemikiran dan Keinginan
How to activate self-happiness
Ada banyak cara untuk mengaktifkan kebahagiaan diri. Maka sebelum kita berkeinginan membahagiakan sesama dan berkemampuan untuk mendeteksi kebahagiaan, ada baiknya jadikan diri kita bahagia terlebih dahulu. Bagaimana bisa orang yang kita cintai menjadi bahagia dengan segala upaya kita jika kita sendiri tidak bahagia?
Mengetahui dan Mengatasi "Identity Crisis"
Apa itu "Identity Crisis?"
Krisis identitas adalah bentuk perilaku manusia yang mengkerdilkan identitas dirinya yang sejati menjadi golongan golongan yang tidak universal dan menyeluruh seluruh makhluk yang dinamakan identitas badaniyah (seperti aku adalah orang dengan kenegaraan tertentu, aku adalah pemeluk agama tertentu, aku adalah anggota suatu kelompok tertentu, dsb), sehingga mudah dimanipulasi apa yang manusia jadikan pembenaran diri atas identitas dirinya akibatnya segolongan manusia yang dijebak dengan permainan "identity crisis" mudah tersulut api emosinya, dan mencari sesama golongannya untuk sama-sama meneriakkan diri dan memposisikan diri sebagai korban, karena identitasnya "dilecehkan" menurut pemikiran mereka. Sehingga seringkali muncul tagar #Save*** yang menunjukkan itulah identitasnya yang membuatnya terjebak dengan pemikiran, bahwa aku ini adalah korban.
Perilaku ini dapat menggolong-golongkan manusia, dan sangat berbahaya dalam kelangsungan kesatuan dan persatuan bangsa. Mudah diadu-domba, mudah dijadikan robot yang di remot demi kepentingan segolongan yang mengetahui kelemahan orang-orang yang mudah terprovokasi karena masalah jati diri. Sehingga masyarakat dengan mentalitas krisis beridentitas, mudah digerakkan oleh kepentingan-kepentingan, dan yang digerakkan merasa dirinya bahagia (namun sebenarnya semu dan sementara) karena ada yang satu nasib dengannya.
Mereka mengganggap dirinya bisa berbahagia karena dapat bergerak dengan jumlah banyak dan golongannya, membuat orang-orang seperti ini cenderung mudah dieksploitasi, ditakut-takuti, diframing pemikirannya sehingga tunduk pada kepentingan, menjadikan hal ini sebagai pembenaran karena merasa ia dibekengi oleh banyak orang yang sependapat dan senasib dengannya yang menyebabkan perilaku Dare with Crowd. Jenis kebahagiaan seperti inilah yang dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan tertentu, karena kebahagiaan jenis ini dijadikan suatu keinginan yang harus terpuaskan oleh orang-orang yang terlanjur berperilaku Dare with Crowd.