Mohon tunggu...
Intan Siti Nurhasanah
Intan Siti Nurhasanah Mohon Tunggu... Lainnya - XII MIPA 6 (17)

hmm.....

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sri Sultan Hamengkubuwana IX

18 November 2021   07:34 Diperbarui: 18 November 2021   07:37 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 1912 aku dilahirkan ditanah Jawa lebih tepatnya disebuah kesultanan Yogyakarta. Ayahku adalah pemimpinnya beliau bernaman Sri Sultan Hamengkubuwono  VIII, dan ibuku Raden Ajeng Kustilah Atau Kanjeng Ratu Alit dan namaku adalah Gusti Raden Mas Dojoratun itulah nama yang ku sandang saat aku masih kecil. Saat usia ku menginjak 4 tahun, aku dititipkan ke keluarga Mulder. Tetapi aku menolak dan terus menangis sambil memeluk salah satu tiang di keraton dan berteriak

"Aku tidak ingin pergi, aku ingin tinggal disini. Ibu kumohon aku tidak ingin pergi kumohon ayah jangan mengirimku pada orang lain kumohon".

Tetapi perintah dari pemimpin tetaplah perintah. Hingga akhirnya akupun dititipkan pada keluarga Mulder. Keluarga Mulder bukanlah keluarga dari Jawa melainkan dari Belanda, kepala keluarga nya adalah seorang kepala sekolah NHJJS (Neutral Hollands Javanesche Jongen School). Pihak keluarga Mulder diberi pesan supaya mendidikku layaknya rakyat biasa. Jangan pernah memperlakukanku istimewa hanya karena aku berdarah biru tetapi perlakukanlah aku layaknya anak-anak biasa. Aku diharuskan hidup mandiri, tanpa seorang pengasuh, kehidupanku saat itu jauh dari kata bangsawan. Tetapi aku tidak terlau mempedulikannya yang aku pikirkan saat itu adalah harus bisa membiasakan diri dan lakukan sebaik mungkin supaya bisa beradaptasi di lingkungan yang baru ini dan nyaman.

Seiring berjalannya waktu aku sudah mulai terbiasa hidup sederhana layaknya rakyat biasa dan mulai merasa nyaman, aku bisa bermain dengan anak-anak lain tanpa ada aturan yang mengikat. Aku bisa bermain bersama anak-anak yang lain tanpa ada aturan yang mengikat. Dikeluarga mulder aku dipanggil Henkie (Henk kecil) yang diambil dari nama pangeran Hendrik dari Belanda.

Pendidikan dasar ku dihabiskan di daerah kelahiranku, selanjutnya pendidikanku dilanjutkan ke Semarang dan Bandung. Belum sampai menginjak kelulusan, ayahandaku memerintahkanku untuk melanjutkan nya ke negeri Netherland bersama saudra-saudaraku. Disana kami belajar mengenai ilmu hukum tata negara. Disaat musim dingin tiba, salju mulai turun dengan sangat lebat hingga jalanan pun tertutupi salju dan menjadi macet karena sebagian kendaran tidak bisa melintasinya karena salju yang menumpuk. Ku ambil sekop di gudang, lalu ku bersihkan halaman yang penuh dengan salju. Teapi saurada ku datang dan ia melemparkan bola salju ke arah ku tentu saja aku tidak akan diam. Akupun membalasnya dengan kubuat bola salju ku yang ukurannya lebih besar lalu kulemparkan padanya

"Ambil itu hahhahaha bagaimana? Sakit bukan? bola salju ku ukurannya lebih besar daripada punyamu"  

kemudian kami saling lempar bola salju. Tidak terasa hari sudah siang dan udaranya pun semakin dingin. Saudaraku yang lainnya memanggil kami, ia telah membuatkan kopi hangat dan beberapa cemilan pendamping yang sangat lezat. Setelah itu, aku pergi ke kamar dan mulai belajar mengenai ilmu hukum tata negara. selain itu juga aku saktif menegikuti klub debat. Berada di negeri Netherland bertemu dengan sang putri dari kerjaan Netherland dan aku pun memberanikan diri untuk berkenalan dengannya hingga akhirnya sang putri mau berkenalan denganku dan sekarang ia menjadi sahabatku.

Waktu terus berjalan hingga pada saat tahun 1939, peta politik dunia terus bergerak dengan sangat pesat. Konflik mulai bermunculan dan adanya desas-desus mengenai terjadinya perang dunia II yang akan berlangsung sebentar lagi. Ayahanda ku merasa khawatir dan beliau memintaku untuk segera pulang. Setibanya dikesultanan Yogyakarta, aku disambut hangat oleh beliau ia memeluk dengat sangat erat dan berkata

"Ayah sangat merindukanmu nak, ayah tidak ingin kau pergi lagi. Ayah tahu pendidikanmu di negeri Netherlnad belum selesai tetapi yang ayah inginkan bukanlah kau berpendidikan tinggi tetapi menjadi penerus ayah. Karena itulah ayah ingin kau pulang dan meneruskan kepemimpinan dikesultanan ini"

"Akupun sangat merindukan mu ayah, aku paham selama ini ayah menintaku untuk pergi ke negeri Netherland untuk mempelajari ilmu hukum tata negara, tak apa jika pendidikan ku tidak selesai, karena aku juga yakin bahwa selama ini aku sudah cukup paham mengenai ilmu-ilmu hukum dan aku sudah siap dalam memimpin jika ayahanda menginzinkan maka aku siap untuk melanjutkan kepemimpinan darimu yang mulia".

Saat itu juga ayahnda ku langsung memelukku dengan erat dan akupun tentunya membalasnya. Kemudian beliau meyerahkan Keris Kyai Joko Piturun kepdaku. Keris kyai Joko Piturun merupakan atribut yang digunakan oleh pangeran mahkota dan dianggap sebagai calon penerus tahta.

Beberapa hari kemudian ayahku tutup usia, kini akulah calon penerus tahta. Tetapi selama perjalan menuju singganaku tidaklah mudah, ada banyak kontroversi-kontroversi termasuk dari orang-orang belanda. Mereka mengabatakan

" Bahwa setiap calon raja baru harus menyetujui kesepakatan bersama terlebih dahulu dengan Belanda ".

Seorang politisi senior dari belanda berdebat denganku ia terus saja berbicara mengenai diharuskannya kesepakatan bersama dengan orang Belanda. Politisi itu bernama Dr, Lucien Adam yang berumur 60 tahun, ia berdebat panjang denganku yang saat itu umurku baru menginjak 28 tahun dan aku hanya ingin menduduki singgasanaku yang memang sudah merupakan hakku untuk mendudukinya. Aku tidak ingin jika jabatan patih merangkap pegawai kolonial, hal ni agar tidak adanya konflik kepentingan. Tetapi politisi itu terus saja menentangnya dan akupun sama. Karena aku tidak menginginkan jika Belanda campur tangan dalam Kerajaanku. Penasehatku haruslah dari Bumi Mataram bukan dari Belanda, dan Belanda tidak boleh memilihi hak di Kerajaan Yogyakarta, mereka tidak boleh memimpin pasukan/prajurit.

Selama 4 bulan perdebatan terus saja terjadi dan tidak membuahkan hasil sama sekali. Aku terus saja menolak dengan tegas bahwa Belanda tidak boleh memiliki bagian dari hak kepemimpinan di kesultanan Yogyakarta. Kemudian salah seorang penasehat ku membisikkan sesuatu kepadaku. Setelah itu akupun setuju dengan membentuknya keputusan kerjasama bersama Belanda.

Pihak Belanda sangat kebingungan karena secara tiba-tiba aku langusng berubah sikap terhadap mereka yang dulunya aku sangat menentang keras tetapi sekarang aku menyetujui kesepakatan itu. Bhakan para diplomat pun terheran-heran bagaimana bisa aku yang selama ni menetang keputusan tersebut tetapi dengan mudah nya aku langsung berubah pikiran dan menyetujui keputusannya.

Aku hanya ingin memberi hati pada mereka untuk sementara waktu, karena tidak lama lagi mereka akan pergi dari Bumi Mataram ini. Mereka mengajukan kontrak politik yang didalamnya berisi 17 bab dan 59 pasal, kutandatangani tanpa kubaca terlebih dahulu. Semenjak menandatangani nya maka aturan-aturan yang berlaku dalam pasal tersebut resmi berlaku saat aku resmi menduduki singgasana dan aturan-aturan hanya akan berlaku sampai orang-orang Belanda yang secara resmi telah pergi dari Bumi Mataram ini.

Tepat pada hari senin pon 18 Maret 1940, aku resmi dinobatkan sebagai putra mahkota dengan gelar Pangeran Adipati Anom Hamengku Negara Sudibja Radja Putra Narendra Mataram dan dilanjutkan dengan penobatan sebagai raja dengan gelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kandjeng Sulatan Hamengku Buwono Senopati Ingalaga Ngabdurrahkman Sayidin Panatagama Kalifatullah Kaping IX. Dihari pelantikanku aku mengucapkan

 " walaupun saya menempuh pendidikan ku di negri Barat, tetapi itu tidak akan pernah mengubah bahwa saya tetaplah orang Jawa"

Ketika sebuah negara yang baru saja lahir di sebuah negeri pada tangga 17 Agustus 1945, dengan dikumadangkannya proklamasi kemerdekaan oleh Soekarno dan Moh. Hatta yang menyatakan kepada dunia. Bahwa negara Republik Indonesia telah merdeka dan bebas dari negri penjajah lainnya. Setelah mendengar proklamasi kemerdekaan tersebut aku langsung mengambil sikap dengan memberikan telegram yang berisi ucapan selamat kepada para proklamator dan tentunya kepada para pejuang tanah air yang rela bertumpah darah demi negri tercinta ini. Dua minggu setelahnya aku bersama Paku Alam VIII menyatakan bahwa daerah Yogyakarta merupakan bagian dari Republik Indonesia.

Ketika sebuah negara yang baru saja terbebas dari belenggu penjajahan, sudah memiliki tekanan dari para pemerintah kolonial yang datang kembali. Dengan tujuan ingin mengambil alih kembali negara Republik Indonesia dan tidak terima dengan kekalahan yang menimpanya. Aku tidak ingin jika negara yang baru saja lahir ini direbut kembali oleh para penjajah yang tidak manusiawi, sehingga akupun segera mengundang para pemerintah Republik Indonesia yang saat itu berada di Jakarta utnuk segera pergi ke Yogyakarta dan menetap sampai keadaan sudah mulai membaik. Sesampainya para pemerintah RI di daerahku ku sambut mereka dengan hangat kemudian aku mengucapkan

"Apapun yang kalian butuhkan mulai dari pengeluaran dana untuk menggaji para staff, operasional TNI hingga perjalanan delegasi-delegasi yang dikirm ke luar negeri, bahkan untuk menggaji pemimpin negri ini. Maka akan kutanggung sebesar apapun biaya nya akan ku sanggupi. Kalian tidak perlu mengkhawartirkan apapun lagi. Selama berada disini akulah yang bertanggungjawab mengurusi kalian dan memberikan apa yang kalian butuhkan."

Hal yang kulakukan tersebut bukanlah semata-mata hanya untuk diberi penghormatan dari para pemimpin negri ini. Tetapi aku melakukan hal tersebut sebagai bentuk perjuangan ku dalam membantu negeri ini supaya terbebaskan dari para penjajah selama yang aku bisa selagi aku masih hidup. Kemudian kusampaikan amanat kepada penerus ku

"Jangan pernah kau menghitung-hitung apalagi meminta kembali harta Keraton yang sudah ku berikan kepada Republik Indonesia ini."

Dan ia pun menjawab nya

"Baik yang mulia saya tidak akan pernah menagih kembali harta yang sudah kau berikan kepada Republik Indonesia ini. Karena saya pun tidak akan pernah menagih nya yang mulia saya juga tidak berhak untuk menagih nya"

Ketika soekarno-Hatta beserta para staff lainnya harus kembali ke Jakarta pada tahun 1949 aku menyampaikan pesan perpisahan dengan sangat berat hati

 "Kini Yogyakarta sudah tidak bisa memberikan apapun untuk kalian, jadi silahkan kalian kembali ke Jakarta dan mulailah membentuk pemerintahan yang diinginkan bangsa ini"

Sesuai dengan pesan yang ku kirirm lepas 2 hari setelah proklamasi menyatakan bahwa aku sebagai Sri Sultan Hamnengku Buwono IX siap berdiri untuk membela bangsa ini.

Perjuangan Indonesia menuju negara merdeka yang ingin diakui oleh dunia mengalami pasang surut. Presiden soekarno yang saai itu memimpin negara Indonesia, tidak ada satupun negara-negara di dunia ini yang mengenalnya. Suasana seperti di ujung tanduk pada era orde lama, karena saat presiden soekarno yang memiliki sifat sangat anti-asing sehingga kepercayaan negara-negara di dunia terhadap Indonesia berada di titik terendah.

Saat aku mengetahui hal tersebut bahwa tidak ada satu pun negara di dunia ini yang mengenal Indonesia aku langsung bertindak dan bersiap-siap untuk pergi ke negara-negara yang ada di dunia kuperkenalkan kepada para peminpin negara tersebut bahwa negara Indonesia masih ada dan akan selalu ada. Seluruh dunia harus mengenal negara Indonesia negara yang sudah meredeka sejak tanggal 17 Agustus 1945 negara yang baru saja lahir dan bersiap untuk menjadikan negara nya menjadi negara yang bebas dari penjajahan, cinta damai dan hanya ingin menghapuskan para penjajah dari muka bumi ini.

Indonesia sudah terlalu lama di jajah oleh bangasa asing. Kekayaan nya direngggut, para pribumi dijadikan budak. Sedangkan orang asinglah yang memerintah, sudah banyak kerugian yang Indonesia alami bahkan kerugian nya tidak dapat dihitung dengan angka-angka. Berapa banyak para pribumi yang rela berkorban demi memperjuangkan kemerdekaan negera Indonesia, pertumpahan darah terjadi dimana-mana, berapa banyak air mata yang terus mengalir bagaikan sungai yang tidak ada ujung nya. Tetapi negara-negara yang berada di dunia ini tidak percaya bahwa negara Indonesia itu masih ada? Betapa sedihnya para pejuang/pahlawan indonesia yang telah berjuang bertahun-tahun tetapi tidak diakui oleh dunia bahwa negara Indonesia telah merdeka.

Seiring dengan perjalanan negara Republik Indonesia, aku telah mengabdikan diri dengan bergabung di berbagai kebinet dengan menjabat di berbagai posisi yang berbeda-beda, termasuk dari Kabinet Syahir (2 Oktober 1946 -- 27 Juni 1947) s/d Kabinet Hatta (29 Januari 1948 -- 4 Agustus 1949).

Selain bergabung di berbagai kabinet aku juga mencalonkan diri sebagai seorang menteri yaitu Menteri Pertahanan. Kemudian pada tanggal 6 September 1950 s.d. 27 April 1951 aku menjadi wakil perdama menteri di era kabinet Natsir. Aku masih terus menjabat diberbagai jabatan sampai aku menjadi wakil presiden pada tahu 1973 yang kemudian mengundurkan diri dari jabatan tersebut.

Selain aktif di bidang politik, aku juga selalu aktif di bidang pendidikan kepanduan hingga pada saat kepanduan organisasi-organisasi di Indonesia mencoba untuk bersatu aku memiliki peran penting disitu yaitu sebagai wadah pemersatu antara gerakan kepanduan. Sehingga ku olah kembali kata kepanduan menjadi kata yang akan dikenal oleh seluruh Indonesia yaitu dengan kata Kepramukaan. Dengan demikian seluruh Indonesia menyebutku sebagai Bapak Pramuka Indonesia.

Ketika aku berkunjung ke Amerika pada tanggal 8 Oktober 1988, tepatnya pada malam hari. Aku mengalami serangan jantung dan sempat dilarikan ke rumah sakit tetapi para dokter tidak bisa menyelematkanku. Hingga akhirnya ku hembuskna nafas terakhir ku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun