Pengertian lain juga dikemukakan oleh Gillin, ia berpendapat bahwa kebudayaan adalah sebuah konsep kehidupan yang terdiri dari kebiasaan-kebiasaan yang terstruktur yang dimiliki individu tertentu yang membentuk grup atau kategori sosial tertentu. Dengan kata lain, kebudayaan merupakan elemen sosial yang juga dapat mempengaruhi kehidupan sosial yang terikat dengan aspek pembangunan masyarakat dan menjadi nilai yang sulit untuk diubah.
Konsep AgamaÂ
Agama itu sendiri diyakini sebagai sebuah keyakinan yang mengatur manusia berdasarkan nilai dan praktik keagamaan dengan tujuan memperbaiki segala sikap dan tingkah laku manusia, baik terhadap hubungannya dengan tuhan, hubungannya dengan sesama manusia dan juga hubungannya dengan alam serta makhluk hidup lainnya. Agama seringkali berbicara tentang moralitas, tata cara beribadah, ritual ataupun aturan-aturan kehidupan. Beberapa orang juga mendefinisikan agama sebagai sebuah doktrin spiritual yang mempengaruhi seseorang dalam bertindak, khususnya dalam lingkup transenden (religius) dan sosial.Â
Agama tercipta dan terbagi menjadi beberapa dimensi. Setiap agama memiliki karakteristiknya masing-masing. Perbedaan paling significant terlihat dari kitab suci dari masing-masing agama. Selain itu, tokoh agama juga menjadi perbedaan terbesarnya. Dalam hal ini, Walisongo adalah contoh dari tokoh-tokoh agama yang berasal dari agama Islam.
Sejarah Penolakan Walisongo
Walisongo mulai menyebarkan ajaran Islam pada abad ke-15 hingga abad ke-16. Mereka aktif menyebarkan ajaran Islam di wilayah Jawa dan sekitarnya. Wilayah tersebut dahulu menjadi pusat pemerintahan di Nusantara, sehingga Walisongo merasa perlu untuk menyebarkan ajaran Islam di pusat kota. Namun, perjuangan itu tidak mudah untuk dilewati. Selama berjuang menyebarkan ajaran agama Islam, Walisongo sering sekali mendapat sikap defensifitas dari berbagai kalangan. Â Alasan penolakan tersebut datang adalah karena masyarakat Indonesia telah tumbuh erat bersama dengan kebudayaan daerahnya, mulai dari tata krama, gaya bahasa, kesenian dan lain sebagainya, hampir semua disosialisasikan berdasarkan pertimbangan kebiasaan dan kebudayaan masyarakat setempat. Sehingga sulit dan sangat wajar jika dipertentangkan. Beberapa pihak yang menolak kehadiran Walisongo saat itu, diantaranya:Â
- Masyarakat AdatÂ
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwasanya masyarakat Indonesia sebelum ajaran Islam datang adalah masyarakat yang lebih menjunjung tinggi adat dan tradisi. Yang mana beberapa adat dan tradisi tersebut memiliki nilai yang bertentangan dengan ajaran Islam. Contohnya seperti praktik dukun yang seringkali menggunakan sesajen, dimana sesajen dinilai bertentangan dengan prinsip Islam. Ajaran Islam menganggap sesajen sebagai hal 'musyrik' yang menyekutukan kuasa Tuhan.Â
- Para Penguasa
Para penguasa pada saat itu beragama Hindu-Budha. Serupa dengan apa yang terjadi di Prancis era pra-revolusi dimana negara dapat dengan leluasa memanipulasi gereja. Masyarakat pun hanya bisa mengikuti apa yang dikatakan oleh gereja. Di Indonesia, hubungan antar negara dan agama juga sama seperti di Prancis.Â
Namun, setelah Islam mulai disebarkan ada banyak perubahan moral di kalangan masyarakat, yang membuat para penguasa takut dan merasa terancam sebab kehilangan kekuasaannya. Ini terjadi karena ajaran agama selalu mementingkan tuhan lebih dari apapun dan siapapun. Penguasa yang saat itu haus akan rasa takut rakyat dan memiliki hasrat untuk menaklukan atau membuat tunduk rakyatnya jelas tidak senang dengan keberadaan ajaran agama Islam.
- Pemuka agama tradisional
Pihak selanjutnya yang juga menolak ajaran agama Islam datang dari pada pemuka agama tradisional. Mereka tentu saja akan menolak ajaran baru yang bernuansa sangat berbeda dari apa yang selama ini mereka imani. Selain takut tersingkir, mereka juga merasa bahwa ajaran agama merekalah yang paling benar, dan yang lainnya salah. Maka jika ajaran tersebut adalah ajaran yang salah, jelas tidak boleh disebarluaskan kembali. Â
Tokoh dan Strategi Walisongo