Mohon tunggu...
Intan Rohmawati
Intan Rohmawati Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Suka membaca, tapi lebih suka makan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menghapus Jejak

29 Oktober 2023   22:57 Diperbarui: 29 Oktober 2023   23:08 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keputusan yang diambil perempuan itu adalah kembali. Ia mencoba mencari laki-laki itu dengan mengikuti jejak. Karena ia tak menemukan jejak menuju jalan didepannya. Ia mencoba kembali mengikuti jejak yang sudah dilaluinya.

Satu langkah. Dua langkah. Tiga langkah. Jejak yang sebelumnnya dia, ah tidak, yang mereka tinggalkan masih ada. Empat langkah, jejak itu mulai pudar. Samar. Hanya jejak laki-laki itu yang samar. Jejaknya masih terlihat jelas. 

Ia terus menapaki jejaknya. Memperhatikan tiap-tiap jejak yang tersisa. Lima langkah, enam langkah. Jejak laki-laki itu sama pudarnya dengan langkah keempat. Tujuh langkah. Jejak itu semakin pudar.

Jejak pada langkah keduabelas adalah yang terakhir masih terlihat. Perempuan itu tidak menemukan jejak laki-laki itu pada jejak ketiga belas. Hanya jejak perempuan itu yang masih terlihat jelas. Jejaknya sendiri. Perempuan itu terus menapaki jejaknya sendiri. Ia menuju tempat pertama ia bertemu laki-laki itu. Barangkali jejak itu memang hilang terbawa angin atau sudah terganti dengan jejak orang lain. Barangkali di tempat pertama itu mereka akan kembali bertemu. Barangkali di tempat pertama laki-laki itu sudah menunggu.

Ia berjalan cepat. Memegang harapan itu membuat ia bersemangat. Ia yakin mereka akan kembali bertemu. Ia berharap laki-laki itu akan sabar menunggu. Tidak seperti ketika mereka pergi, perempuan itu kembali lebih cepat. Waktu terasa singkat. Jarak seolah dilipat oleh kakinya yang kuat. 

Nihil. Ia tak menemukan laki-laki itu. Ia sudah mencari ke segala arah di tempat itu. Ia bertanya pada setiap orang yang lewat. Tapi semua berlalu tanpa ada yang tahu. Bahkan dari sekian orang yang ditanya, tak ada yang mengenal laki-laki itu.

Ia memutuskan untuk menunggu. Ia duduk di tepi jalan. Sendirian. Kesepian. Tapi ia mau menunggu dengan sabar. Ia masih memegang sebuah harapan. Bahwa disini, ia akan kembali dipertemukan.

***

Ketika hari sudah berganti, ia memilih berhenti. Berhenti untuk menunggu dan mengambil langkah untuk kembali berjalan. Berjalan dengan melepas harapan. Ia kembali meneruskan perjalanan. Menemukan kembali rumah-rumah dan taman-taman di sepanjang kanan jalan. Deretan pertokoan dilengkapi parkiran di sepanjang kiri jalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun