Aku bergegas seperti biasa. Berjalan kaki menyusuri jalan. Bukan jalan setapak di tepi sawah. Tapi jalan sempit diantara rumah-rumah. Menyebrangi jalan utama yang cukup besar dan selalu ramai. Langsunng disambut kembali oleh jalan gang.
Setelah melewati jalan gang, aku membuka sebuah pintu. Pintu besi, dindingnya batu bata. Pintu itu tidak terkunci. Tidak pula tertutup penuh.Â
Meskipun tertutup penuh, dapat dilihat apa-apa yang dibalik pintu. karena bentuknya hanya berupa jeruji-jeruji. Pintu doraemon namanya. Mengapa dinamakan pintu doraemon? karena pintu ini menghubungkan dua dunia. Dunia kampus dan dunia warga.
Sejak tadi aku berjalan menyusuri perumahan warga, kemudian setelah membuka pintu itu dan memasukinya semua berbeda. Yang kulihat adalah gedung-gedung jurusan Fakultas Bahasa.Â
Selalu kunikmati perjalanan singkat itu meski dengan tergesa. Aku rindu kuliah. Aku rindu teman-teman di kampus. Aku rindu masa-masa menjadi mahasiswa. Aku rindu dia.
Banyak gedung sudah kulewati. Tibalah aku di samping gedung Dekanat. Bentuk dan warnanya masih saja sama ketika aku masih menjadi mahasiswa disini. Di samping gedung Dekanat, tepat di tepi jalan ada taman.Â
Banyak taman memang di kampus. Kampusku memang sangat asri. Saking asrinya malah menyerupai hutan. Di depan gedung ada lapangan. Tidak seluas lapangan bola. Dulu sangat cukup untuk melakukan upacara saat ada event-event tertentu.Â
Upacara khusus mahasiswa pilihan seperti saya. Pohon-pohon kecil mengelilingi lapangan. Ada juga lampu-lampu kota bulat besar yang dipasang rendah sebagai selingan.
Di tepi lapangan dari sisi yang jauh dari gedung ada patung. Patung ikonik yang dibuat sebagai simbol Fakultas Bahasa. Di tepi lapangan memang banyak orang sedang duduk-duduk.Â
Mereka adalah para peserta ujian calon ASN. Aparatur Sipil Negara, yang dulunya lebih kita kenal dengan PNS. Awalnya kukira kepanjangan ASN adalah Asisten Sipil Negara, ternyata salah.Â