Mohon tunggu...
Intan Septiani
Intan Septiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/Mahasiswa

Suka menulis, menyanyi dan Fotography.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik di Era Digital: Membangun Citra, Meraih Suara

26 Desember 2024   15:06 Diperbarui: 26 Desember 2024   15:06 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Politik di Era Digital: Membangun Citra, Meraih Suara

Intan Septiani

Mahasiswa

Pada era digital, segalanya sudah terkoneksi, komunikasi politik mengalami perubahan secara besar-besaran. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, khususnya di media sosial, telah mengubah cara politisi & partai politik berinteraksi dengan masyarakat. Jika sebelumnya pencitraan politik lebih bergantung pada media tradisional seperti Surat kabar, Radio, dan TV (Televisi), kini platform digital seperti Instagram, Twitter (X), serta TikTok menjadi alat utama untuk membangun citra dan meraih suara masyarakat.

Menurut Wulandari et al. (2021), media partisi politik dan kandidat dapat menggunakan media sosial untuk menciptakan pandangan yang baik serta mempengaruhi opini publik. Akan tetapi, hal itu juga mempunyai risiko, sebab media sosial bisa dengan mudah terpengaruh oleh informasi palsu atau hoaks, dan dapat merusak citra partai politik atau kandidat.

Perubahan ini tidak hanya membawa peluang tetapi juga tantangan. Media sosial memungkinkan politisi untuk berkomunikasi secara langsung dengan publik tanpa perantara. Di sisi lain, penggunaan media sosial secara berlebihan untuk pencitraan (pandangan positif) dapat memicu polarisasi politik, penyebaran informasi yang tidak akurat atau hoaks, dan manipulasi emosi publik (masyarakat). Maka dari itu, disini kita akan mengulas berbagai aspek komunikasi politik di era digital, termasuk peran media, strategi kampanye, penggunaan media sosial oleh politisi, serta efek atau dampaknya terhadap masyarakat dan demokrasi di Indonesia.

Peran Media dalam Komunikasi Politik

Media memiliki peran penting sebagai penghubung antara politisi dan masyarakat. Dalam konteks komunikasi politik, media dapat berfungsi sebagai:

  1. Saluran Informasi: Media memainkan peran penting dalam menyampaikan dan memberikan informasi politik kepada masyarakat. Informasi ini meliputi kebijakan, program kerja, visi, misi, tindakan politisi maupun partai politik dan pandangan politik kepada masyarakat. Media massa seperti Radio, TV, Surat kabar, dan platform digital yang melaporkan atau yang menyampaikan perkembangan politik seperti pemilu, undang-undang baru, atau kebijakan pemerintah adalah contohnya. Akurasi dalam menyampaikan informasi sangat penting agar masyarakat dapat membuat keputusan yang tepat seperti saat akan memilih pemimpin baru atau mendukung kebijakan tertentu yang pemerintah ajukan.
  2. Alat Pencitraan: Politisi seringkali menggunakan dan memanfaatkan media untuk membangun, membentuk dan menjaga pandangan (citra) positif di hadapan Masyarakat atau di mata publik. Strategi media sosial yang digunakan yaitu untuk mendokumentasikan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh politisi atau partai politik tertentu melalui interaksi langsung dengan masyarakat yang dikunjungi maupun mempromosikan keberhasilannya di media sosial. Salah satu contohnya kampanye politik sering melibatkan wawancara eksklusif, iklan di televisi, ataupun posting di media sosial yang sengaja dibuat untuk sisi baik dari seorang politisi. Efek atau dampak dari penggunaan media sosial tersebut, apabila dikelola dengan baik, dapat meningkatkan citra, popularitas, dan kepercayaan masyarakat. Namun, jika tidak sesuai dengan kenyataan dan manipulatif, dapat menimbulkan keraguan dan ketidakpercayaan masyarakat.
  3. Arena Diskusi Publik: Media menyediakan ruang untuk berdiskusi secara terbuka dan pertukaran ide antara masyarakat, akademisi, politisi, dan pemangku kepentingan lainnya. Dalam media digital dan media tradisional, acara diskusi publik (debat) politik di televisi, kolom opini yang ada pada surat kabar, dan forum online seperti blog memberikan ruang untuk masyarakat agar mengemukakan tanggapan mereka. Melalui diskusi publik ini juga dapat mendorong masyarakat untuk lebih berpartisipasi dalam memahami isu-isu yang sedang dibahas dan proses dari politik. Namun, seringkali kebebasan berekspresi pada media menghadapi rintangan seperti penyebaran (hoaks) informasi palsu, bias media, maupun pembatasan kebebasan pers dalam beberapa negara tertentu.

Media merupakan elemen esensial dalam komunikasi politik di era digital yang bisa mempererat hubungan antara masyarakat dan politisi. Namun, penggunaan media harus didasarkan dengan prinsip transparansi (keterbukaan), akuntabilitas, dan keadilan supaya menjadi penghubung yang efektif, dan bukan hanya sekedar alat manipulasi.

Strategi Kampanye Politik di Era Digital

Strategi kampanye politik di era digital lebih terfokus terhadap penggunaan data dan teknologi untuk menjangkau publik atau khalayak yang lebih khusus. Beberapa strategi utama dalam kampanye politik di era digital meliputi:

Pemanfaatan Big Data: Data menjadi aset penting dalam kampanye politik modern. Data diambil dari berbagai sumber, seperti media sosial, pencarian di internet, survey online, hingga data pembelian konsumen. Data tersebut digunakan untuk mengidentifikasi tren, masalah yang paling relevan, dan kelompok masyarakat yang membutuhkan perhatian khusus. Dengan menganalisis data dari media sosial, politisi dapat memahami pilihan dan kekhawatiran masyarakat. Hal ini memungkinkan mereka untuk menyusun pesan yang lebih personal dan relevan. Salah satu contoh, dalam pemilu besar, kampanye politik seringkali menggunakan analisis data untuk mengetahui topik yang sedang tren dan mencocokannya pada acara politik mereka.

Microtargeting: Microtargeting adalah strategi kampanye yang memanfaatkan data untuk menargetkan pesan kepada kelompok audiens tertentu berdasarkan demografi, lokasi, atau preferensi. Data seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, lokasi, dan minat digunakan untuk membagi masyarakat dalam bagian-bagian kecil. Setiap bagian mendapat pesan yang di bentuk khusus sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka. Keunggulan strategi "Microtargeting" yaitu dapat meningkatkan kesuksesan dan menggurangi biaya kampanye, strategi ini terbukti efektif dalam memengaruhi pilihan pemilih. Contohnya dalam kampanye online, iklan dapat diatur supaya hanya terlihat pada orang-orang tertentu saja.

Kampanye Konten Kreatif: Di era digital saat ini, konten kreatif menjadi kunci kesuksesan dalam kampanye karena perhatian masyarakat sangat singkat. Media sosial memberikan ruang untuk kreativitas, seperti video pendek dengan durasi singkat sering digunakan di platform Instagram dan Tiktok, meme politik dengan humor yang relevan bisa menjangkau khalayak yang lebih luas dan menjadi viral, infografis yang menjelaskan isu-isu rumit dengan cara yang lebih sederhana, dan konten interaktif menjadi cara yang populer untuk menarik perhatian masyarakat, terutama generasi muda. Manfaat dari kampanye konten kreatif ini yaitu dapat membuat pesan politik mudah diingat dan bisa menarik perhatian generasi muda yang paling aktif di media sosial. Seperti seorang seorang kandidat yang memakai platform tiktok untuk membuat konten kreatif yang mengikuti tren populer untuk menunjukkan visi dan misinya.

Influencer dan Endorsement: Dalam era digital, politisi juga memanfaatkan influencer untuk memperluas jangkauan pesan mereka. Influencer mempunyai pengikut yang setia dan hubungan emosional yang kuat dengan followers mereka. Pesan politik yang disampaikan oleh influencer sering dianggap lebih nyata, sehingga pesan politik yang disampaikan menjadi lebih mudah diterima. Influencer mikro didalamnya yaitu orang-orang yang punya pengaruh kuat di masyarakat atau komunitas tertentu walaupun pengikutnya tidak terlalu banyak, sedangkan influencer makro isinya adalah figur publik atau seleb yang mempunyai ribuan bahkan jutaan followers.

Penggunaan Media Sosial oleh Politisi

Media sosial telah menjadi alat utama dalam komunikasi politik di Indonesia yang memiliki populasi besar dan aktif di internet. Beberapa platform populer yang digunakan oleh politisi meliputi:

Instagram digunakan untuk berbagi momen keseharian dengan meng-upload foto dan video seperti kunjungan kerja dan kegiatan sosial (yang berinteraksi langsung dengan masyarakat) supaya masyarakat berpikir politisi ini dekat dengan masyarakat tersebut. Selain itu, politisi membagikan cerita tentang pencapaian pribadi seperti program-program yang sudah dilakukannya berhasil dan membawa pengaruh baik bagi masyarakat. Kemudian politisi juga memanfaatkan fitur live Instagram dan cerita Instagram untuk sesi Q&A. Konten visual memiliki daya tarik emosional yang sangat kuat karena berpotensi menjadi viral dan dapat membangun citra politisi sebagai individu yang dekat dengan masyarakat.

Twitter atau X dikenal sebagai platform untuk diskusi cepat dalam menyampaikan pandangan politik. Politisi menggunakan platform ini untuk merespon kritik, mengomentari kebijakan, dan mengungkapkan tanggapan terhadap isu terkini, atau berdebat dengan lawan politik. Twitter menjadi platform yang cepat dalam pengumuman atau cepat viral. Namun, penulisan yang terlalu singkat dalam platform ini dapat membatasi pesan yang disampaikan dan terkadang menimbulkan kesalahpahaman. Selain itu, perdebatan di twitter dapat memperburuk polarisasi dan oposisi diantara pendukung.

TikTok semakin populer di kalangan politisi muda dan sedang naik daun. Video pendek dengan musik dan efek yang menarik dibuat kreatif untuk mempromosikan visi dan misi serta untuk menyampaikan pesan politik politisi. Dengan mengikuti tren tiktok seperti menggunakan lagu-lagu yang sedang populer dapat menghibur dan memungkinkan politisi untuk memikat ketertarikan Gen-Z dan Milenial, yang merupakan bagian penting pemilih. Kemudian, dengan menggunakan platform ini pendekatan jauh lebih santai sehingga dapat membangun citra yang lebih ramah.

Facebook masih menjadi salah satu platform untuk komunikasi politik dikalangan masyarakat luas meskipun popularitasnya menurun di kalangan anak muda. Grup dan halaman Facebook dapat membentuk komunitas pendukung yang setia. Tidak seperti platform lain, Facebook dapat membantu politisi dalam berbagi informasi yang lebih panjang dan tidak terbatas pada jumlah karakter tentang laporan kerja maupun kebijakan. Facebook merupakan platform yang efektif untuk menjangkau audiens di daerah pedesaan yang lebih luas.

Dampak Pencitraan Digital terhadap Masyarakat dan Demokrasi

Pencitraan politik melalui media sosial mempunyai dampak yang signifikan terhadap masyarakat dan demokrasi. Beberapa dampaknya antaralain memungkinkan politisi untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat. Hal ini menciptakan ilusi kedekatan dan keterlibatan yang dibangun politisi untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat, namun pencitraan seperti ini tidak terlalu efektif jika masyarakat sadar bahwa itu semua tidak murni dan hanya strategi politik. Media sosial terkadang menyebarkan pesan-pesan yang dapat memecah belah, dan melalui algoritma, media sosial juga cenderung mengutamakan konten-konten yang memancing emosi kemarahan, kebencian maupun ketakutan yang lebih mudah mendapatkan perhatian dan interaksi dari publik. Pencitraan digital sering menyembunyikan dan mengorbankan kebenaran, dimana politisi dapat menggunakan media sosial untuk menyebarkan informasi yang manipulatif dan berlebihan demi membangun pandangan positif masyarakat juga mengakibatkan lemahnya akuntabilitas dan transparansi. Konten yang singkat pada media sosial sering mengabaikan inti dari pesan yang disampaikan, politisi lebih fokus pada bagaimana tampilan dan cara penyampaian pesan daripada fokus pada pesan itu sendiri. Akibatnya, masyarakat kurang teredukasi tentang isu-isu penting dan membuat diskusi politik lebih dangkal karena terfokus pada pencitraan diri daripada substansi.

Pencitraan Politik di Indonesia: Studi Kasus

Pencitraan politik di Indonesia melalui media sosial merupakan fenomena yang semakin menonjol, dan dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan media sosial untuk pencitraan politik semakin meningkat. Beberapa fenomena menarik di Indonesia meliputi:

Pada Pemilu tahun 2019, dilakukannya kampanye digital, saat itu pasangan Capres & Cawapres memanfaatkan media sosial secara terus-menerus demi menyampaikan program kerja serta visi dan misinya. Strategi ini terbukti cukup menarik perhatian dalam menjangkau pemilih muda khususnya generasi Gen-Z dan Milenial. Untuk berinteraksi dengan pemilih, sesi tanya jawab dan memberikan tanggapan, platform seperti Facebook dan Youtube live yang digunakannya.

Beberapa politisi Indonesia berhasil membangun citra positif melalui konten kreatif di media sosial. Contohnya, seorang gubernur yang menggunakan TikTok untuk mempromosikan program pemerintah dengan konten berupa tantangan, video informatif, atau bahkan parodi seringkali lebih viral dan meningkatkan popularitas politisi tersebut. Keunggulan media sosial untuk politisi yaitu dapat membangun personal brandingnya dengan menunjukkan sisi manusiawi seperti selera humor atau kegiatan sehari-sehari mereka yang tidak terlihat pada media tradisional. Ironisnya, fokus pada kepopuleran dapat mengabaikan perhatian inti dari kebijakan yang ditawarkan.

Media sosial cenderung memprioritaskan konten yang memicu emosi juga menjadi sarana untuk menyebarkan hoaks atau berita palsu yang dapat merugikan lawan politik, sehingga informasinya mudah tersebar daripada fakta atau klarifikasi. Isu-isu seperti agama, ras, dan budaya menjadi target utama untuk mempengaruhi masyarakat. Fenomena ini menunjukkan sisi gelap pencitraan politik di era digital.

Pencitraan politik di era digital menawarkan peluang besar bagi politisi untuk mendekatkan diri dengan masyarakat. Namun, penggunaan media sosial yang berlebihan untuk pencitraan juga membawa risiko yang tidak bisa diabaikan, seperti polarisasi politik dan penyebaran disinformasi atau hoaks.

Bagi demokrasi Indonesia, penting untuk menemukan keseimbangan antara memanfaatkan media sosial untuk komunikasi politik yang efektif dan mencegah dampak negatifnya. Edukasi masyarakat tentang literasi digital dan regulasi yang tepat dapat menjadi langkah penting untuk menciptakan komunikasi politik yang sehat di era digital.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun