“Heleh, biasanya gimana to?”
“Kan bisanya rame-rame sama anak-anak.”
“Gimana kuliah kamu Le? Lancar kan?”
“Alhamdulillah lancar kok. Semester ini agak banyak tugas, soalnya ini semester terakhir. Semester besok kan sudah mulai KKN.”
“Oh iya, nanti sore ke makam Bapak ya? Hari ini peringatan kematian Bapakmu.”
“Iya buk. Inget.”
“Yaudah. Sekarang, ayok makan dulu.”
Ibu mulai menyendokkan nasi ke piring kami. Menata lauknya dengan lengkap. Kami makan tanpa suara. hening.
***
Aku dan Ibu sudah di makam bapak. Letaknya tepat berada di tepi jalan. Di sampingnya ada makam nenek. Pemakaman ini tidak terlalu luas. Di ujung pemakaman, ada seorang laki-laki yang juga sedang ziarah. Makamnya masih baru. Mungkin baru saja meninggal. Tangisnya sama sepertiku saat empat tahun lalu. Sesenggukan.
Makam bapak selalu bersih. Sepertinya Ibu selalu berziarah setiap kamis sore untuk mengirim doa, mecabut rumput liar, membuang daun-daun kering, dan menyiramnya. Kami mulai membaca doa untuknya. Aku yang memimpin. Khusyuk.