Geerligs menyebutnya tao tsioe dalam artikel Belanda pada 1895 dan tao tjiung dalam artikel Jermannya pada 1896. Dalam tulisannya, William Shurtleff and Akiko Aoyagi juga mengatakan kalau tauco masih berhubungan dengan jiang, bumbu masak asal Tiongkok. Diperkirakan berasal sebelum Dinasti Chou (722-481 SM), jiang diklaim sebagai bumbu tertua yang diketahui manusia. Adalah Tan Ken Yan yang mempelopori pembuatan tauco di Cianjur, dia adalah salah satu pedagang yang datang dari Tiongkok ke nusantara ini (www.dicianjur.com). Salah satu varian olahan tauco yang menjadi khas Cianjur lainnya adalah Geco (tauge-tauco), hingga kini masih dapat di temukan di beberapa sudut jalan di Cianjur.
Tidak hanya itu, Cianjur memiliki pabrik roti legendaris dengan nama berbau etnis Tionghoa yaitu Tan Keng Cu. Pabrik ini didirikan keluarga Tan Keng Cu sejak tahun 1926. Bertahun-tahun pabrik itu ikut berkontribusi terhadap perekonomian warga setempat. Pemilik pabrik menjalin kerja sama dengan warga lewat sistem bagi hasil penjualan.
...........
Sejarah masuknya etnis Tionghoa ke Cianjur
Etnis Tionghoa tidak bisa terlepas dari sejarah perkembangan masyarakat kota Cianjur. Keberadaan warga keturunan etnis Tionghoa merupakan salah satu ragam heterogenitas penduduk kota ini. Ditengarai kehadiran etnis Tionghoa di Cianjur dimulai sekitar awal abad ke-19 pasca pembantaian etnis itu di Batavia oleh Belanda. Masyarakat Tionghoa di Batavia melakukan pemberontakan karena berkembang isu mereka akan dipindahkan ke Srilanka.Â
Daripada dipindahkan mereka memilih angkat senjata, dan akhirnya pilihan itu menyebabkan menyusutnya jumlah mereka. Konon dari 14.000 etnis Tionghoa yang ada tinggal 4.000 yang tersisa. Sejak saat itu, lanjutnya, etnis Tionghoa mulai menyebar dan masuk ke daerah-daerah tetangga Batavia seperti Bogor dan Cianjur. Di Cianjur sendiri, etnis Tionghoa masuk pada tahun 1800-an dipimpin oleh Kapitan dari Bogor bernama Oey Seng Kiat.
Semakin lama, perantauan Tionghoa semakin banyak datang ke Cianjur. Dari itu pulalah di Cianjur  didirikan Kampung Cina berdasarkan besluit tanggal 9 Juni 1810. Pada saat itu Kabupaten Cianjur dipimpin oleh Raden Noh atau Raden Wiranagara, yang lebih dikenal dengan gelar Raden Adipati Wira Tanu Datar VI. Pendirian Kampung Cina di Cianjur, waktunya bersamaan dengan pendirian kampung Cina di tempat lain yang ada di wilayah Priangan
Jejak kebudayaan Tionghoa di Cianjur
Selain makanan, jika kita mengeksplor kota Cianjur maka kita akan menemukan peninggalan warga Tionghoa berupa bangunan-bangunan dengan arsitektur khas yaitu puncak atap yang berbentuk pelana kuda dengan ornamentasi khas Cina. Bangunan dengan arsitektur semacam ini masih dapat dilihat di Jl. HOS Cokroaminoto, Jl. Siti jenab, Jl. Suroso, Jl. Barisan Banteng, Jl. Taifur Yusuf, Jl. Sinar dan arsitektur serupa ditemukan pula di sekitar pasar Warungkondang.
Ali yang bersimpangan dengan Jl. Mangun Sarkoro terdapat titik perekonomian yang paling terkenal dan lekat dengan sejarah pendudukan warga Cina di Cianjur. Pada masa lalu, jalan ini disebut Jalan Shanghai, namun kini telah berganti nama. Tapi meskipun demikian sebutan Jalan Shanghai hingga kini masih tetap dikenal oleh warga Cianjur untuk lokasi ini.