Mohon tunggu...
Intan Qomariah
Intan Qomariah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Kiai Haji Achmad Shidiq Jember

Hobi saya makan dan jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perubahan Sosial dan Pendidikan Agama Islam

24 November 2023   07:40 Diperbarui: 24 November 2023   08:07 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seperti yang dijelaskan oleh sebagian besar orang tua, sekolah, dan pengelola madrasah, lingkungan pendidikan Islam memberikan perhatian khusus terhadap kebutuhan keagamaan siswa dalam hal ketaatan spiritual, keberadaan aturan berpakaian Islami, peningkatan praktik Islami sejalan dengan adat istiadat sosial, dan peningkatan rasa memiliki.

Menurut sebagian orang tua, siswa butuh merasa nyaman saat menjalankan ajara Islam serta membangun rasa cinta juga keyakinan terhadap sejarah serta tradisi Islam, yang memerlukan pengalaman positif di sekolah Islam. Oleh karena itu, banyak orang tua yang merasa bahwa sekolah mendukung perannya sebagai orang tua dalam membantu anaknya menyeimbangkan kepribadian keagamaan dengan berbagai nilai kehidupan, seperti prestasi akademik dan penyesuaian diri dalam kehidupan Islam.

Seperti dalam buku Asri Budiningsih, Taylor mengartikan istilah kebudayaan sebagai suatu keseluruhan kompleks yang meliputi, pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, adat istiadat, juga hal-hal lain yang didapatkan seseorang sebagai kemampuan dan kebiasaan anggota masyarakat. Kebudayaan adalah sesuatu yang mempunyai keunikan tersendiri, bukan penjumlahan dari bagian-bagiannya yang berupa kemampuan kreatif non-materi manusia, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, keimanan, keimanan, seni, serta yang lainnya.

Supaya kebudayaan menjadi nilai yang langgeng, perlu ada proses internalisasi budaya. Yang biasa disebut, to internalize dalam bahasa inggris yang artinya mengintegrasikan diri sendiri. Oleh karena itu internalisasi berarti proses penanaman dan pengembangan nilai-nilai atau budaya sebagai bagian dari masyarakat yang terlibat. Penanaman juga pengembangan nilai-nilai tersebut dilaksanakan melalui beberapa metode pengajaran juga ceramah yang mendidik seperti pendidikan, bimbingan, serta indoktrinasi.

Berikutnya ialah proses pembentukan kebudayaan yang meliputi dari sub-proses yang saling berkaitan seperti kontak, penggalian, seleksi, konsolidasi, sosialisasi, penyuluhan, perubahan, dan pewarisan budaya. lingkungan hidup terjadi secara terus menerus dan berkelanjutan.

Dalam lingkungan organisasi, seperti lembaga pendidikan formal maupun informal yang berbasis agama Islam, kebudayaan mempunyai pengertian yang beragam. Pertama, sistem evaluasi, keyakinan dan tujuan yang dimiliki bersama oleh anggota organisasi yang membentuk perilaku mereka. Sekalipun anggotanya berganti, kami berharap dapat terus berlanjut untuk waktu yang lama. Misalnya saja di lembaga pendidikan, budaya ini diwujudkan dalam nilai-nilai luhur seperti cinta belajar, kebersihan, dan mengutamakan kerja sama. Kedua, sebagai norma perilaku pribadi, yaitu pola perilaku yang umumnya dianut dalam organisasi dan bertahan dalam jangka waktu lama karena semua anggota akan meneruskan perilaku tersebut kepada anggota baru. Dalam lembaga pendidikan, perilaku tersebut mencakup berbagai perilaku luhur seperti rajin belajar, selalu menjaga kebersihan, berbicara sopan, dan lain-lain.

Berbagai nilai Islam termasuk dalam sumber ajaran Islam, dan nilai fundamentalnya adalah nilai tauhid. Ismail Raj Farooqi mengemukakan jika kerangka Islam artinya mencakup teori, metode, prinsip juga tujuan yang taat pada esensi Islam, yakni tauhid.

Oleh karena itu, dalam melaksanakan pendidikan agama Islam perlu bergantung pada nilai-nilai dasar tersebut, yang akan memberikan arah juga tujuan dalam proses pendidikan dan memberikan semangat dalam kegiatan pendidikan. Menurut Al-Nahrawi, konsep dan tujuan pendidikan yang berlandaskan tauhid atau dikenal dengan sebutan andaf al-rabbani atau tujuan hakikat ketuhanan, hendaknya menjadi dasar pemikiran, tindakan, dan perbuatan dalam seluruh sistem dan kegiatan pendidikan. pandangan tentang kerangka hidup.

Oleh karena itu penanaman nilai-nilai keagamaan harus dilakukan dengan segera dan dengan berbagai cara, hal ini dapat dilakukan secara terus menerus dan konsisten melalui kebijakan-kebijakan pengambil kebijakan sekolah, aktivitas juga pelaksanaan pembelajaran di dalam ruang kelas, kegiatan ekstrakurikuler di luar kelas serta lingkungan sekolah. tradisi dan tingkah laku warga sekolah sehingga tercipta budaya religius di lingkungan sekolah.

Sekarang ini penanaman nilai-nilai keagamaan dan penciptaan budaya keagamaan di sekolah menghadapi beberapa tantangan baik dari sumber internal atau eksternal. Secara internal, pendidikan menghadapi sesuatu yang berkaitan pada keberagaman peserta didik, baik dari segi afiliasi keagamaan ataupun dalam afiliasi keagamaan tertentu. Tak hanya itu, setiap peserta didik mempunyai latar belakang kehidupan yang tidak sama. Maka dari itu pembelajaran agama hendaknya secara holistik mengimplementasikan prinsip keberagaman di semua tingkatan.

c. Pendidikan islam sebagai agen perubahan ekonomi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun