Mohon tunggu...
Intan Nurcahya
Intan Nurcahya Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP N Sukaresmi Cianjur, berlatih menulis, menyerap dan menyebar virus literasi.

Guru SMP N Sukaresmi Cianjur, berlatih menulis, menyerap dan menyebar virus literasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Tauco Sampai Barongsai, Simbol Penerimaan Kaum Etnis di Cianjur

30 Maret 2017   12:23 Diperbarui: 1 April 2017   06:31 1269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vihara Bumi Pharsija tampak depan

Geerligs menyebutnya tao tsioe dalam artikel Belanda pada 1895 dan tao tjiung dalam artikel Jermannya pada 1896. Dalam tulisannya, William Shurtleff and Akiko Aoyagi juga mengatakan kalau tauco masih berhubungan dengan jiang, bumbu masak asal Tiongkok. Diperkirakan berasal sebelum Dinasti Chou (722-481 SM), jiang diklaim sebagai bumbu tertua yang diketahui manusia. Adalah Tan Ken Yan yang mempelopori pembuatan tauco di Cianjur, dia adalah salah satu pedagang yang datang dari Tiongkok ke nusantara ini (www.dicianjur.com). Salah satu varian olahan tauco yang menjadi khas Cianjur lainnya adalah Geco (tauge-tauco), hingga kini masih dapat di temukan di beberapa sudut jalan di Cianjur.

Tidak hanya itu, Cianjur memiliki pabrik roti legendaris dengan nama berbau etnis Tionghoa yaitu Tan Keng Cu. Pabrik ini didirikan keluarga Tan Keng Cu sejak tahun 1926. Bertahun-tahun pabrik itu ikut berkontribusi terhadap perekonomian warga setempat. Pemilik pabrik menjalin kerja sama dengan warga lewat sistem bagi hasil penjualan.

...........

Sejarah masuknya etnis Tionghoa ke Cianjur

Etnis Tionghoa tidak bisa terlepas dari sejarah perkembangan masyarakat kota Cianjur. Keberadaan warga keturunan etnis Tionghoa merupakan salah satu ragam heterogenitas penduduk kota ini. Ditengarai kehadiran etnis Tionghoa di Cianjur dimulai sekitar awal abad ke-19 pasca pembantaian etnis itu di Batavia oleh Belanda. Masyarakat Tionghoa di Batavia melakukan pemberontakan karena berkembang isu mereka akan dipindahkan ke Srilanka. 

Daripada dipindahkan mereka memilih angkat senjata, dan akhirnya pilihan itu menyebabkan menyusutnya jumlah mereka. Konon dari 14.000 etnis Tionghoa yang ada tinggal 4.000 yang tersisa. Sejak saat itu, lanjutnya, etnis Tionghoa mulai menyebar dan masuk ke daerah-daerah tetangga Batavia seperti Bogor dan Cianjur. Di Cianjur sendiri, etnis Tionghoa masuk pada tahun 1800-an dipimpin oleh Kapitan dari Bogor bernama Oey Seng Kiat.

Semakin lama, perantauan Tionghoa semakin banyak datang ke Cianjur. Dari itu pulalah di Cianjur  didirikan Kampung Cina berdasarkan besluit tanggal 9 Juni 1810. Pada saat itu Kabupaten Cianjur dipimpin oleh Raden Noh atau Raden Wiranagara, yang lebih dikenal dengan gelar Raden Adipati Wira Tanu Datar VI. Pendirian Kampung Cina di Cianjur, waktunya bersamaan dengan pendirian kampung Cina di tempat lain yang ada di wilayah Priangan

Jejak kebudayaan Tionghoa di Cianjur

Selain makanan, jika kita mengeksplor kota Cianjur maka kita akan menemukan peninggalan warga Tionghoa berupa bangunan-bangunan dengan arsitektur khas yaitu puncak atap yang berbentuk pelana kuda dengan ornamentasi khas Cina. Bangunan dengan arsitektur semacam ini masih dapat dilihat di Jl. HOS Cokroaminoto, Jl. Siti jenab, Jl. Suroso, Jl. Barisan Banteng, Jl. Taifur Yusuf, Jl. Sinar dan arsitektur serupa ditemukan pula di sekitar pasar Warungkondang.

Arsitektur bangunan peninggalan warga keturunan Cina
Arsitektur bangunan peninggalan warga keturunan Cina
Dari perjalanan panjang sejarah kota Cianjur, warga keturunan Tionghoa memiliki jasa yang cukup besar dalam bidang perekonomian. Selain menjadi cikal bakal wirausaha berupa tauco dan roti, di sepanjang Jl. Mangun Sarkoro (Jalan Raya Cianjur) banyak ruko (rumah toko) yang dimiliki oleh warga Cianjur keturunan Tionghoa. Di Jl. Moh. 

Ali yang bersimpangan dengan Jl. Mangun Sarkoro terdapat titik perekonomian yang paling terkenal dan lekat dengan sejarah pendudukan warga Cina di Cianjur. Pada masa lalu, jalan ini disebut Jalan Shanghai, namun kini telah berganti nama. Tapi meskipun demikian sebutan Jalan Shanghai hingga kini masih tetap dikenal oleh warga Cianjur untuk lokasi ini.

Perempatan Jalan Shanghai sekitar tahun 1880-an (foto:Trompen Museum)
Perempatan Jalan Shanghai sekitar tahun 1880-an (foto:Trompen Museum)
Di lokasi ini juga terdapat beberapa bangunan peninggalan warga Cina pada masa lalu. Salah satunya yaitu Gedung Wisma Karya. Gedung ini dibangun sekitar tahun 1950-an oleh warga keturunan Cina sebagai gedung berbagai kegiatan. Sekitar tahun 1966, gedung ini dipakai oleh KAMI/KAPI Cianjur sebagai pusat kegiatan. Sekarang fungsinya menjadi gedung olah raga tenis meja. Bangunan ini semula menjadi satu bagian dengan sekolah Cina yang berada di bagian belakangnya. Sekarang pada bagian belakang gedung ini terdapat beberapa bangunan sekolah dasar negeri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun